again mistakenly thought

2.3K 83 33
                                    

Dan kini, aku salah mengira, lagi. Mungkin memang hanya aku yang mempunyai rasa.

-Almira Aresha

Happy reading!

Sesuatu hal yang paling Mira hindari selama disekolah salah satunya adalah Perpustakaan. Selain tempatnya yang banyak buku, Mira juga tidak suka diatur-atur oleh penjaganya. Dulu, sewaktu Mira kelas sepuluh, dia pernah adu mulut dengan penjaganya karena Mira yang seenaknya bernyanyi-nyanyi, sementara sudah tertera peraturannya yang mentidak bolehkan berisik. Bukannya merasa bersalah atau setidaknya meminta maaf, Mira malah dengan entengnya mengatakan ; Kepala sekolah pernah bilang untuk menjadikan sekolah sebagai rumah kedua. Saya dirumah suka nyanyi-nyanyi dan gak dilarang oleh Ibu, lalu kenapa saya dilarang ketika saya nyanyi-nyanyi dirumah kedua saya sendiri?

Tentu saja perkataan yang Mira lontarkan membuat guru yang menjaga perpustakaan itu tersulut emosi kemudian terjadilah adu mulut diantara mereka. Mira tidak mau lagi ke Perpustakaan semenjak kejadian itu. Tetapi sekarang, dia harus dengan terpaksa mengikuti ajakan Nata dan Sera. Mira tidak mau sendirian dikelas, Pelangi sedang berkumpul dengan eskulnya, sementara Disa dan Sabia ada pembinaan dengan wali kelasnya, sehingga mereka tidak bisa bolos untuk menemani Mira.

"Oh iya, gimana kemarin, lancar?" tanya Nata sewaktu mereka menuruni anak tangga.

Mira langsung menoleh dengan raut yang langsung berubah muram. "Ancur," katanya tak bersemangat.

"Ancur gimana maksudnya?"

Helaan napas langsung terdengar dari Mira. Cewek itu menatap Nata yang sepertinya meminta penjelasan lebih.

"Ancur gimana?" ulang Nata tak kunjung dijawab oleh Mira.

"Ya... Gitu."

Nata berdecak lidah. "Gitu gimana sih! Lo jangan bikin gue penasaran dong!"

Akhirnya Mira menceritakan semuanya karena Nata yang terus merengek meminta penjelasan. Mira menceritakan dari pertama Riga yang membawanya ke Gramedia. Kemudian dengan tololnya Mira mengatakan bahwa isi novel yang ingin dia beli adalah tentang Mira dan Riga. Hingga kejadian dramatis yang membuat Mira geram sekaligus malu, terlebih dengan pinggangnya yang masih terasa sakit sampai saat ini.

"Terus, terus gimana!" Seru Nata penasaran. Dia sedikit menepi karena menghalangi seseorang yang tengah berjalan.

Kemudian Mira menceritakan tentang
mereka yang harus menyusun buku selama satu jam lebih. Setelah itu Riga mengajakanya untuk pulang saja, saat Mira bertanya nasib tugasnya bagaimana, Riga menjawab bahwa tugasnya nanti akan dia kerjakan. Mira jadi merasa bersalah. Riga membawanya ke restoran cepat saji, dia meminta pada pelayan untuk membungkusnya. Mira hanya menunggu dimotor, dia kaget saat Riga menghampiri dan bertanya pinggangnya masih sakit? Itu katanya. Mira hanya mengangguk ragu dan selanjutnya dia hanya diam sampai. Riga mengantar ke singgasananya.

Nata tertawa kencang sampai menjadi sorotan siswa-siswi yang berada disekitarnya. "HAHA! lagian lo so-soan jaga imej, jatohnya kan jadi norak!"

"Itu semua kan gara-gara, lo!" Mira memberengut. "Padahal tugasnya masih lama. Pinggang gue yang jadi korbannya."

Nata cengengesan, mereka berbelok diujung lorong dan melewati lab bahasa. "Tapi ya, Mir, gue tuh gak ada nyuruh Riga ke gramedia. Cuma nyuruh kerja tugasnya bareng lo aja, udah gitu."

Tell Me Why?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang