GALLERY

17 7 2
                                    

Kakiku terasa sakit dan amat panas menapaki dedaunan kering yang bergesekkan sepanjang jalan. Deru napasku memburu beradu bersama degup jantung menimbulkan suara yang khas. Lengan dan jari-jariku menari di udara menyingkirkan setiap ranting pohon yang menghalangi. Gaun tidur putih kesayanganku robek di mana-mana menampakkan kulit putih yang kini bersimbah darah.

Aku buta arah di hutan gelap kala siang ini. Kularikan kaki sebisa ke mana saja asal bisa menjauh meski hanya satu meter saja dari mereka. Tidak. Aku ingin membuat jarak sejauh kutub utara dengan kutub selatan untuk selama-lamanya. Siang ini begitu terik membakar habis sisa tenagaku yang telah panas selama lebih dari dua jam. Aku kelelahan, kelaparan, ketakutan, dan benar-benar akan menjadi gila.

-------------------------------=--------------------------------

Semuanya terjadi dalam sekejap malam itu. Aku terbangun tengah malam untuk menonton acara televisi kesukaanku--film aksi yang menegangkan di channel tertentu seperti biasa. Selalu kupadamkan semua lampu rumah kecuali kamar kecil dan dapur. Yang kutakutkan bukanlah makhluk aneh keluar dari sana, melainkan ketakutanku saat tengah lapar atau kebelet buang air. Kalau sedang gugup atau dihimpit waktu, biasanya aku jadi ceroboh. Bisa-bisa aku memotong wortel dengan sendok nasi atau tersandung gayung yang dijatuhkan tikus sebelumnya.

Dan malam kesembilan belas sejak tahun baru kemarin menjadi malam tersial sepanjang sejarah eksistensiku sebagai manusia di bumi tercinta. Air dingin di lemari esku habis beserta makanan ringan dan bahan-bahan makanan lainnya. Jadi, sebelum acara favoriteku benar-benar dimulai, kuputuskan untuk keluar membeli beberapa camilan. Minuman bersoda sepertinya cukup enak dinikmati di malam yang memabukkan.

Apartemenku tak begitu jauh dari minimarket, membuatku malas mengganti baju sebelum keluar. Hanya dengan gaun tidur dan jaket kulit, kukenakan sandal swallow warna merah guna melindungi kaki rampingku menuju minimarket terdekat. Tempat ini sangat terang sampai menyilaukan mata. Aku mulai menyusuri setiap lorong yang dibatasi oleh rak-rak penuh barang dagangan yang tersusun rapi. Rupanya di dalam ada Bobby, teman sekelasku tengah memilih minuman dingin. Lampu-lampu neon ini benar-benar memberikan efek berbeda pada mataku yang terlanjur terbiasa dengan tempat gelap.

Sangat terang sampai rasanya aku ingin menutup mata.

Dari depan rak snack terbaru yang terlihat menggiurkan, kulihat Bobby keluar. Punggung berbalut kaus biru muda dan celana jeansnya menghilang di telan keheningan malam.

Kubeli beberapa sayur dan buah, serta snack-snack ringan yang biasa disukai anak SD. Lalu minuman bersoda yang kukatakan sebelumnya tetap masuk dalam daftar. Pulang dari sana, dalam perjalanan kubayangkan betapa enaknya malam ini bersantai pada masa libur tahun baruku yang amat sangat singkat, bahkan terlambat. Naas, walaupun dekat, bukan berarti bahaya bersinggah di sisi pesisir yang jauh.

"Cepat masuk!"

"Tidak! Aku tidak mau! Tolong lepaskan aku. Aku mohon maafkan aku," rintihan seorang gadis pirang berbahasa inggris fasih terdengar cukup jelas di telingaku. Tubuhnya membungkuk berusaha melepaskan tangan besar si pria berbabaju gelap yang menarik kedua tangannya, menyuruhnya memasuki mobil jeep.

Kejadian itu terjadi tepat di depan mataku. Seperti film-film aksi yang kutonton, ini adalah penculikan. Tapi aku tak berani menengahi mereka dan berusaha bersikap acuh tak acuh saat melewati mereka.

"Tolong! Tolong aku!" gadis itu menatapku dengan wajah memelas.

Kutarik napas dalam-dalam dan mulai berteriak.

"Penculiik!!!!"

CIHIIITT.....

Suara nyaringku kalah oleh gesekan ban mobil sport hitam yang mengerem mendadak, dan menabrak bagian belakang mobil jeep maroon tadi. Genggaman sii pria dan gadis yang ia tarik tadi terlepas, sementara aku yang terkejut memundurkan diri sambil menyilangkan kedua tangan di depan muka. Asap mengepul datang entah dari mana. Aku yang menutup mata rapat-rapat tak lagi mendengar apa pun. Saat kubuka mata ini, kulihat si gadis berpiama merah nuda itu kabur ke dalam gang gelap guna menyelamatkan diri. Aku bersyukur dia berhasil kabur. Tapi bukan berarti aku aman sekarang.

Our Short StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang