PROLOG.

5.5K 324 101
                                    

Jika itu alasan kamu berubah, aku akan berusaha mengerti. Mungkin kita hanya ditakdirkan untuk beriringan, bukan berdampingan.
.
.
.

16 Agustus 2014.

Aroma kopi yang menyeruak juga lantunan musik yang diputar dari hometeather menambah kesan klasik dan kenyamanan dalam sebuah ruangan.

Terlihat seorang perempuan yang tengah duduk di pojok ruang kafe dengan tatapan sendu dan lurus kearah ponsel.

Helaan napas terdengar gusar dari Mira. Cewek itu kembali menyeka air matanya yang jatuh. Satu jam setelah kedatangan Mira di kafe, ia hanya menangis tanpa suara. Sorot matanya yang tajam terus menatap kearah ponsel, lebih tepatnya pada postingan akun milik Riga yang menampilkan pigur seorang wanita berdiri disampingnya.

Seseorang yang baru saja datang dan duduk disampingnya menepuk bahu Mira pelan.

Mira menoleh,tersenyum tipis menyambut kedatangan Sera— sahabatnya.

"Kenapa lagi?" tanya Sera menyimpan ranselnya dibelakang punggungnya.

Mira menyerahkan ponselnya pada Sera, dan menunduk menyembunyikan air mata yang jatuh kembali.

"Ini ka Aira kan, Mir?" Sera merasa kaget setelah melihatnya diponsel Mira.

Mira mengangguk lemah. Ya, cewek yang berdiri disamping Riga adalah Kak Aira. Mira mengenalnya, Kak Aira adalah seniornya sekaligus Kaka pamongnya dulu saat ia dalam Masa Orientasi Sekolah.

"G-gue gak nyangka, Ser,"kata Mira terbata, "Riga jahat banget sama gue."

Sera mendekat dan mengusap bahu Mira. "Sabar ya, Mir." Sera memeluk Mira dari samping,"Gue juga gak nyangka."

Bagaimana bisa Mira bersabar? Hatinya benar-benar terluka, tidak ada yang lebih menyakitkan selain melihat orang yang kita suka bersanding dengan perempuan lain. Ia tidak bisa membayangkan betapa banyak jarum yang menusuk hatinya ketika ia dipaparkan oleh kenyataan yang berhasil menampar hatinya.

"Udah ya, Mir. Jangan nangis lagi, percuma dia gak akan tau."

Iya! Riga tidak akan tau dan tidak akan pernah tau sampai kapan pun.

"Gue ini salah apa sih,Ser? Apa ini alasan dia yang tiba-tiba ngejauhin gue? " Mira berucap lirih, Hatinya yang pilu kini diwakili oleh air matanya yang tak henti.

"G-gue cinta sama dia...."Mira membekap mulutnya menahan isakan tangisnya.

"Iya, tau. Seperti yang lo bilang dulu, hukum alam menciptakan cinta dan luka secara beriringan. Jadikan semuanya menjadi pelajaran. Don't cry anymore,okay? Useless, He will not care."

Benar kata Sera. Untuk apa Mira menangis? Riga tidak akan peduli.

Tetapi bagaimana dengan perasaan Mira yang telah dicuri namun dicampakkan begitu saja? Mira benar-benar merasa hidupnya sudah berhenti saat ini.

Jika begitu, akan kah ia mempertahankan cintanya atau justru melepaskannya bersama kenangan yang pernah dilalulinya? Entahlah, hanya waktu yang akan menjawab semuanya.

                              ***

A/N : Hai, akhirnya tercapai juga setelah sekian lama ingin publish, yeay! Btw ini cerita pertamaku.

Ini prolog ya, semoga suka!

Tell Me Why?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang