officially friends

997 57 6
                                    

Temenan sama gue itu gak gratis. Harus dengan rela terkuras kantong. Gue mental gratisan soalnya haha!

-Almira Aresha.

HAPPY READING!
Kasih tau kalo ada typo!

Seperti kata Evan kemarin yang meminta Mira untuk menemaninya keliling sekolah. Cowok itu langsung menarik Mira setelah bel istirahat berbunyi beberapa menit lalu, mengundang pasang mata yang memandangnya terheran.

Termasuk Zaflan yang memang menyaksikan dengan jelas. Dia berdecak dan menyenggol bahu teman disampingnya, Riga.

"Kan gue bilang apa, si anak baru itu pasti gercep! Kalah saing lo, Ga," kata Zaflan menggeleng-geleng.

Riga mengalihkan pandangannya dari ponsel dan memandang Zaflan datar. "Gak jelas lo," lanjutnya seraya menatap kembali ke arah ponsel.

Zaflan memelotot dan duduk disebelah Riga dengan tidak santai. Dia menghela kasar, berusaha bersabar dengan temannya.

"Gak jelas gimana sih? Lo liat tuh, liat si Mira digondol si anak baru! Tampang lo biasa-biasa aja, sih.." Zaflan menoleh ke arah Riga, cowok itu tampak fokus pada ponselnya.

Zaflan menghela prustasi, lama-lama bicara dengan temannya ini seperti biacara dengan robot. "Ah udahlah! Bodoamat mau lo gimana, Ga." Zaflan berlalu dari sana. Riga hanya memandangnya bingung, ngapain juga dia yang repot.

Sementara itu, tangan Mira masih ditarik-tarik oleh Evan. Langkah cowok itu yang lebar membuat Mira sulit menyeimbangankannya, Mira sedikit berlari-lari kecil agar tangannya tidak terlalu tertarik oleh Evan.

"Aduh, sakit dong!" teriak Mira berusaha melepaskan tangannya.

Evan menghentikan langkahnya, dia menoleh kebelakang, ke arah Mira, dan langsung cengengesan tak berdosa. "Hehe sakit, ya?"

Dengan masih mengusap tangannya yang terasa perih, Mira menatap cowok itu sebal. "Udah tau pake nanya lagi."

"Sorry, gue terlalu bersemangat."

Mira mencibir. "Semangat sih semangat, tapi jalan lo udah kaya orang yang takut kehabisan antri emas, tau gak!"

"Iya deh iya, sorry."

Mira mengangguk pelan. Mereka kembali berjalan, lebih tepatnya Mira yang mengikuti Evan yang entah kemana tujuan cowok itu. Saat Mira bertanya kemana, Evan menjawab Mira hanya perlu mengikuti saja. Mira memberengut, lagi-lagi dia ketinggalan karena langkah Evan yang lebar. Cowok itu memasang senyum tebar pesona saat melewati cewek-cewek yang berdiri didepan kelasnya masing-masing.

Mira berdecih dalam hati. "Genit banget," katanya pelan, nyaris berbisik.

"Kenapa?" Evan berhenti mendadak, dan menoleh ke arah Mira yang hanya menggeleng.

Mulut evan membentuk hurup O. Kemudian mereka kembali berjalan, setelah beberapa menit berjalan, Evan kembali menghentikan langkahnya didepan ruang kepala sekolah.

"Kita ngapain disini?" Mira mengerutkan dahinya, cowok itu kemarin memintanya untuk mengelilingi sekolah lalu kenapa membawanya kesini.

"Lo jangan seenaknya, ya. Gue mau diajak keliling sekolah itu karena lo murid baru dan gue adalah murid lama. Jadi jangan seenaknya!" tegas Mira.

Dahi Evan mengkerut, alisnya menyatu menjadi satu. "Kita mula dari sini, ya!"

Suara Evan yang besar membuat para guru yang berlalu-lalang disekitar ruangan memandangnya heran. Mira menyapa diantara mereka dengan sopan.

Tell Me Why?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang