emergence of hope

1K 67 8
                                    

Aku terbiasa dengan harapan, hingga lupa dengan kepastian.

-Almira Aresha

Kasih tau kalo ada typo:))
happy reading!

Ternyata kabar tentang Mira yang berdebat dengan Bu Aylen sudah menyebar dengan cepat ke telinga para penghuni sekolah. Termasuk Riga yang baru saja mengetahui dari pembicaraan yang nggak sengaja ia dengar.

Awalnya Riga tidak tau pembicaraan yang dimakusd gerombolan siswi itu. Namun, mengingat kegaduhan yang Mira lakukan saat upacara kemarin, ia mulai mengerti maksud dari pembicaran yang kini tengah hangat-hangatnya dibicarakan. Riga tidak habis pikir, baru saja kemarin Mira membuat ulah dengan mengerjai Anton—siswa gemulai yang rumornya menyukai Mira sejak kelas sepuluh. Mira membuat tontonan gratis untuk seluruh siswa dengan mendandani Anton hingga cowok itu menangis karena malu, kemudian tak lama Bu Aylen datang dan menyeret mereka semua ke ruang BK, oh kecuali Sera—si baik itu tidak ikut-ikutan.

Riga kembali berjalan setelah menjalankan tugasnya dari Pak Deri. Sesekali ia menggelengkan kepala mendengar nama Mira dilorong-lorong kelas, siswi-siswi itu masih saja membicarakannya, Riga yakin jika Mira tau hal ini dia pasti tidak akan tinggal diam.

Langkah Riga terhenti saat seseorang tiba-tiba memanggilnya. Menghela napas panjang, Riga menoleh ke belakang dan seketika raut wajahnya berubah menjadi senyum terpaksa melihat wajah Bu Aylen dihadapannya.

Bu Aylen menghampiri dan bersidekap didepan Riga. "Kamu kenal, Mira?"

"Mira?" ulang Riga refleks.

"Iya. Kamu kenal?"

Riga mengangguk pelan.

Bu Aylen tersenyum merekah. Dia merogoh sesuatu disaku roknya dan mengulurkannya. "Ini punya Mira, kemarin ketinggalan sehabis dari ruangan saya. Kamu tolong kembalikan, ya?"

Riga memandang sebuah kalung ditangan Bu Aylen. Kalung itu, kalung yang ia berikan satu tahun yang lalu dan Mira masih menyimpannya dengan baik.

"Heh! Kamu ini malah bengong!"

Riga tersadar dan tersenyum canggung seketika. Ia mengambil kalung itu dengan perlahan dan memasukannya kedalam saku celana.

"Nanti saya kasih ke Mira, Bu."

"Yasudah, terimakasih ya." Bu Aylen menepuk bahu Riga dan berlalu dari hadapannya.

Riga hanya mengangguk, setelah itu dia kembali ke kelasnya. Ternyata didalam kelas sudah ada Bu Mita—guru Biologinya. Riga kaget sekaligus merasa tidak enak karena nyelonong saja.

"Maaf, Bu, saya telat. Tadi dipanggil Pak Deri."

Belum sempat Bu Mita menjawab, seseorang berseru dengan lantang.

"Nah, Bu! Satu lagi Riga, ya! Ga lo satu kelompok sama gue," seru Nata heboh.

Alis Riga menaut, tidak mengerti dengan maksud Nata. Namun helaan napas juga anggukan Bu Mita membuatnya ikut-ikutan mengangguk.

Mira yang hanya menyaksikan saja, menggeram ditempatnya. Menatap Nata dengan tajam, sementara cewek yang ditatapnya itu hanya cengar-cengir saja.

Tell Me Why?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang