Sempurna - Yoonmin

17 1 0
                                    

“Mah, Abang pulang!!” Yoongi melemparkan tas nya sembarangan, ingin beranjak kembali untuk bermain.

“Abang, ganti baju dulu, makan dulu, ini Adik juga ingin ikut main dari tadi sudah nungguin Abang, loh.” Baru mengenakan sandal dan bersiap berlari Yoongi kembali memasuki rumah dengan lesu. “Yah, Mamah itu Seokjin udah nungguin tahu.”
“Yasudah ajak saja Seokjin makan bersama.”
Yoongi dan Seokjin berakhir makan siang bersama, menyantap sayur sop dan ayam goreng dengan lahap. “Masakan Mamah Yoongi emang yang paling enak yah, kalau gini aku mau langsung ke sini saja setiap hari,” ucap Seokjin sambil tertawa. Mulutnya yang penuh tidak ia pedulikan, tangan kanannya sibuk menyendok nasi dan sayur sop lalu tangan kirinya memegang ayam goreng. Mulutnya tidak berhenti berkerja sama dengan tangannya, ditambah lagi pipinya mengembung penuh dengan makanan.
“Dasar tidak tahu malu, sudah numpang makan malah mau setiap hari datang.”
“Yoongi,” Mamah melihat Yoongi sambil menegur, “Itu artinya masakan Mamah enak banget Abang, Seokjin kalau mau tambah ambil saja ya sendiri,” ucap Mamah
Padahal mulutnya sedang penuh, tapi sudah berniat untuk mengambil porsi baru, masakan Mamah Yoongi memang yang paling enak.
Tak lama Adek Jimin yang sudah dari tadi menunggu berlari dari arah kamar mandi, setelah mendengar bunyi ramai-ramai dari depan akhirnya ia keluar dengan cepat, akhirnya Kak Yoongi yang ditunggu-tunggu sudah pulang.
“Kakak!!” Suara cemprengnya memenuhi ruangan, Seokjin yang tengah mengunyah potongan wortel hampir saja tersedak. Yoongi yang melihatnya hanya melenguh saja, habis kalau sudah ada Jimin pasti dia akan lebih sibuk menjaganya.
“Kakak, lihat tadi di TK aku buat ini,” Jimin merogoh sakunya dan mengeluarkan dua buah gelang yang dibuatnya tadi, satu berwarna kuning dengan bandul berbentuk anjing, dan satunya untuk Kak Yoongi berwarna hitam dengan bandul berbentuk kucing, kata Jimin, Kak Yoongi wajahnya mirip kucing kalau lagi main sama Jimin
“Buat Kak Seokjin mana, Jimi?”
“Enggak ada!! emangnya Kak Seokjin kaka aku? Jimi buatnya spesial khusus buat Kak Yoongi tahu.”
Yoongi yang masih sibuk menyuapkan makanannya diambil alih pergelangan lengan sebelah kirinya ingin dipakaikan gelang tersebut, hampir saja piring berisi setengah kuah sup ayam itu tumpah, untung saja Yoongi terlatih menjadi gesit.
Jimin yang senang diajak main oleh Kak Yoongi berlarian di depan Yoongi dan Seokjin, keduanya hanya memperhatikan dengan gemas melihat Jimin yang melompat-lompat kecil sambil bernyanyi.
“Jiminie hati-hati, yaampun gemes banget si, Kak Seokjin boleh cubit pipinya tidak?”
“Tidak boleh!!” Jimin hanya berteriak lalu meledek Kak Seokjin dengan menjulurkan lidahnya, hasil ajaran dari Kak Yoongi. Katanya kalau Kak Seokjin memang harus rajin diledeki.
Kak Yoongi juga sebetulnya tak tahan dengan kegemasan dari Jimin, kalau saja ia tidak terlalu gengsi mungkin keduanya sudah melompat bersamaan sambil bernyanyi bersama.
Sesampainya di lapangan, sudah ada teman-teman Kak Yoongi yang Jimin tidak ketahui namanya. Kak Yoongi hanya pernah mengajak Kak Seokjin pulang kerumah. Ada 5 anak-anak lainnya yang badannya terlihat lebih besar dari Kak Yoongi, mungkin kakak kelas, atau memang badan Kak Yoongi yang lebih besar. Mereka berniat untuk bermain bola bersama, Jimin yang mendengarnya begitu antusias karena main bola adalah permainan favoritnya, dia berharap kalau sudah besar ingin menjadi pemain bola dan pergi ke luar negeri, terus bisa ajak Kak Yoongi dan Mamah.
Walaupun bermain bersama, mereka terlihat tidak akrab, pikir Jimin. Kakak dengan tubuh tinggi dan rambut kriting seperti menatap Kak Yoongi dengan sinir, bahkan saat Kak Yoongi menggiring bola dia dengan sengaja menyenggol Kak Yoongi hingga jatuh. Jimin jadi kesal melihatnya, tapi kata Kak Yoongi pria itu harus sabar, jadi Jimin tidak jadi marah.
Setelah permainan berjalan kurang lebih tiga puluh menit, skor tim Kak Yoongi telah unggul 3-1 dan satu diantarnya Jimin yang mencetak golnya, loh. Jimin memang jago bermain sepak bola.
Tim lawan semakin gencar mengejar ketertinggalan, bahkan rasanya mereka bermain lebih brutal dari sebelumnya. Ada kekhawatiran yang muncul dari Yoongi, karena takut lawannya kali ini akan bermain macam-macam. Sebetulnya permainan kali ini pun ada karena perselisihan Kak Yoongi dengan Kakak kelas ini, mereka sebetulnya teman dan rekan Kak Yoongi di tim sepak bola di sekolah. Namun, karena Kakak ini tidak masuk tim inti, ia jadi kesal dan mengajak Kak Yoongi untuk bertanding di luar sekolah.
Lengah sedikit, tubuh Jimin sudah jatuh ke tanah, ia didorong oleh Jaebum si pelaku yang membuat ulah sejak awal. Tubuh Jimin tersungkur jauh ke tanah, sampai lengannya meghantap tanah dan membuatnya terluka.
“Sialan, Jaebum!!” Yoongi naik pitam dan memukul wajah Jaebung dengan asal, ia kesal karena telah membuat adiknya terluka.
“Jika masalahmu itu denganku, kenapa kau usik adikku? dasar pengecut!!” Tubuh Jaebum telah tumbang, Yoongi mencekal tubuh Jaebum dengan kuat.
“Adik mu itu cacat!! aku muak melihatnya bermain bola.”
“Sialan!!” Yoongi memukuli wajah Jaebum semakin gencar, wajahnya telah dipenuhi lebam dengan ujung bibir yang telah kemerahan. Jaebum juga terlihat sudah tidak kuat dan tak sanggup melawan.
“Kakak!! sudah hentikan!!” Jimin berteriak nyaring, membuat genggaman tangan Yoongi berhenti, tangannya gemetar melihat Jimin yang masih tak sanggup berdiri dan lengannya yang tergores akibat tanah yang panas akan terik matahari.
Kak Yoongi menggendong tubuh Jimin di belakangnya, dan meninggalkan Jaebum yang dikerumuni oleh teman-temannya. Seokjin pun hanya berani berjalan di belakang.
“Kakak, jangan marah-marah lagi, tadi Kakak serem.” Yoongi yang mendengarnya masih menahan amarah, enggan untuk menimpali ucapan Jimin.
“Pokoknya Kak Yoongi enggak boleh marah-marah lagi, nanti Kakak Jaebum biar Jimin saja yang marahin, Kakak enggak perlu…”
“Jimin, maaf ya.” Ucapan Yoongi membuat gerutuan Jimin berhenti, tubuhnya sedikit gemetar karena ia mulai terisak.
“Maafin Kakak enggak bisa jagain Jimin, maafin kakak kalau Kak Yoongi enggak bisa jadi kakak yang baik.”
“Enggak!! Kak Yoongi kakak yang paling hebat!!” Jimin mendekap punggung Kak Yoongi dengan erat, ikut bergetar juga terisak bersama dengan Kak Yoongi.
“Kak Yoongi itu superheronya Jimin, selalu ngajarin Jimin dan ngajak Jimin main, malah Jimin yang enggak bisa jadi Adik yang baik. Maaf Kak, coba saja kalau kaki Jimin sempurna dan sama dengan milik teman-teman.”
“Jimin, Jimin itu malaikat Kak Yoongi.”
Jimin mengeratkan pelukannya pada punggung Kak Yoongi, Kak Yoongi berjanji kalau dia akan terus melindungi Jimin sampai ia tua, pokoknya Jimin hanya satu-satunya malaikat buat Kak Yoongi.

.
.
.
.
.
.
.

bersambung

√ BANGTAN TIMELINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang