18.3 My Dearest is A Programmer- Abel and Ardian Time
Hontou ni gomenasai, minggu kemarin aku sakit dan hp aku rusak jadi nggak bisa UP *Ojigi 7 kali*
Chapter sebelumnya
= = = = = = = = = =
Ardian menatap Abel, merasa heran kekasihnya itu mengeratkan genggamannya sambil bergetar. "Kenapa, Bel ??" Ardian menatap Abel dengan dalam, wajah Abel terlihat menegang. "Bel ??" tanya Ardian memastikan.
Abel terlonjat kaget saat sebelah tangan Ardian yang tidak menggenggamnya, melingkar sekitar dadanya. "Kamu kenapa ??" tanya Ardian lembut. Abel menggeleng, namun tatapannya masih lurus menatap objek yang tak jauh darinya.
= = = = = = = = = =
Dengan langkah tergesa-gesa Risa menghampiri Abel dan Ardian, matanya menatap lurus pada Ardian yang tengah menatap Abel. "Ardian!!" Panggil –teriak- Risa.
Ardian mengangkat kepalanya lalu mengangkat sebelah alisnya tanpa berniat mengatakan apapun. Sedangkan Abel mengeratkan genggamannya pada tangan Ardian. Abel tidak siap dihakimi oleh Risa di depan banyak orang seperti ini. Abel pernah –sering- melihat adegan-adegan seperti itu di drama televisi yang biasa Ambu tonton di malam hari.
"Ngapain kamu disini ?!!" tanya Risa, "Sama cewek ini pula." Mata Risa menatap Abel dengan tajam.
Abel merasa dikuliti oleh tatapan Risa apalagi tinggi Risa nyaris sama dengan Ardian, membuat Abel merasa terintimidasi. Ardian menyadari jika Abel ketakutan langsung menjadikan dirinya benteng menghalangi tatapan Risa pada kekasihnya.
"Aku liburan." Ujar Ardian santai, "sama pacar aku." Lanjutnya.
Risa melebarkan bola matanya tak percaya, "Apa Ar ?!!"
"Kamu pasti denger, nggak perlu aku ulang."
Risa mengerang pelan, "Kamu tuh kenapa sih Ar ?!! aku ajak liburan kesini, kamu nggak mau. Mama kamu bilang kamu masih sakit." Risa melirik Abel yang berdiri di belakang bahu Ardian. "Dan sekarang kamu bilang kamu lagi liburan disini sama cewek kampung itu ?!!" meskipun dalam hati, Risa mengakui jika Ardian terlihat serasi dengan Abel. Tapi ia segera menepisnya.
"Ngapain kamu ngajak aku ?? kamu kan liburan sama keluarga kamu." Dagu Ardian menunjuk orang tua Risa yang tidak jauh berdiri di belakang Risa, "Bebas dong aku mau liburan dimana pun, sama siapapun. Dan ya Abel emang cewek kampung sini, terus masalahnya dimana ??" ucapan Ardian terdengar kejam bagi siapapun yang mendengarnya.
"Aaaargh!!!" jerit Risa frustrasi dan mulai menarik perhatian orang-orang di sekitar mereka.
"Antreannya udah dikit," Ardian memperhatikan antrean di depannya, "Ayo!!" Ardian mengajak Abel untuk mendekati antrean di depannya, mengabaikan Risa yang menatapnya dengan tajam.
"Bitch!!" Maki Risa sambil menunjuk Abel.
Ardian membalik tubuhnya dan menatap Risa penuh amarah. Abel menangkap jelas ucapan itu, lalu genggaman tangan Ardian terlepas dari tangannya. Dengan langkah pasti, Ardian mendekati Risa.
"Jaga mulut kamu, Ris!!" Desis Ardian penuh ancaman.
Meskipun merasa takut dengan aura Ardian yang -tidak pernah ia lihat sebelumnya- berdiri di hadapannya, Risa tetap berusaha mengangkat dagu menantang. "Terus aku harus nyebut apa sama dia ??" dagu Risa menunjuk Abel yang berdiri di belakang Ardian sambil menautkan kedua tangannya, "Cewek yang bisanya ngerebut cowok orang lain." Lanjutnya dengan nada menghina.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Dearest is A Programmer
General Fiction[[UNFINISHED]] CERITA INI TIDAK DILANJUTKAN KARENA BERBAGAI SEBAB, DIMOHON UNTUK TIDAK LAGI MENUNGGU CERITA INI UPDATE Bagi Ardian hal-hal yang tak dapat masuk logika adalah hal yang harus ia hindari, termasuk perasaan. Hidupnya hanya terpatok pada...