Ini memang sedikit terdengar lebay, tetapi segala sesuatu memang harus jatuh pada orang yang berhak. Dan apa yang kamu katakan, itu sama sekali bukan hak saya.
Almira Aresha.
HAPPY READING!
Kasih tau typo dll.
—
"Mau fanta, gak?" tanya Evan berdiri disamping Mira."Mau, dong! Pake tanya lagi!" balas Mira menengadahkan tangannya didepan Evan.
"Tapi minumnya jangan kebanyakan ya, Mir."
Pergerakan tangan Mira terhenti, dia mengernyit. "Emangnya kenapa?"
"Soalnya fanta kan sedikit keras. Nah lo kan jiwanya udah tua, gue takut aja lo kejang-kejang pas pulang sekolah." Evan berujar santai seraya menyandarkan punggungnya dikursi.
"Sialan!" pukul Mira sangat keras, Evan mengaduh mengusap-usap tangannya yang sedikit perih.
"Ko cuma nawarin ke Mira aja, Gue nggak?" Nata memasang wajah cemberut.
Evan langsung menepuk jidatnya, dia lupa kalau ada Nanas alias Nata duduk disamping Mira.
Ia merogoh sesuatu disaku celananya. "Nih," katanya mengeluarkan lima coklat batang, diantaranya ada white chocholate, coklat kesukaan Nata.
Yang semula raut wajah Nata tidak bersahabat, kini berubah menjadi sumringah kala melihat coklat yang disodorkan oleh Evan. Nata langsung merebut coklatnya dengan mata yang berbinar. "Tengkyuuuuu, lo dapet darimana coklat sebanyak ini?"
Senyuman miring tercetak dibibir Evan. "Resiko orang ganteng emang begini," katanya seraya mengusap rambutnya ke belakang, so cool.
Nata berdecih, tetapi dia berterimakasih sudah diberi sesuatu yang disukanya tanpa mengeluarkan sepeser uang atau sebut saja gratisan.
Evan terkekeh, pandangannya beralih pada Mira yang tengah mengerjakan sesuatu. Evan sadar, semakin dia mengenal Mira semakin banyak sesuatu yang memenuhi pikirannya. Terlebih dengan kemiripan Mira dan cewek masalalunya. Dari mulai matanya, rambutnya yang panjang terurai, tatapannya, kemudian yang paling menonjol adalah sikapnya. Sikap yang bagaimana bisa membuat seseorang yang siapa saja baru mengenalnya sudah merasa nyaman terlebih dahulu dengan sikap supel dan cerianya, persis dengan gadis dimasalalunya. Bedanya, Mira itu sedikit galak sementara cewek masalalu Evan tidak pernah bisa marah. Tetapi tidak apa, Evan bersyukur masih menemukan perbedaan diantara mereka, dengan itu dia tidak terlalu merasa bersalah karena mendekati Mira atas dasar masalalunya.
"Woi!" teriak Mira didepan Evan. Saat cowok itu tersadar dan memasang wajah polosnya, Mira tertawa kencang. "Ngeliatin gue aja, lo! Cantik, ya? Mirip selena gomez? Udah biasa gue dibilang kayak gitu."
"Iya, cantik," kata Evan dengan terus memandang Mira. "Meski make up lo dari pantat wajan juga!" lanjutnya dan seketika tertawa terpingkal-pingkal.
Nata yang semula sibuk memakan coklatnya ikut tertawa, tawanya sampai menggema didalam kelas. Bahkan, cewek itu sampai tersedak karena terlalu asyik tertawa. "Aduh, Air mana Air!"
Mira memasang wajah kesal dan menendang kursi Evan dengan keras, sehingga Evan yang tidak siap harus terjatuh dengan naas. Kali ini, giliran Mira yang tertawa kencang sampai terbahak-bahak, dia menatap Evan yang kesakitan juga Nata yang terbatuk-batuk karena tersedak coklat.
"Makan tuh pantat wajan!" tawa Mira kencang, dia kembali menulis tugasnya yang belum selesai.
Evan berdiri seraya mengusap-usap bokongnya, kemudian dia mengambil paksa buku dan bolpoin Mira. Membuat cewek itu terpekik kaget dan memandang Evan dengan tatapan sengit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tell Me Why?
Teen FictionTerimakasih sudah mematikan harapan. Setidaknya sekarang aku tau untuk siapa hatimu. Setidaknya sekarang, sudah tidak ada lagi alasan untuk aku menggapaimu kembali. *** Dulunya, Almira dan Riga sangatlah dekat. Banyak ora...