Bersikaplah biasa, tak perlu kau buat drama.
Almira Aresha.
.
.Kasih tau kalo ada typo:))
happy reading!
—Jum'at yang cerah, ditambah sinar matahari yang cukup menyengat membuat segerombol siswi yang tengah pemanasan ditengah lapang itu tak henti-hentinya mengomel.
Mira mengibaskan tangan dilehernya, dia menghindar dari teman-temannya, berjalan ke pinggir lapang dan berteduh disana. Pelangi menyusul, mulutnya tampak komat-kamit entah bicara apa.
"Gila panas banget sih! Tau gini gue dikelas aja tadi, itu si Sera malah betah banget si disitu." Pelangi mengomel dan duduk lesehan disamping Mira.
"Biarin aja, siapa tau asupan sinar matahari bisa bikin Sera gemuk." Mira tertawa sambil memandangi temannya yang masih pemanasan dilapang.
Pelangi tertawa menanggapi, tawanya kenceng banget sampe mereka yang pemanasam melihat ke arahnya dengan bingung. Meski begitu, tidak ada yang berani menegurnya. Apalagi Riga, seharusnya sebagai ketua kelas, dia menegur jika teman kelasnya tidak mematuhi aturan kelas. Tetapi ini tidak ada reaksi apapun, padahal Mira selalu menunggu ditegur olehnya.
"Alamsyah cepetan dong! Lelet banget lo kayak cewek," teriak Pelangi tidak sabaran. Alamsyah disana malah mencebik dan membuang muka.
"Kampret malah buang muka, so jual mahal banget tu cowok!" Pelangi melempar batu kecil kearah Alamsyah. Dia tertawa saat batunya terkena punggung cowok itu.
Mira ikut tertawa melihatnya. "Lama-lama lo jatuh cinta, Ngi, kalo ngerjain dia terus."
Pelangi bergidik ngeri. "Dih ogah! Bukan cuma gue doang kali, Nata juga sering jailin ko," katanya tak terima seraya menatap Nata yang tengah berjalan ke arahnya.
Raut wajahnya tidak bersahabat, mulutnya sama seperti Pelangi tadi, komat-kamit tidak jelas bicara apa.
"Kenapa lo?" tanya Mira saat Nata duduk disampingnya.
"Itu! Alamsyah lama banget, gak tau panas apa kayak digurun. Itulagi, orang kelasnya lagi pemanasan malah ngapel aja kerjaannya, sialan!" Nata jadi uring-uringan sendiri.
Mira dan Pelangi yang kini tengah melihat teman kelasnya berlari mengelilingi lapangan, kini mengalihkan pandangannya ke arah Nata dengan bingung.
"Haduuuuuh! Udah tau panas malah teriak-teriak," Pelangi menutup telinganya seraya mengibaskan tangannya.
"Eh lo tuh ya, nyolot banget! Seharusnya itu tuh yang lo omelin, bukan gue!"
Baik Mira ataupun Pelangi, keduannya menoleh pada seseorang yang Nata tunjuk. Disana, Zaflan tengah mengobrol, sesekali ketawa-ketawa bareng ceweknya. Sontak saja Mira dan Pelangi tertawa keras.
"Wah, gue tau nih, lo cemburu yakan?" Pelangi menunjuk Nata dengan jahil.
Nata menepis tangan Pelangi. "Apasih! Gue tuh bukan cemburu yah, yakali cemburu nggak banget! Cuma, dia tuh kayak nggak ngehargain kelasnya aja gitu, iya kan, Mir? Nora banget sih, tiap hari nempel terus kaya lem sama perangko aja."
"Iya! Itu namanya cemburu Nataaaa," Pelangi berteriak disamping telinganya. "Susah banget sih lo dibilangin!"
"Udah deh, lama-lama tambah panas gue denger kalian saling teriak-teriakan." Mira bangkit dari tempatnya.
Berniat ke kantin untuk mengisi perutnya yang sudah keroncongan. Saat dia ingin berjalan, Sera berdiri didepannya menghalangi jalan.
"Mau kemana?" katanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tell Me Why?
أدب المراهقينTerimakasih sudah mematikan harapan. Setidaknya sekarang aku tau untuk siapa hatimu. Setidaknya sekarang, sudah tidak ada lagi alasan untuk aku menggapaimu kembali. *** Dulunya, Almira dan Riga sangatlah dekat. Banyak ora...