decision

1.1K 69 8
                                    

Aku sayang kamu, itu tandanya aku harus siap apabila suatu saat kamu harus pergi .

- Shaira Nabila.

Happy reading!

Helaan napas terdengar dari Aira. Dari tadi dia menjadi pusat perhatin para pengunjung kantin yang berlalu-lalang. Mungkin karena dia duduk dikursi kantin pojok dengan pandangannya yang terus pada ponsel membuat para pengunjung kantin itu menatapnya terheran-heran.

Berlebihan. Padahal tujuannya kesini bukan untuk menjadi pusat perhatian, lagipula dia tidak suka. Melainkan untuk menunggu seseorang yang sudah lima belas menit ia tunggu, namun tak kunjung menampakan raut-raut wajahnya.

Lagi, dan lagi. Aira menghembuskan napas gusar. Tidak seperti biasanya seseorang yang Aira tunggu membuatnya menunggu sampai bosan seperti ini. Biasanya cowok itu akan selalu datang tepat waktu. Atau minimal akan memberinya kabar terlebih dahulu jika dia ada halangan ataupun sesuatu yang membuatnya tidak bisa datang.

Tetapi, ini tidak kedua-duanya.

Aira mengambil lemon tea nya yang es nya sudah mencair. Ia menyeruput dengan pandangan menjelajah seisi ruangan. Hingga tatapan matanya terhenti pada satu objek, dimana seseorang yang tengah berjalan ke arahnya.

Dari arah pintu kantin. Seseorang itu terlihat berjalan tergesa-tergesa. Cowok itu tersenyum, mau tak mau Aira mengangkat sudut bibirnya sedikit.

"Sorry, lama. Hp nya tadi mati," kata Riga setelah duduk dihadapan Aira.

Aira mengangguk singkat. "Gapapa."

Selanjutnya keadaan kembali hening, hanya ada suara-suara siswi-siswi yang mungkin saja membolos, mengobrol hingga menggema dalam ruangan.

Riga tiba-tiba saja dilanda kecanggungan. Dia tidak tau memulai percakapannya darimana. Sementara Aira, dia memilih untuk Bungkam terlebih dahulu, menyusun kata-kata yang nantinya akan disampaikan kepada Riga.

"Udah makan?" tanya Riga hati-hati.

Aira hanya memgangguk.

Dan Riga hanya mengangguk-angguk saja. Dia merasa serba salah dalam keadaan seperti ini.

"Gue pesen makanan dulu ya?"

"Iya," lagi-lagi Aira hanya mengangguk.

Dia sempat melirik Riga yang masih menatapanya, kemudian cowok itu berlalu dari hadapannya. Aira memijit dahinya yang terasa berdenyut. Kepalanya berat, seperti ingin pecah. Dia bersandar dengan perlahan matanya memejam.

Lalu tak lama Riga datang dengan membawa sepiring makanan dan minuman. Dari tadi dia memerhatikan Aira yang tidak seperti biasanya. Aira seperti orang yang sedang banyak pikiran.

Riga mendekat, dia menaruh makannaya. Perlahan, tangannya menyentuh bahu Aira, tetapi cewek itu langsung terbangun kembali ke posisi semula. Riga mengusap-usap bahu Aira dan tersenyum menenangkan.

"Lagi banyak pikiran, ya?"

Aira terdiam. Bagaimana dia memulainya dari awal?

"Mau cerita?" tanya Riga kembali, memandang Aira yang menunduk.

Riga mengangkat dagu Aira hingga cewek itu langsung bertatapan dengannya. "Kenapa, hmm?"

Mungkin, ini saatnya Aira mengungkapkan segalanya dari pikirannya. Dia tidak tau apa yang terjadi, tetapi dia harus mengatakannya.

"Ga, gatau kenapa gue pengin ngomong ini dari dulu sama lo tapi tetep gabisa."

Aira mengabil napas dalam-dalam.
"Mungkin ini waktu yang tepat buat meluruskan semuanya. Lo, mau sampai kapan ngehindarin dia?"

Tell Me Why?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang