Aku meraih alat lukis yang kulempar pekan lalu, sebenarnya aku tak ingin kembali ke ruangan ini. Kamar ini membuatku ingat dengan mimpi-mimpi yang telah aku pertaruhkan sejak lama.
Masih teringat dengan jelas kali pertama ayahku memperkenalkan kuas dan cat air pertama kali dalam hidupku, masih ingat pula bagaimana senangnya bocah lima tahun yang tengah menggores kuasnya di kertas bersama dengan ayahnya.
Namun, sekarang untuk sekedar meraih kuas tersebut tanganku lemas tak dapat mengaisnya. Aku tak memiliki kemampuan atas hal itu lagi.
Bukan karena lumpuh atau hal serupa lainnya, tapi hanya tak bisa. Aku sendiri tak paham kenapa, bayang-bayang kejadian pekan lalu selalu mengitari ingatanku.
Aku menatap lukisan yang masih terpampang pada easel di sudut kamar, untuk terakhir kalinya aku menyampurkan berbagai warna dan memoles lekuk demi lekuk wajahnya. Wajah seseorang, seseorang yang selalu menjadi soulmate-ku, seseorang yang selalu menjadi inspirasiku, seseorang yang kusebut dengan sahabat.
…
“Jiminie aku ingin dilukis olehmu.”
“Yaa, bukannya lukisanmu sudah banyak sekali, aku sudah puluhan kali melukis wajahmu.”
“Tapi sekarang berbeda,” ucapnya dengan suara yang terdengar agak lirih.
“Lukis aku bersama denganmu.”
“Eoh, maksudnya?”
“Aku ingin kau melukis kita yang saling merangkul, aku ingin kita dapat terus bersama.”
Kenapa dengannya? kita kan selalu bersama dari dulu, lagi pula kita juga tinggal satu rumah bocah ini memang ada-ada saja.
“Kamu ingin melihat wajah tampanku terus ya?” godaku.
“Aish, apa sih, aku masih normal sudahlah cepat lakukan saja.”
“Aku cukup berpose di sini kan? sisanya aku serahkan padamu.”
“Baiklah… baiklah…”
…
Andai aku paham maksudnya, andai aku tak termakan oleh emosi. Mungkin aku bisa terus menguatkannya di saat ia tengah bertahan hidup, mungkin aku bisa membuat kenangan lebih indah untuknya.
Aku berjalan kearah lukisan tersebut, tergambar dua orang lelaki remaja tengah tersenyum dengan cerah di sebuah hamparan taman bunga lavender. Taehyung yang bilang ingin dilukis berada di sebuah taman lavender.
Sebenarnya aku tak paham kenapa ia ingin dilukis dengan latar belakang tersebut, aku merutuki diriku sendiri ternyata aku tak begitu mengenalnya.
Kuraih lukisan tersebut dan kuusap wajah tersebut, cat yang menempel telah mengering dan menyatu dengan gambar tersebut.
Kuangkat perlahan lukisan tersebut dari easel-nya, selembar kertas jatuh dari balik kanvas yang kuangkat. Kutaruh kembali lukisan tersebut dan meraih kertas tersebut.
Aku membeku melihat kertas tersebut,
My Lovely Soulmate Park Jimin
Jiminie apa kau masih ingat saat pertama kali kita bertemu dulu? waktu itu kamu sedang melukis di taman bunga lavender. Sebenarnya saat itu aku sedang melakukan kemo, waktu itu aku kabur dari rumah dan menolak untuk melakukannya.
Lalu aku melihatmu, kamu terlihat sangat lucu, sangat serius dan tatapan matamu juga terlihat sangat murni dan menawan. Entah kenapa aku tertarik untuk menghampirimu saat itu.
Aku bersyukur karena saat itu aku bertindak kekanakan dan kabur dari rumah, aku bersyukur karena kita bisa bertemu saat itu.
Bahkan meskipun waktu telah berlalu begitu banyak di antara kita, aku berharap kita akan saling mengingat selamanya.
Ah iya, apa kamu tau kenapa aku sangat menyukai warna ungu dan bunga lavender? selain karena dua hal itu mengingatkan aku tentangmu, warna ungu juga memiliki makna keakraban dan rasa aman. Bunga lavender juga berwarna ungu kan? jadi aku juga suka, dan lavender juga bermakna kesetiaan.
Aku jadi rindu denganmu, cepatlah pulang rasanya aku tak kuat tidak menatap wajahmu sehari saja ya walaupun sekarang ada lukisan wajahmu di kamarku. Benar ternyata kau memang tampan jika diperhatikan lama-lama.
Jangan marah lama-lama ya Jiminie, cepat pulang setelah itu kita bisa main lagi.
Jiminie maafkan aku ya, maaf aku tidak pernah terbuka denganmu tentang penyakitku aku hanya ingin kau melihatku dengan tatapan yang biasa aku lihat, tatapan yang pertama kali membuatku jatuh. Aku tidak ingin kau juga menatapku dengan tatapan iba karena penyakitku.
Maaf aku egois, aku hanya ingin kau mengenalku seperti itu. Tapi sungguh aku minta maaf, mulai sekarang aku akan mengatakan semuanya tentang diriku.
Janji.
Your soulmate, Tae Taehyungie~
Air mata mengalir dari pelupuk, aku merasa bodoh, sekali lagi aku tak bisa memahami sahabatku sendiri.
Kemana saja aku selama ini? bahkan di saat ia berusaha untuk melawan penyakitnya ia tetap berada di sampingku, ia selalu menjadi pengingatku, selalu menjadi penyemangatku setiap saat.
Seharusnya aku yang berada di sana, aku yang seharusnya menolongmu.
Mungkinkah masih sempat bagiku untuk menolongnya? aku hanya bisa merutuki diriku sekarang, di saat aku yang hanya memikirkan tentang lukisan kau selalu ingat tentangku.
Tolong tunggu aku, jangan pergi dulu ingat kita akan terus bersama kan?
.
.
.
.
.
.
.
Fin~💜
KAMU SEDANG MEMBACA
√ BANGTAN TIMELINE
ФанфикKumpulan cerita dengan kisah-kisah dari setiap member BTS, dengan tujuh warna cerita yang berbeda dan mereka menemani minggu-minggu kalian dengan kisah-kisah barunya. © Ramable 2018