16. My Dearest is A Programmer – Office Hours
Chapter Sebelumnya
= = = = = = = = = =
Risa memperhatikan penampilan Abel yang terlihat biasa saja, “Oh Ok!! Gapapa udah ada aku ini Ardian pasti baik-baik aja.”“Berisik Risa !!!” Ardian menarik selimut dan menutup tubuhnya hingga kepala. Ardian tidak suka melihat Risa dengan pandangan merendahkan Abel seperti itu. Tapi ia tidak bisa melakukan apapun.
“Mau gue anter ??” tanya Reiki.
“Enggak usah, temen aku mau ngejemput kesini.” Mendengar itu Ardian langsung membuka selimutnya namun terlambat, Abel sudah keluar dari ruangan.
= = = = = = = = =Tidak akan pernah ada dusta tercipta
Lisan pun tak akan bisa terbuka
Saat melihat semua hal nyata, dengan kedua mata.Abel menempelkan pipinya pada punggung Fikri, ia benar-benar lemas saat ini. Pikirannya kosong, adegan wanita cantik bernama Risa memeluk Ardian masih memenuhi bayangannya.
“Jangan nempel banget gitu dong!! Berat tau !!”
Abel hanya mengerjapkan matanya tanpa mengubah posisinya. Tadi Abel mengirim WhatsApp pada Fikri meminta sahabatnya itu untuk menjemputnya di rumah sakit. Fikri pun hanya mengiyakan tanpa menanya alasan mengapa ia harus menjemput Abel di rumah sakit.
Saat sampai di depan gedung kantor, Abel langsung masuk tanpa menunggu Fikri yang memarkir motornya terlebih dahulu. Abel menyandarkan tubuhnya pada dinding lift setelah menekan tombol di samping pintu lift. Beruntung ia tidak bertemu dengan Vania pagi ini, jika mereka bertemu, Vania pasti akan mengajaknya menaiki tangga menuju ruangan. Karena menurut Vania, Abel kurang bergerak, dan itu akan berefek pada kesehatannya.
Abel berjalan dengan lemas menuju kubikelnya, saat hendak menaruh ranselnya, bu Maria datang menghampirinya.
“Miss. Kirara, I have send messege last night. Why you take your bag here ?!!”
KAMU SEDANG MEMBACA
My Dearest is A Programmer
Ficción General[[UNFINISHED]] CERITA INI TIDAK DILANJUTKAN KARENA BERBAGAI SEBAB, DIMOHON UNTUK TIDAK LAGI MENUNGGU CERITA INI UPDATE Bagi Ardian hal-hal yang tak dapat masuk logika adalah hal yang harus ia hindari, termasuk perasaan. Hidupnya hanya terpatok pada...