Aku tidak bisa membencimu, meski karenamu aku terjerat oleh pilu.
Almira Aresha
.
.
.Jika ditanya sesuatu apa yang Mira
cintai didunia ini? Sudah pasti gadis itu akan menjawab ranjang sebagai salah satunya. Ukurannya yang besar membuat Mira dengan leluasa berguling kesana-kemari tanpa takut terjatuh. Seprai nya yang lembut membuatnya enggan untuk beranjak. Oh, jangan lupa juga posisinya yang dekat dengan jendela. Membuat Mira bisa menatap leluasa bintang dimalam hari atau merasakan hangatnya sinar mentari dipagi hari.Seperti saat ini.
Eh! Tunggu-tunggu, apa tadi? Sinar matahari?
Dengan secepat kilat Mira membuka kedua matanya. Dari sela gorden, matahari sudah menjulang tinggi sehingga menciptakan garis terang yang menerpa wajahnya. Mira melirik kesuatu arah dan langsung melotot saat melihat angka yang ditunjukan oleh jam digital diatas nakas samping tempat tidurnya.
INI SUDAH JAM 06.50 DAN SEKOLAHNYA DIMULAI PUKUL 07.20?!
"APA! JAM 06.50?!" dengan histeris Mira melompat dari tempat tidurnya dan berlari ke kamar mandi.
Kurang dari lima menit Mira sudah keluar dengan kemudian berlari keluar kamar menuju kamar abang nya.
"Bang, Bang Ravan!" Mira mengetuk-ngetuk pintu kamar dengan keras.
Merasa tak ada jawaban, Mira mendorong pintunya yang memang jarang dikunci oleh Ravan.
"ABANG, ANTERIN GUE SEKOLAH!"
Ravan yang semula masih berguling dibawah selimut tergelonjak kaget mendengar teriakan adiknya. Ditambah dengan penampilan Mira dihadapannya.
"LO KENAPA LIATIN GUE?!"
"Itu ... Lo ngapain kesini, masih pake handuk lagi."
Mira menatap tubuhnya, ia cengengesan karena melihat tingkahnya sendiri. Kemudian raut wajahnya kembali sangar. "Gue tuh telat bangun. Lo sama ibu kenapa gak bangunin gue sih? Pokoknya sebagai tanda ganti, lo harus anterin gue kesekolah sekarang!"
"Gak bisa, Mir. Gue ada matkul pagi,lagian gue masih ngantuk." Ravan baru saja ingin kembali rebahan tiba-tiba tangannya ditarik-tarik oleh Mira.
"Eh, iya, iya!" Ravan merasa was-was,takut handuk yang dipakai Mira melorot karena cewek itu yang terlalu hiperaktif.
"Tapi gue mandi dulu." Ravan bangkit dari kasurnya.
"Jangan lama."
"Lima menit doang."
"Tiga menit!" tegas Mira.
"Tiga menit? Mending sekalian gak usah mandi. Lima menit deh, Mir."
"TIGA MENIT, ABANG!"
"Iya! Iya! Tiga menit!" jerit Ravan.
Mira tersenyum senang, ia kembali ke kamarnya. Memakai bajunya dengan gerakan cepat, kemudian berlari kebawah dengan satu tangannya yang sibuk mengucir rambutnya. Hampir saja ia terjatuh saat diundakan tangga karena tali sepatunya yang tidak terikat sempurna. Mira berdecak karena harus membuang-buang waktunya untuk berjongkok membenarakan tali sepatunya. Dan kembali menghampiri ibu.
"Kamu ini." geram Ibu.
"Apa bu? Aku udah telat banget ini. Mana sini sarapannya? Aku berangkat dulu ya, Bu." Mira mengecup pipi Ibu dan menyambar Roti dimeja makan.
"Ayo bang!" serunya meloncat keatas boncengan.
Ravan yang belum siap hampir saja motornya jatuh kalau saja ia tidak menahannya. "Bilang ke lu kalau mau naik," katanya kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tell Me Why?
Teen FictionTerimakasih sudah mematikan harapan. Setidaknya sekarang aku tau untuk siapa hatimu. Setidaknya sekarang, sudah tidak ada lagi alasan untuk aku menggapaimu kembali. *** Dulunya, Almira dan Riga sangatlah dekat. Banyak ora...