Bab 14

2.8K 439 8
                                    

"Honestly, if you were any slower, you'd be going backward."

- Draco Malfoy -

Hermione dan Irish tertawa ketika mengingat kejadian malam tadi.

Mereka kelelahan setelah pulang dari acara puncak, hingga ketiduran dengan gaun dan riasan yang masih melekat. Dan tidak sampai disitu, mereka sedikit kesiangan tidak seperti biasanya. Untungnya Parvati Patil yang tidur lebih awal membangunkan mereka sekuat tenaga.

Kini mereka berdua sedang berjalan untuk sarapan, tentunya mereka tidak ingin melewati waktu makan pagi tersebut. Irish berpapasan dengan Malfoy di pintu aula besar, sepertinya laki-laki itu hendak keluar. Ia pun melempar senyuman pada Malfoy, namun senyumnya memudar ketika Malfoy membuang muka dan melewatinya begitu saja.

"Dia kenapa?" bathin Irish bingung. Ia mengangkat bahunya dan duduk di samping Hermione, di depan mereka sudah ada Ron dan Seamus Finnigan. Sedangkan Harry sedang ada urusan bersama Professor Dumbledore.

Seusai makanan habis, Irish, Hermione, Ron, dan Seamus pergi ke kelas ramuan. Keempatnya mengambil materi itu untuk hari ini.

"Aku harap ada pembagian acak Ramuan Keberuntungan lagi," harap Ron saat mereka sedang di jalan menuju kelas Professor Slughorn.

"Kurasa tidak," balas Irish.

"Dan itu bukan pembagian acak, itu untuk murid yang berhasil membuat ramuan yang disuruh, Ronald," koreksi Hermione.

"Ya, ya, ya." Ron terlihat kesal karena Hermione selalu menyalahkan ucapannya, walau padahal ia memang salah.

Sesaat kemudian mereka sudah sampai di tujuan yang ternyata belum begitu ramai. Hanya ada beberapa murid Slytherin tak terkecuali Draco Malfoy. Irish berusaha mencuri pandang, namun lelaki itu seolah-olah tidak tahu dan tidak peduli, membuat Irish bingung dan resah.

Tiba-tiba, Irish merasakan sesuatu menimpa kepalanya. Ia menoleh ke arah lemparan dan mendapati Pansy serta murid Slytherin lainnya menertawakan dia. Dalam penglihatan Irish, hanya Malfoy yang tidak tertawa. Berbalik banding, laki-laki itu menatap ke arah lain dengan tatapan hampa.

"Abaikan saja para ular itu." Hermione mendelik pada mereka semua yang berjubah kerah hijau.

Irish mengangguk. Sama seperti beberapa murid Gryffindor lainnya, menanggapi ejekan dan gangguan murid asrama lain bukanlah hal yang sangat penting. Irish merasa jika Pansy sedang mendekat padanya, dan benar saja. Perempuan dengan senyum licik itu berhenti di depannya, Irish melirik Malfoy sekali lagi dan lelaki itu masih terlihat tak peduli.

"Irishana Helena." Pansy menyebut namanya dengan penuh penekanan geram, berbeda dengan bibirnya yang terus tersenyum. "Slytherin benar-benar merasa jijik dengan kehadiran Darah-Lumpur Kotor sepertimu dan temanmu." Ia melirik Hermione.

Irish mengangkat satu alisnya. "Sayangnya aku tidak peduli, itu urusanmu sendiri."

Senyuman Pansy berubah dengan seringai geram. "Tapi kau urusan kami, karena sudah mencem-"

"Stay away from my friend, Parkinson!" Suara lantang itu berucap tiba-tiba dari balik pintu ruangan, kemudian ia berdiri di hadapan Pansy untuk menjauhi Irish dari Pansy. "Apa perlu kuberi kau mantra Crucio agar kau tutup mulutmu yang kotor itu?"

Wajah Pansy memerah mendengar ucapan itu. "Harry Potter, pahlawan kesiangan, eh?" tanyanya sambil menaikkan satu alis dengan angkuh.

Harry mengedarkan pandangannya, dan tatapannya bertemu dengan mata Malfoy. "Terserah kau ingin menyebutkan apa. Aku hanya ingin membuktikan pada Irish, jika sahabat lebih bisa melindungi daripada seseorang yang mengaku mencintainya," sindir Harry.

Without Choice | Draco MalfoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang