Andai - Jin

16 1 0
                                    

Andai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Andai


Aku mengetik setiap kata yang muncul dalam imajinasiku, terkadang menghapusnya beberapa kali lalu mengulanginya kembali. Begitu terus terulang, siklus ini rasanya membuat diriku kesakitan, ingin menjerit sekuat tenaga.

Seperti tak cukup dengan memberikan lembaran kertas yang telah diremat hingga robek, sekarang bahkan ikut serta dengan kertas tak berbentuk lainnya, kadang memiliki bau busuk yang membuatku gila. Mungkin, seharusnya aku berhenti dan pasrah saja dengan kemauan mereka. Bukankah itu lebih baik.

Mungkin, jemariku telah tumpul dan tak berwarna, telah kelabu karena lelah terus memikirkannya. Seperti bulu-bulu yang gugur satu persatu, dan aku hanya dapat membisu. Aku bahkan tak ingat kapan terakhir kali namaku dipanggil, hanya sebutan Kim Seokjin saja rasanya terdengar sangat langka.

Mungin, seharusnya aku sadar jika mendapatkan sebuah cahaya saja sudah cukup bagiku, namun jika kegelapan lebih berpihak apa yang harus aku perbuat. Ketika seharusnya ada seseorang yang berada di sisiku, menantikan sorakan hangat yang mungkin seharusnya aku terima. Atau mungkin aku memang tidak cukup pantas untuk itu semua, rasanya sulit.

Jika menjadi gila adalah sebuah profesi mungkin aku akan menyerah sejak dahulu, tak perlu kuteruskan itu semua, rasanya baik jika kita menjadi egois, iya kan.

Mungkin akan lebih baik jika mereka mengomentariku atau sekedar memberi caci maki tak suka. Tapi memiliki eksistensi yang membuat orang lain peduli adalah cita-citaku. Seakan keberadaanku hanyalah seorang kameo, atau mungkin seorang black man tanpa peran. Jika memang itu adalah peranku, seharusnya aku dapat menerimanya dengan senyuman yang getir, itu pasti lebih baik.

Mungkin akan datan suatu saat nanti untaian temali yang akan membawaku, berwarna kemerahan dan menuntun siapapun yang menyentuhnya. Jika itu sudah terlambat untuk hadir, maka semuanya telah selesai.

Katanya, keramik yang telah rusak berkeping-keping tak dapat dibenarkan kembali. Tapi ternyata tidak, kita dapat merekatkannya satu persatu, walaupun akan terlihat rusak namun semuanya akan baik-baik saja, karena masih ada yang peduli dengannya.

Mungkin berbeda jika keramik itu telah rusak sejak awal ia buat, sejak sayapnya masih berwarna kemerahan, sejak lengan dan kakinya masih mengkerut, atau sejak tunasnya baru muncul. Mereka hanya akan tumbuh sendirian dan tetap menjadi rusak selamanya.

Kau tahu jika aku terus menyembuhkannya sendiri, maka hasilnya akan sama saja. Walaupun kau telah berusaha sekuat apapun, memperbaiki dan mengusahakan segalanya.

Rasanya sepanjang hidupku sebagai Kim Seokjin, aku hanya berusaha agar terlihat baik, berusaha agar mendapatkan apa yang kuinginkan. Namun semuanya terasa seakan jauh tak dapat kugapai.

Mungkin akan lebih baik jika dahulu mereka tak merusaknya, walaupun hidup sendirian setidaknya tidak ada kebusuan yang tertinggal dalam diriku. Mengembalikan setangkai bunga pada mereka akan terasa menyakitkan, karena kau tidak menerima apapun. Bayangkan dengan gelas yang tak banyak isinya dan kau hanya terus memberikan isinya pada orang lain, kering sekali.

Dahulu aku pernah mendengar sebuah cerita tentang seorang wanita yang semasa hidupnya ia sendirian dan membuat kerusakan di muka bumi, namun pada akhirnya ia selamat dan berada di singgasana surga, karena sayapnya bertahan hingga akhir untuk membawanya pada rasa pedulii yang besar. Aku juga ingin memiliki kisah akhir seperti itu, apakah setiap detik hal yang kulakukan juga memiliki kepedulian yang tertinggal pada orang lain?

Aku penasaran apakah ada seseorang yang memikirkan diriku ketika hujan tiba?

Tapi, satu hal yang aku tahu, mereka semua meninggalkanku dan tak menaruh harap pada diriku, karena aku hanyalah sebuah gurun pasir yang sangat kering. Setidaknya tak bisakah mereka pergi dan jangan menginjak diriku, aku tak ingin kalian menjadi segerombolan biri-biri yang mati kehausan ketika bertemu denganku, atau pengelana yang akahirnya tengkoraknya terpisah-pisah di antara padang pasir yang luas.

Aku selalu bertanya, kapan ini akan berakhir dan setidaknya menjadi lebih baik. Kapan ketika sebuah coretan yang kuusahakan akan menjadi cerita bahagia ketika berkas tersebut berhasil disimpan.

Setidaknya berikan aku kesempatan untuk kembali menumbuhkan bulu putih pada sayapku, atau mungkin, seharusnya aku tidur dan kembali membisu.
.
.
.
.
.
.
.
~fin

√ BANGTAN TIMELINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang