the umpteenth time

2.1K 167 33
                                    

Ini menyakitkan, tetapi aku mencoba
untuk baik-baik saja. Aku sudah terbiasa dengan semua itu.

Almira Aresha.
.
.
.

Waktu menunjukan pukul 14.35 tetapi bel pulang sekolah sudah dibunyikan beberapa menit yang lalu. Pihak sekolah sengaja mempulangkan lebih awal agar tidak mengganggu kegiatan anak Osis yang sedang mendekorasi untuk acara tujuh belasan besok.

Lain halnya dengan siswa-siswi yang sudah berhamburan untuk pulang. Gadis yang satu ini baru saja keluar setelah beberapa jam mendekam di ruang musik. Memang, empat jam yang lalu setelah dari kelas Anton, Mira memutuskan ke ruang musik untuk menghibur diri di tanggal 16 dengan memetik senar gitar yang diiringi alunan suaranya yang menggema dalam sebuah ruangan.

Mira berjalan dengan dahi yang mengkerut samar. Merasa bingung dengan lorong kelas yang tampak sepi. Jika biasanya banyak kaka kelas yang nongkrong di kursi panjang yang disediakan disetiap kelas, tetapi justru sekarang sepi sekali, tidak ada satu orangpun. Serasa jalan lewat kuburan aja gue katanya dalam hati, bergidik ngeri.

Dari ujung lorong sana, Mira melihat siluet perempuan yang tengah berjalan berlawanan arah dengannya. Langkah Mira sontak terhenti, ia menyipitkan matanya memastikan bahwa seseorang diujung sana bukanlah setan yang menyamar sebagai manusia.

Saat seseorang itu mulai mendekat, Mira justru sudah mengambil ancang-ancang untuk berlari dan berteriak jika memang benar wanita disana itu adalah setan. Tetapi justru yang ia lihat bukan lah setan, melainkan wajah Sera yang tersenyum kepadanya. Mira melengos, rupanya setan yang ia kira itu adalah Sera.

"ANJIR, GUE KIRA SETAN LU!" teriak Mira bernapas lega.

Sera yang mendengar itu tertawa dan segera mendekat. "Apa? Setan apaan?"

"Lo setan, gila. Ngangetin aja," kata Mira sebal.

"Sama setan aja takut." Sera terkekeh dan menyenggol bahu Mira.

"Gue juga manusia kali."

"Takut itu sama tuhan," lanjut Sera karena kalimatnya terhenti oleh Mira.
Mira memutar matanya jengah. "Iya, takut ko gue sama tuhan, tapi sama setan juga takut. Takut dicekik."

Sera tertawa. "Ada juga setan yang takut sama lo."

"Ah yang bener? Bercanda kali lo," kata Mira memasuki kelasnya.

Kelas tampak kosong. Teman-temannya sudah pada pulang. Didalam kelas hanya menyisakan tas miliknya dan Sera yang tergeletak dilantai.

Mira berdecak melihatnya. Ini pasti akibat kehebohan yang terjadi dikelasnya tadi.

"Ngeselin! Gak tau apa gue belinya mahal." Mira memungut tas nya sambil menggerutu.

"Kayak gak tau anak kelas aja,Mir." sahut Sera lalu mengajaknya keluar kelas.

"Oiya, Ser. Ini ko anak anak udah pada pulang, emang disekolah ada apaan?"

"Besok kan acara tujuh belasan, makannya dipulangin cepet. Emang lo gak tau? Atau jangan-jangan gak masuk kelas lagi?" tuduh Sera.

Mira nyengir. "hehe, gue kira guru-guru nya masih rapat tujuh belasan."

Sera memutar bola matanya, mana ada guru-guru rapat acara tujuh belasan? Biasanya juga anak Osis dan para anggotanya.

Mereka kembali berjalan menuju parkiran sekolah. Sesekali Sera membahas perihal Osis yang diangguki saja tanpa didengarkan oleh Mira. Gadis itu memang sedikit sensitif dengan Osis.

Tell Me Why?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang