19.2 My Dearest is A Programmer- Tell All
Chapter Sebelumnya
= = = = = = = = = =
"Belakangan aku ngerasa ragu buat ngelajutin beasiswa."
"Kenapa?" ulang Ardian.
"A-aku..."
= = = = = = = = = =
"Ceritain aja semuanya dari awal." Pinta Ardian.
Abel menatap mata Ardian lalua mengembuskan napas, "Sejak masih SMP aku memang bermimpi untuk pergi ke Jepang. Saat memasuki kuliah, aku berusaha untuk mewujudkan hal itu. Aku sudah hampir menggapai mimpiku, namun mimpiku berubah setelah pernyataan cinta dari kamu." Ujar Abel. "Awalnya aku hanya akan mengerjakan praktik kerja lapangan di perusahaan periklanan selama tiga bulan. Tapi, satu bulan sebelum kamu pulang, Kazuki meneleponku dan bilang, kalau aku ikut serta dalam summer course di salah satu universitas di Osaka."
"Kazuki?" tanya Ardian dengan nada curiga.
Abel menghela napas, "Temen aku dari Jepang, kita kenalan dari grup pencinta anime."
"Cowok?"
"Menurut kamu?" Abel mengeluarkan sebuah senyuman menggoda.
"Bel, seriusan lah!"
"Iya... dia cowok. Ganteng, matanya sipit, kulitnya putih, rambutnya hitam kecoklatan kaya aku, tinggi kurus..."
"Stop!" Ardian mengangkat tangannya, "Aku cuma nanya dia cowok atau cewek, bukan nanya dia kaya gimana."
"Kamu cemburu?"
"Bohong kalo aku bilang nggak." Ardian memalingkan wajahnya, "Udah lanjutin aja."
Abel tersenyum geli melihat tingkah Ardian, "Kazuki bilang, kalau aku nyaman sama summer course-nya aku bisa ikut kuliah di universitas itu mulai semester depan."
Ardian menoleh, "Terus?"
"Itu artinya, aku bakal tinggal di Jepang selama empat tahun buat kuliah."
Ardian mengerti itu, jika mahasiswa dari suatu negara berkuliah di negara lain maka dia akan mengikuti pembelajaran mulai dari semester awal. Tidak bisa melanjutkan semester yang ia tinggalkan di negaranya. Tapi bukan itu maksud Ardian.
"Maksud aku kamu nerima tawaran itu?"
Abel mengangguk namun senyum di wajahnya perlahan memudar, "Awalnya aku antusias banget dengan tawaran itu. Tapi, belakangan aku ngerasa berat buat ngelanjutin mimpi aku... karena, kamu."
"Aku?" tanya Ardian bingung.
Abel mendesah kasar, "Aku baru aja ngerasa bahagia karena cinta aku terbalas, dan tiba-tiba aja aku harus ngelepas semua itu demi mimpi yang sudah lama aku bangun. Kamu bayangin gimana perasaan aku?!"
Ardian menggenggam tangan Abel, "Kamu enggak perlu melepas cinta kita, Bel. Cinta sejati enggak pernah ngekang sebuah mimpi." Abel hanya mentap dalam mata Ardian, "Kejar mimpi kamu, Bel. Dan aku akan setia nunggu dan ngedukung kamu."
"Kenapa kamu enggak bilang, kalau aku jangan pergi jauh dari kamu? Apa kamu nggak ingin aku ada di samping kamu? Dukung semua hal yang ingin kamu lakukan?"
Ardian menggeleng, "Aku bukan nggak mau, Bel. Justru itu yang aku mau dari dulu, seorang perempuan yang mencintaiku, yang nerima kekurangan aku, yang rela luangin waktunya buat aku, yang mau support aku, yang selalu ada di samping aku. Tapi Bel, hidup bukan hanya sekadar tentang cinta."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Dearest is A Programmer
General Fiction[[UNFINISHED]] CERITA INI TIDAK DILANJUTKAN KARENA BERBAGAI SEBAB, DIMOHON UNTUK TIDAK LAGI MENUNGGU CERITA INI UPDATE Bagi Ardian hal-hal yang tak dapat masuk logika adalah hal yang harus ia hindari, termasuk perasaan. Hidupnya hanya terpatok pada...