Duapuluhenam

2.8K 123 5
                                    

Untuk saat ini biarkan saya merenungkan sendiri,
Perihal salah yang saya lakukan demi kata hati.
Untuk soal nanti, beri saya ruang beberapa hari.
Sebab, ada banyak yang perlu dipertimbangkan.
Agar tidak ada lagi pihak yang saya rugikan.
-Dear, Mantan 2

\\//

Ardita kini mengurung diri di kamar sendiri, setelah siuman dari keterbaringan nya beberapa hari yang lalu. Dia memerlukan waktu berpikir panjang, menyatukan persepsi tentang masa depan dan keinginan hati.

Dia menerawang jauh ke luar sana, sesekali memandangi hamparan langit yang luas. Sebab, masa lalu yang Ardita simpan rapat sudah dia anggap seperti langit yang akan tetap ada meskipun dia pergi kemanapun itu.

"How to be happy? Don't recycle the past." Ardita masih mengingat kalimat itu, masih bisa melihat jelas bagaimana Galih mengucapkan nya dengan nada tenang. Namun, hal ini adalah hal yang sudah terlampau jauh untuk diingat. Sebab, Galih mana mungkin menguatkan nya lagi setelah Ardita jatuhkan berkali-kali.

Galih memang jelas kecewa, setelah Ardita tinggalkan saat acara pertunangan hari ini. Terlebih lagi, Adhyastha lah yang menjadi alasan Ardita berpaling dari nya.

"Kay?" Ardita sedikit tersentak saat seseorang memanggil nya.

"Ayo makan dulu." Ardita tidak beranjak ataupun menjawab.

"Sampai kapan mau nyiksa diri terus? Lo memang salah, tapi lo butuh tenaga buat buktiin kalau lo bisa perbaiki itu semua." Kalau bukan Ardeta, siapa lagi yang akan Ardita dengar.

Cathrin marah besar kepada nya, soal Andra dan Arkan jangan ditanyakan lagi. Mereka kecewa dengan perlakuan Ardita kepada Galih.

"Gue udah kecewain banyak orang, Ay." Setelah berhari-hari Ardita membuka suara nya.

"Semua orang pasti pernah melakukan itu Ardita, semua akan kembali pada waktu nya. Be a strong wall in the hard times. Come on, Kay!!"

Ardita menghela napas nya, "I'm losing my self, Ay." Ardita bangkit dari tempat duduk nya. Berjalan mendekati pagar balkon, dia melihat ke arah taman yang saat itu terlihat jelas dari atas balkon kamar Ardita.

"Ada sesak di sana, semenjak kehadiran yang gue ga pernah bisa menebak itu, Ay. Gue liat dengan mata gue, suatu hal yang sudah hilang bisa kembali lagi. Di hari itu kenangan seakan berputar di kepala gue, Adhyastha adalah sosok yang gue ciptain. Dan, gue hampir ga sadar bahwa sebenarnya hati gue buat siapa saat itu." Ardita memejamkan mata nya, "Ay, di sana lah rindu gue terjawab. Di saat itu lah topeng gue lepas, di saat itu lah gue sadar kalau gue bukan Ardita."

Ardeta mengernyitkan dahi nya, "What do you mean?"

Ardita membalikan badan nya memberi senyum tipis pada Ardeta, "Sometimes you know, what going on."

-----------

"Mama ga akan larang kamu buat kejar Ardita, tapi satu yang mama larang saat ini." Maura memberi jeda pada ucapan nya. "Jangan paksa dia buat nerima kamu, kasian Ardita sayang."

"Aku ga pernah paksa dia, Ma."

"Tapi, dengan sikap kamu ini perempuan pasti beda menilai nya."

Dear, Mantan 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang