Prolog
Aku terlalu nyaman berada diposisi ini, menyayangimu tanpa status apapun.
Aku ingin menyerah untuk mengharapkan cintamu.
Tetapi, kau memberikan harapan itu disaat aku ingin menyerah.
Aku hanya ingin sedikit perhatian darimu...
Aku hanya ingin mengenal duniamu.
Dunia programmer yang penuh dengan kode itu...
Lalu sekarang apa ??
Haruskah aku benar-benar menyerah dengan engkau yang enggan memberikan kepastian ??
Haruskah aku memilihnya yang selalu menemaniku ??
Haruskah atas nama cinta buta, aku terus betahan ???
*
*
*Sebuah notifikasi email masuk muncul disudut kanan bawah layar dekstop namun, tidak mengganggu sedikitpun konsentrasi laki-laki itu. Ia hanya melirik sekilas untuk melihat nama pengirim email, senyum tipis hinggap pada wajahnya yang sejak tadi datar karena terus memperhatikan kode pada coding sheet.
Jemarinya gelisah ingin membuka email tersebut tetapi pekerjaannya harus segera ia selesaikan, kurang dari setengah jam lagi harus ia kirim pada client. Jika ia membuka email itu sekarang, ia tidak yakin bisa berhenti untuk tidak terus saling berkirim pesan.
“Udah beres belum ?? client udah nelepon nih!!” seru seseorang dari lantai bawah.
“Bentar dikit lagi!!” matanya kembali terfokus pada barisan kode dilayar laptopnya, setelah memeriksa ulang semuanya hingga akhir, ia pun menyimpan hasil pekerjaannya dan menutup coding sheet. “Udah beres nih !!”
Setelah mengatakannya seseorang masuk kedalam ruangannya, “Serius udah beres ??” yang ditanya pun hanya mengangguk. “Ok!! Gue tinggal telepon client. Jangan lupa buka tuh email, siapa tau cewek lo ngirim foto berdua sama gebetannya.” Ujarnya sambil melengos meninggalkan ruangan dengan warna biru yang mencolok itu.
“Asem!!” Ia pun menggerakan cursor untuk membuka email yang sejak tadi meminta untuk dibaca.
Osaka musim panas bener-bener panas, dua kali lipat panas di Jakarta. Temen-temen pada pergi ke kolam, sayang banget aku ngga bisa renang jadi cuma main air. Tapi tetep aja aku kena tarif seribu yen.
Aku suka banget disini, orang-orangnya pada ramah. Sayang banget tinggal sebulan lagi aku disini. Btw, aku lagi minta dosen buat nambah waktu praktik aku jadi enam bulan, jadi aku masih punya waktu empat bulan buat nikmati musim panas & musim gugur di Osaka. Matsuri disini juga lebih keren dari di Indo, hampir tiap pulang kerja aku ngeliat kembang api di langit.
P. S Take care with your healt, I can’t give healty food from here
Ia pun menghela napas, terkadang gadis ini senang sekali menjahilinya. Jarinya dengan lincah bergerak di atas keyboard mengetikan balasan.
Kalo kamu nambah waktu praktik disana, aku bakal nyusulin kamu.
P.S Cepet pulang!!
Singkat padat dan jelas, setelah mengklik tombol kirim dan menunggu beberapa saat hingga email balasannya terkirim. Ia pun men-shutdown laptop yang sejak semalam menemaninya. Jika saja gadis itu berada disini, mungkin dia bisa sedikit melepas lelah setelah berjam-jam menguraikan kode-kode berat pada laptopnya.
Namun itu hanya angan, masih ada jangka waktu satu bulan sebelum gadis itu kembali menemaninya.
Terkadang rindu itu datang tanpa diundang dan tak pernah bisa dimengerti. Dia bisa merasakan rindu yang –menurutnya- hebat seperti ini. apakah gadis itu juga merasakan hal yang sama saat dahulu mereka berpisah ??
Ia tak pernah tahu, kecuali jika dia menanyakannya pada gadis itu langsung setelah gadis itu kembali di dekatnya.
*
*
*Abel membuka Instagram pada ponselnya, sudah hampir setengah jam Ardian berkutat dengan laptop putihnya tanpa memperhatikan kehadiran Abel. Jarinya bergerak menyentuh tombol pencarian dan mengetikan kata programmer pada bagian hastag, ia pun mengklik hastag teratas yang berisi lebih dari lima ratus ribu kiriman.
Kiriman-kiriman itu hanya berisi gambar komputer, laptop, laki-laki yang duduk di depan perangkat kesayangannya seperti Ardian, coding sheet dan meme mengenai programmer yang sedikit tak dimengerti Abel.
Abel mengklik salah satu meme berbahasa Indonesia, ia pun membacanya dengan saksama. Pacaran itu sama programmer, titik koma aja di perhatiin apa lagi kamu.
Abel menggeser meme itu. Pacaran itu sama programmer, kode program aja peka apa lagi kode dari kamu.
“Uso !!” Abel memencet tombol kembali dengan kasar.
“Ada apa ??” tanya Ardian tanpa mengalihkan perhatiannya dari layar.
“Aku barusan baca meme tentang programmer.” Ujar Abel sebal.
“Terus ??”
“Katanya programmer itu peka sama kode, itu kan ngga bener.”
“Loh kok ngga bener ??” Ardian membalikan badannya untuk memperhatikan Abel, topik ini sepertinya cukup menarik.
“Buktinya kamu aku kodein ngga peka-peka!!”
Ardian tertawa, “Lah ngapain kamu ngodein aku ?? aku peka kok sama kode.” Ardian mengambil laptopnya dan memperlihatkan apa yang sedang ia kerjakan, “Nih lihat, tiap hari aku mainnya sama kode, masa kamu masih sebut aku ngga peka ??”
“Iya kamu peka, pekanya sama kode komputer!!”
*
*
*“Kamu lagi ngapain sih ??”
“Aku lagi ngoding.”
“Hah ?!! ngoding ?? apaan tuh ??”
“Ngoding itu bikin program, seru tau.”
*
*
*“Bisa ketemu ngga hari ini ??”
“Bisa kayanya, hm... bentar. Dua jam lagi aku beresin codingan aku, abis itu kita ketemu.”
“Baka !!”
*
*
*“Udah tidur ?? aku nemu codingan bagus nih.”
“Alien no baka !!! liat jam dong ah, ini udah jam tiga pagi, waktunya aku buat tidur.”
“Sorry aku cuma pengen nyerita aja. Oyasumi, koala-chan.”
“...”
*
*
*
KAMU SEDANG MEMBACA
My Dearest is A Programmer
General Fiction[[UNFINISHED]] CERITA INI TIDAK DILANJUTKAN KARENA BERBAGAI SEBAB, DIMOHON UNTUK TIDAK LAGI MENUNGGU CERITA INI UPDATE Bagi Ardian hal-hal yang tak dapat masuk logika adalah hal yang harus ia hindari, termasuk perasaan. Hidupnya hanya terpatok pada...