3. My Dearest is A Programmer - He with His Friend in Korea

300 28 0
                                    

3. My Dearest is A Programmer-He with his Friend in Korea

Chapter sebelumnya
= = = = = = = = = =
Abel tersenyum sendiri membaca balasan emailnya. Setelah yakin emailnya terkirim, ia pun menutup semua tab browsernya dan mulai membuka kembali folder pekerjaan yang harus ia selesaikan. Mungkin malam ini dia akan kembali bergadang seperti malam sebelumnya, namun malam ini ia tidak menghubungi Ardian. Sepertinya lost contact beberapa waktu dengan Ardian akan membantunya berpikir.
= = = = = = = = = =

Bukan tentang siapa yang paling dekat, tetapi tentang siapa yang paling mengerti dan paling pantas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bukan tentang siapa yang paling dekat, tetapi tentang siapa yang paling mengerti dan paling pantas.

Benaya dan Dara

Senyum manis mengembang di wajah mulus Risa, rambut hitam panjangnya berkelebat tertiup angin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Senyum manis mengembang di wajah mulus Risa, rambut hitam panjangnya berkelebat tertiup angin. Mahasiswi tingkat akhir jurusan Korean Language and Literature di Seoul National University itu hanya tinggal menunggu kawan sejurusannya untuk bisa kembali ke tanah air. Seperti pagi dihari lainnya, ia akan pergi ke apartemen Ardian dan teman-temannya untuk mengantarkan makanan.

Apartemen bernomor 3457 itu tidak asing baginya, enam orang mahasiswa setanah air namun berbeda jurusan dengannya tinggal didalamnya. Risa pun memencet bel disamping pintu. Beberapa saat kemudian terdengar suara sedikit gaduh dari balik pintu.

"Bentar Ris !!" teriak seseorang dari dalam. Tiga menit kemudian pintu terbuka memperlihatkan seorang laki-laki berkulit putih dengan rambut mencuat berwarna kecoklatan mengenakan kaus hitam belel dan celana jeans gombrang yang menutupi lututnya. "Pagi Ris," sapanya dengan senyum separo.

"Pagi, Fan." Risa tersenyum lalu sedikit menengokan kepalanya ke dalam apartemen, "Ardian ada ??"

Fandi menggeser badannya dan mempersilahkan Risa untuk melihat sendiri keadaan temannya di apartemen, "Badannya sih ada disini, kalo pikirannya engga tau deh. Dari semalem dia bertapa di kamar, katanya ada kerjaan."

Apartemen itu cukup luas ada empat kamar tidur, ruang tamu, ruang santai, dapur modern yang menyatu dengan ruang makan dan kamar mandi disetiap kamar. Tetap saja apartemen itu terasa sempit karena dipenuhi berbagai barang yang tidak ditempatkan pada tempatnya.

My Dearest is A ProgrammerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang