“Stella!”“Stella! Kau dengar tidak sih?” ulang Karen lagi dengan suara yang lebih keras.
“Huh? Maaf, bisa kau ulangi lagi?”
“Jadi kau benar-benar tidak mendengarku ya? baiklah … akan kuulangi sekali lagi. Stella, apa kau sudah dengar rumor yang beredar itu?”
“Rumor ya? apa rumor yang kau maksud itu adalah salah satu cara untuk keluar dari dunia ini?”
“Betul sekali. Berita seperti itu memang beredar dengan cepat ya? menurutmu, apa kita harus percaya dengan berita itu?”
Stella kembali duduk dengan tatapan kosong. Kalau ditanya seperti itu, sudah jelas jawabannya adalah, ia tidak tahu. Tidak mungkin mereka bisa keluar dari dunia kematian ini, setelah hampir lima tahun lamanya mereka terjebak di dunia yang penuh dengan hal-hal yang tak masuk akal ini.
“Stella! Apa kau melamun lagi? Astaga! Aku sedari tadi menunggumu untuk menjawab pertanyaanku bukan untuk memandangmu yang malah memikirkan suatu hal yang tak dapat kumengerti seperti ini!”
“Berisik sekali sih … aku sedang menimbang-nimbang alasan yang paling logis, yang dapat kuutarkan padamu karena entah kenapa, aku merasa berita itu benar adanya.”
“Jadi, kau mempercayainya?”
“Aku belum memutuskan. Lagi pula, Elfa juga belum memberitahuku apa-apa,” jawab Stella sambil menatap wajah Karen dengan ekspresi serius.
“Kenapa harus menunggunya sih? Hmmm … sepertinya kau memang jatuh cinta padanya ya?” goda Karen yang dibalas dengan tatapan maut ala Stella.
“Terserah … aku ingin memastikannya dulu,” jawab Stella singkat lalu beranjak pergi dan menghilang diantara pepohonan, meninggalkan Karen yang sedang duduk diam di posisi semula.
Sekitar lima tahun yang lalu, entah kebetulan ataupun motif kejahatan apa yang terjadi, telah membawa hampir sekitar lima ratus jiwa yang tak sengaja terperangkap di dunia para Elf. Entah bagaimana caranya untuk mempercayai semua ini, yang jelas mereka hanya bisa belajar bagaimana caranya untuk bertahan hidup dan mencari cara untuk keluar dari dunia terkutuk ini. Berulang kali, Stella dan yang lainnya bertemu dengan makhluk berbentuk aneh yang sering membuat mereka terpaksa untuk mempelajari teknik-teknik dalam bertahan hidup seperti memanah, berpedang, berburu, dan belajar mengenai obat-obatan dengan segudang mantra aneh yang tak pernah mereka temui di dunia manusia. Terkadang, Stella juga merutuki nasibnya yang selalu sial, meski dulunya ia adalah atlet karate dan seorang pemanah, tetap saja hidup seperti ini membuat dirinya terserang penyakit jantung berkali-kali. Mungkin kalimat tersebut terlalu berlebihan, tapi percayalah, siapa yang tidak takut jika nyawamu telah terancam berkali-kali?
Stella melompat dari pohon yang satu ke pohon lainnya dengan lincah. Ia mendengarkan suara alam untuk mendeteksi keberadaan Elfa saat ini. Ia harus bertemu dengannya. Di tengah jalan, ia berhasil mendengar suara khas milik Elfa. Tanpa sadar, kedua sudut bibirnya terangkat dan segera mengubah jalur yang dilaluinya menuju ke tempat Elfa berada.
“Elfa!”
Lelaki bertelinga runcing tersebut menoleh ke arahnya dan membalas senyumannya.
“Biar kutebak … kau ingin aku menjelaskan berita tersebut kan?”
Stella mengangguk cepat walau ia sempat terkejut karena Elfa tahu maksud kedatangannya.
“Tidak ada alasan yang dapat kau gunakan untuk menolak berita tersebut. Berita itu benar adannya.”
Mata Stella membulat sempurna.
“Kau tida sedang bercanda kan? Lalu, bagaimana carannya kami bisa kembali?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Short Story
Random... Kumpulan cerpen yang dibuat oleh para member FOS. Semoga kalian menikmati hasil karya kami ini. *Dilarang keras plagiat semua karya yang ada di sini.* Ps: Harap tinggalkan jejak vote dan coment setelah membaca. Terimakasih ^^ Ada yang perlu dik...