1. My Dearest is A Programmer - Damn!! I am Late

799 54 5
                                    

1. My Dearest is A Programmer-Damn !! I’m Late

Jika seseorang benar-benar menyukai kita, maka dia akan memberikan bukti, bukan alasan-alasan atau penjelasan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jika seseorang benar-benar menyukai kita, maka dia akan memberikan bukti, bukan alasan-alasan atau penjelasan.

Jika seseorang benar-benar menyukai kita, maka dia akan berlari menjemput, bukan membiarkan kita menunggu.

Jika seseorang benar-benar menyukai kita, maka dia akan memberikan komitmen terikat, bukan ketidak pastian.

Jika seseorang benar-benar menyukai kita, maka dia akan memberikan komitmen terikat, bukan ketidak pastian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jakarta, April 2015

Seorang gadis berkemeja hijau tosca berjalan terburu-buru melewati orang-orang yang hilir mudik di gedung besar bercat biru bertuliskan Mardea Advertising yang tercetak besar di depan gedung, rambut lurus sebahu berwarna kecoklatannya sedikit berantakan tertiup angin.

Pagi hari memang waktu yang benar-benar sibuk. Sepanjang perjalanan menuju kantor ia merutuki dirinya sendiri yang terlambat bangun pagi ini. Ditengah keterburu-buruannya tiba-tiba seseorang menabraknya hingga kacamata yang menempel pada wajahnya terlempar.

“Ish!!! kenapa pake jatuh segala sih ?!!” rutuk gadis dengan name tag Salsabella Kirara atau yang lebih sering disapa Abel itu. Dengan minus tiga setengah ditambah silindris entah tingkat berapa, bukan hal mudah baginya untuk berjalan tanpa kacamata atau softlens.

Saat ia hendak berjongkok untuk mencari kacamatanya, namun seseorang menepuk bahunya dan memberikan kacamatanya. Abel pun mengerjapkan matanya beberapa kali lalu mengambil kacamata yang disodorkan orang tersebut dan memakainya.

“Dasar ceroboh, kacamata aja bisa jatuh.” Ujar Vania tersenyum.

“Bukan gue yang salah,” bela Abel sambil mengerucutkan bibirnya.

“Terus salah siapa ?? salah bu Maria yang ngasih lo kerjaan banyak ??” Vania tergelak lalu merangkul bahu Abel dan berjalan kearah tangga menuju lantai tiga.

“Bisa jadi.” Jawab Abel cuek sambil mengelap kacamatanya.

“Lo dateng telat gara-gara tidur kemaleman lagi ??” tanya Vania tanpa menatap Abel yang sedang sibuk memperbaiki posisi kacamatanya.

My Dearest is A ProgrammerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang