Usai sudah hari ini, kembali lagi esok dengan kisah yang beragam.
.
Almira Aresha.Happy reading!
—Motor itu berhenti disebuah Gramedia yang berada disalah satu kota Jakarta. Mira langsung turun dan membuka helmnya saat motor Riga dimatikan. Hari ini cuaca panas sekali, sinar matahari yang menyengat mampu membuat Mira kegerahan meski sepanjang jalan wajahnya tertampar oleh angin. Rambutnya yang terurai dia kibaskan, kemudian mengambil kucir rambut didalam tasnya, mengucirnya dengan asal.
Ditengah-tengah aktivitas Mira, ekor matanya melirik ke arah Riga yang masih duduk diatas motor. Tangannya memegang sebuah ponsel seraya menyangganya pada helm, sepertinya cowok itu tengah mengetik sesuatu disana. Mira jadi lupa akan suatu hal, dia lupa perihal Riga yang membawanya kesini. Padahal dengan jelas cowok itu mengatakan kalau mereka akan pergi ke perpustakaan kota untuk mencari buku-buku yang diperlukannya.
Lalu mengapa cowok itu membawanya kesini?
Sepasang sepatu yang berpijak tak jauh darinya, membuat Mira mengangkat kepalanya dengan cepat. Namun sedetik kemudian, dia memundurkan kepala juga memundurkan badannya tak kalah cepat, melihat Riga yang tiba-tiba berada didepannya. Jarak Mira dan Riga sangat tipis, jika saja Mira tidak langsung memghindar. Cewek itu berdehem pelan dan mengalihkan pandangannya. Saat dilihatnya Riga kembali, cowok itu mengedikan kepalanya seolah mengajak Mira untuk segera memasuki Gramedia.
Mira mengangguk ragu, dia berjalan dibelakang Riga. Tangannya menaut, ingin mempertanyakan sesuatu.
"Em... Kita, nyari buku disini?" tanya Mira sedikir meringis, takut-takut tidak dijawab oleh cowok itu.
Riga menghentikan langkahnya refleks, hingga Mira yang berada dibelakangnya membentur punggung tegapnya. Riga tersenyum tipis dan menoleh ke arah Mira. "Iya, sekalian cari komik."
Komik? Ulang Mira dalam hati. Merasa heran sekaligus kaget. Setaunya Riga lebih suka menonton filmnya daripada mengoleksi versi cetaknya.
Setelah itu Mira mengunci rapat-rapat mulutnya. Mereka kembali berjalan melewati basement motor dan memasuki Gramedia. Alunan musik langsung menyambut kedatangan mereka. Pandangan Mira langsung menjelajah ke seluruh ruangan. Senyumnya merekah sempurna, sudah cukup lama dia tidak mengunjungi tempat ini. Mira langsung melangkahkan kakinya dengan semangat. Mereka berpencar, Mira ke bagian rak fiksi sementara Riga melesat ke bagian rak sains. Entah apa yang membuat cewek itu yang membawanya ke rak ini, padahal niatnya dia ingin membantu Riga.
Mira mengambil sebuah novel dan membaca blurb nya. Sesekali dia melirik ke arah Riga yang tengah kebingungan. Melihatnya seperti itu, Mira jadi ingin membantunya. Namun egonya terlalu keras untuk menolak kata hatinya. Pandangan Mira kembali jatuh pada novel ditangannya. Dia berniat ingin membelinya, kalau boleh berpendapat, kayaknya kisah novelnya mirip dengan kisah percintaan Mira dan Riga? Haha, ngarep aja, batinnya menertawakan dirinya dalam hati.
Langkah Mira kembali menjelajah seluruh ruangan, banyak orang yang memandangnya aneh, tetapi Mira tidak peduli dengan orang-orang yang tidak dikenalnya itu. Mira berhenti saat dia melihat sesuatu yang mencolok matanya di rak bagian romance, ia mendekat dan berniat mengambil novel itu. Namun sialnya novel itu berada dibagian atas, Mira menengok ke kanan kirinya mencari seseorang untuk dimintai tolong. Tetapi, tidak ada siapapun disana. Mira menghela napas panjang, mau tak mau dia harus mengambilnya sendiri.
Saat tangannya mengulur dengan kakinya yang sedikit berjunjit. Mira melihat dengan ekor matanya, ada seseorang yang mengulurkan tangannya dan mengambil novel yang Mira dengan santainya. Mira langsung menoleh ke arah sampingnya, matanya langsung membulat ketika melihat wajah Riga yang kembali berjarak tipis dengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tell Me Why?
Teen FictionTerimakasih sudah mematikan harapan. Setidaknya sekarang aku tau untuk siapa hatimu. Setidaknya sekarang, sudah tidak ada lagi alasan untuk aku menggapaimu kembali. *** Dulunya, Almira dan Riga sangatlah dekat. Banyak ora...