Mereka bukan barang yang harus dipilih-pilih.
Riga Ganendra
.
.
.Suara peluit dari sang wasit menandakan berakhirnya pertandingan. Para pemadu sorak dari kelas XII. IPS 4 berhamburan ke tengah lapang menyambut kemenangan kelas mereka. Sementara kelas Riga harus memasang raut sedih dan kecewa karena menanggung kekalahan.
Setelah bersalaman dengan lawan main, Riga menepi ke lapangan untuk mengambil tas nya. Kemudian Menyelonjorkan kaki dengan kedua tangan yang menjadi penyanggah badannya. Kepalanya sengaja ia adahkan dan perlahan matanya memejam dengan pikiran melayang pada kejadian tadi.
"Lo yang namanya, Riga?" tanya cowok yang Riga ketahui adalah kaka kelasnya.
Riga yang semula ingin memberi selamat pada lawan mainnya, kini mengerutkan dahi, merasa bingung. "Iya, gue, Riga."
"Ada yang nitip salam tadi sama gue, katanya salam buat Riga dari bidadari-bidadari gitu. Gak taulah, gak jelas gitu."
Riga semakin dibuat bingung. "Siapa?"
Cowok itu mengedikan bahu. "Gak tau gue, tapi kayaknya sekelas sama lo. Udah ya, gue cabut!"
Cowok itu berlalu, meninggalkan Riga yang dibuat bingung.
Sekelas sama gue? Apa Mira? Tanya Riga dalam hati.
Riga menggeleng-gelengkan kepala. Entah mengapa nama Mira langsung terbesit dipikirannya.
Tapi, apa mungkin Mira? Apa mungkin cewek itu yang melakukannya?
Rasanya tidak mungkin, mengingat banyaknya luka yang ia beri. Mengingat perlakuannya terhadap Mira yang ....
"WOI!"
Riga langsung membuka matanya, merasa kaget dengan seseorang yang tiba-tiba berteriak disamping telinganya. Ditambah pula dengan pukulan kencang dibahunya.
Riga menoleh dan langsung memelotot saat mendapati Zaflan—temannya yang nyengir.
"Sakit bego!" tukas Riga, memukul bahu Zaflan tak kalah keras.
"Sakit juga bego!" Zaflan merengut. Mengusap-ngusap bahu nya yang terasa perih.
"Lo yang mulai duluan!"
"Ya lo juga! Mentang-mentang kalah, pake ngelamun pinggir lapang lagi."
Riga mendengus, menghiraukan Zaflan yang menggerutu akibat ulahhnya. Kemudian pandangannya beralih ke suatu Arah. Dari arah samping, sosok Farid— sang ketua basket sekaligus temannya itu muncul sambil berteriak heboh dengan gaya khasnya.
Riga yang mendengarnya mengehela napas berat. Mengapa hidupnya selalu diganggu sama setan yang nyamar jadi manusia?
"Gila! Gila! Gila!" Farid berteriak sambil menggeleng-geleng kepala berlebihan.
"Gak nyangka sih, gue. Ga? Yaelah, bencong amat lo ngelawan dia aja melempem!"
Seakan menutup telingannya, Riga mengambil handuk kecil berwarna biru muda dari dalam tasnya. Menghiarukan Farid yang terus nyerocos karena tidak mendapat respon dari Riga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tell Me Why?
Teen FictionTerimakasih sudah mematikan harapan. Setidaknya sekarang aku tau untuk siapa hatimu. Setidaknya sekarang, sudah tidak ada lagi alasan untuk aku menggapaimu kembali. *** Dulunya, Almira dan Riga sangatlah dekat. Banyak ora...