"I'm sick of being the person want me to be."
- Draco Malfoy -Tidak. Tidak, Irish tidak bertengkar dengan ketiga temannya itu. Mereka tetap berbicara seperti biasa, namun tidak dengan bergurau.
Irish kebanyakan membaca buku dongeng yang ia pinjam dari perpustakaan saat ini. Menjadi lebih pendiam dari biasanya, sedikit bicara, dan senyum dipaksakan. Hermione Granger sebagai perempuan, juga bisa merasakan jika Irish sedang dilanda dilema.
Bazar sudah usai dan Irish sama sekali tak membeli apapun disana. Bahkan ia hanya menginjakkan kakinya di Viaduct Coutyard hanya sekali dan tidak membeli apapun setelah adu mulut dengan Harry waktu itu.
Hari ini adalah LCC antar-asrama di aula besar. Pagi tadi Irish hanya memberi semangat pada Hermione tanpa berniat untuk menontonnya di aula besar. Yang dilakukan Irish saat ini adalah bersender di dinding tempat tidur sambil membaca buku dongeng yang lumayan tebal.
Hingga akhirnya ia menghela nafas dan merasa sangat bosan dengan suasana.
Irish mengenakan jubahnya, memakai syal merah-kuning khas Gryffindor karena udara sangat dingin, kemudian berjalan menuju Central Park untuk membaca buku di sana. Dan untuk pertama kalinya Irish merasa sangat bebas, karena dia sendirian! Bayangkan. Mungkin semuanya sedang menyaksikan lomba di aula.
"Akhirnya..." Irish mengambil posisi duduk di bawah sebuah pohon yang rindang. Karena sepi, ia tak masalah untuk duduk di hamparan rumput. Dengan kaki diluruskan dan punggung disenderkan, ia membuka bukunya dan membacanya lagi.
Namun ketenangan itu hanya bertahan beberapa menit. Saat mendengar suara langkah kaki baru menginjakkan kakinya di Central Park, ia menyadari ada seseorang yang datang. Irish berdiri dan membersihkan jubahnya yang siapa tau kotor, kemudian menyodorkan sedikit kepalanya untuk melihat siapa yang datang.
"Draco? Apa yang dia lakukan disini?" Irish terlejut. Sekarang, dia menjadi salah tingkah melihat hanya ada dirinya dan Malfoy di sini, walau Malfoy belum melihatnya karena posisinya yang kini duduk di bawah pohon. Irish menggeleng-geleng kemudian pura-pura tidak tahu, ia kembali duduk.
Dan jantungnya berdetak karuan ketika mendengar derap langkah kaki mendekat. Wajahnya sudah memanas duluan. Hingga langkah itu berhenti, dan kini mengambil posisi stengah duduk di samping Irish yang masih pura-pura membaca. Aromanya yang sangat khas sudah menjelaskan jika itu adalah Malfoy, apalagi bayangan setelan hitamnya yang terlihat.
"Irish." Suara lembut itu membuat hati Irish berdesir setelahnya, apalagi ketika Malfoy ikutan duduk di samping Irish dan meluruskan kakinya. Biarku pertegas, mereka duduk di atas rumput! Dan Malfoy mau? Benar-benar langka terjadinya ini. "Sedang menjauhiku, eh?"
Irish mengangkat bahunya dan membuka lembaran bukunya. Padahal ia tak tahu apa yang dibacanya saat ini. Perasaan ia baru membaca halaman 60, kenapa sekarang meloncat ke halaman 87?
Terdengar helaan nafas dari Malfoy. "Kemarin aku sengaja ke bazar, kukira kau ada di sana. Nyatanya tidak. Dan aku...Irish, apa aroma melon ini berasal darimu?" Ucapan Malfoy berubah haluan ketika ia mencium sesuatu yang tidak asing—tidak asing lagi semenjak dia mencium amortentia di bazar kemarin.
"Oh, itu jubahku."
"Pantas saja aku jarang mencium aroma itu, kau jarang memakai jubahmu," lanjut Malfoy, namun Irish mengabaikannya—itu membuat semangat Malfoy lebih runtuh. "Bagaimana aroma melon itu berasal?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Without Choice | Draco Malfoy
FanfictionDi Tahun Keenam, hari-hari Irish diisi oleh Draco Malfoy. Namun ada banyak hal yang menghalangi mereka untuk bergandengan tangan, tapi Irish dan Malfoy selalu berusaha mempertahankan hubungan, sampai akhirnya mereka paham bahwa mereka tak punya pili...