Irish Helena. Cahaya matahari membuat wajah ovalnya bertambah merona. Namun sangat berbalik banding dengan hatinya yang kini merana. Membaca buku di Central Park merupakan rutinitas Irish setiap harinya, sudah berlangsung dari awal ia masuk ke Hogwarts hingga kini. Namun hari ini ia mengalami gangguan dari salah satu murid Slytherin bernama Pansy yang sangat menyebalkan.
Semua tempat duduk yang tersedia di Central Park sudah penuh, tidak ada tempat kosong selain di samping Irish. Karena Pansy tak berminat untuk duduk bersebelahan dengan Gryffindor sejati yang juga seorang Mudblood, dengan sengaja gadis itu mencemooh Irish agar ia beranjak pergi.
"Sekarang aku yakin ada korslet di jalan pikir Marcus Flint. Bagaimana bisa dia menyukai Darah-Lumpur Kotor sepertimu? Oh, atau mungkin kau menggunakan ramuan cinta padanya?"
Tangan kanan Irish mengepal dan wajahnya merah padam mendengar itu. Merasa minat membacanya sudah hilang, Irish pun pergi dari Central Park. Dari kejauhan dia bisa mendengar Pansy tertawa puas.
Kini Irish ingin mengadamkan diri di Ruang Rekreasi. Perjalanannya pulang ke asrama tidak berjalan mulus ketika setangkai bunga tiba-tiba melayang di hadapannya, disusul oleh seorang laki-laki yang mengambil bunga tersebut dan menyodorkannya langsung pada Irish.
"Ngapain, sih?" Irish memutar kedua bola matanya dengan malas.
"Bunga spesial untukmu." Marcus Flint tersenyum manis yang mana membuat Irish bergidik.
"Terimakasih banyak." Dengan terpaksa Irish menerima bunga itu.
Dia kemudian melanjutkan jalannya pulang. Untungnya kali ini tanpa gangguan siapapun.
Irish sedang menaikki tangga spiral ketika ia melihat Harry Potter sedang berdiri di depan lukisan Nyonya Gemuk—yang menjaga pintu masuk Asrama Gryffindor.
"Kenapa, Harry?" bisik Irish saat ia sudah berdiri di samping lelaki itu.
"Sedang kumat, memamerkan suaranya," Harry balas berbisik.
Irish menghela nafas pelan mendengar hal yang sering terjadi itu. "Nyonya, tolonglah..." ujarnya memelas.
Terlihat nyonya gendut memberengut jengkel. "Baiklah, baiklah!" Akhirnya ia mengalah dan membuka pintu ruangan.
Setelah mengucapkan terimakasih, Irish dan Harry masuk bersamaan dengan arah yang berbeda. Harry langsung menaiki tangga khusus laki-laki dan Irish merebahkan tubuhnya di sofa ruang rekreasi yang selalu penuh dengan murid Gryffindor.
Di samping Irish ada Hermione Granger dan Ron Weasley yang tengah bercengkrama. Namun keduanya menyadari keberadaan Irish dan tertarik dengan bunga yang berada di genggamannya.
"Waw, ada yang mengajakmu kencan, ya?" cetus Ron.
"Siapapun cowoknya, pasti kau tolak kan?" sambung Hermione.
Irish membuka matanya ketika mendengar pertanyaan-pertanyaan itu. "Marcus Flint."
"Kurasa dia benar-benar menyukaimu," kata Ron.
"Kurasa aku benar-benar membencinya," timpal Irish.
Hermione terkekeh mendengar itu.
Irish menoleh ke tangga laki-laki ketika mendengar suara yang sangat ia kenali. Terlihat Oliver Wood dan Harry sedang berbicara dengan serius.
"Sepertinya sangat serius," sahut Hermione mengalihkan perhatian Wood dan Harry.
"Bergabung saja dengan kami," ajak Ron.
Wood dan Harry yang mendekat ke arah mereka.
Irish, Hermione, dan Ron duduk di sofa panjang merah di depan perapian. Di sisi kiri dan di sisi kanan sofa panjang itu ada sofa kecil yang posisinya melengkung. Di dua sofa kecil itulah Wood dan Harry duduk. Wood di sisi kiri sehingga ia dekat dengan Ron, dan Harry di sisi kanan sehingga ia dekat dengan Irish.
KAMU SEDANG MEMBACA
Without Choice | Draco Malfoy
FanfictionDi Tahun Keenam, hari-hari Irish diisi oleh Draco Malfoy. Namun ada banyak hal yang menghalangi mereka untuk bergandengan tangan, tapi Irish dan Malfoy selalu berusaha mempertahankan hubungan, sampai akhirnya mereka paham bahwa mereka tak punya pili...