Bab 2

6K 724 72
                                    

"Life's struggle when you're a muggle."
- Harry Potter -

"Wajahmu sangat pucat, kau sakit?" Irish menggeleng pelan sebagai jawaban atas pertanyaan Harry barusan.

Mereka berdua tengah berjalan menuju Danau Hitam dengan tujuan ingin menyegarkan pikiran. Pagi ini Irish dan Harry memiliki jam kosong alias tidak belajar. Daripada hanya berdiam diri di kamar atau Ruang Rekreasi, keduanya memutuskan untuk mencari udara segar di luar asrama.

Menurut Harry, ini saat yang tepat untuk menanyakan tentang Malfoy kepada Irish—tepatnya saat mereka berdua bertabrakan kemarin. Sebenarnya Harry ingin bertanya malam tadi saat mereka berdua ke dapur Hogwarts, namun Harry membatalkan niatnya karena kepalanya sedang pusing saat itu.

Mereka berdua sudah sampai di Danau Hitam. Irish duduk di salah satu gundukan batu yang tidak terlalu tinggi, terletak tidak jauh dari tepi danau. Begitu pula Harry yang mengambil posisi di sebelahnya. Udara lebih dingin disini daripada yang dibayangkan. Harry mengeratkan syal Gryffindor-nya, sedangkan Irish mengeratkan jubahnya.

"Harry," panggil Irish pelan, tapi tatapannya tetap mengarah ke depan.

"Hm?" gumam Harry tanpa menoleh juga.

"Bagaimana perasaanmu jika Ginny adalah orang yang kasar?"

"Maksudmu?" Harry mengharapkan penjelasan lebih lanjut.

Terlihat Irish yang menundukkan kepalanya, sebelum merubah ke posisi awal yang normal. "Tidak, itu hanya perumpaan." Irish terkekeh pelan. "Kau tidak harus menjawabnya." Ia terdengar sedikit menyesal karena telah bertanya seperti itu.

Dahi Harry mengernyit tak mengerti. Ia tersenyum heran. "Maksudku, kenapa harus Ginny yang menjadi perumpamaannya?"

Mendengar itu, Irish tertawa pelan sambil menoyor kepala Harry. "Kau pikir aku tidak tahu? Ginny, kau menyukainya," kata Irish yakin. Keyakinan Irish semakin menjadi-jadi ketika Harry tertawa kecil sambil menggaruk belakang kepalanya.

"Baiklah, aku kalah," akui Harry.

Kali ini ia dan Irish tertawa bersama, entah apa yang lucu. Namun mereka seolah melepas beban ketika tawaan ringan itu terlepas begitu saja. Andaikan saja disini ada Ron, mungkin mereka sudah tertawa daritadi—namun lelaki itu sedang mengikuti pelajaran bersama Hermione.

Irish memeluk tubuhnya dengan kedua tangannya. "Apa kau merasa sangat dingin?" tanya Irish.

"Ya, kurasa begitu." Harry mengiyakan saja walau ia tidak begitu merasakan hal yang sama dengan Irish. Kemudian laki-laki berkacamata itu menghela nafas pelan, dan kembali bersuara. "Irish. Jika boleh tahu, apa saja yang kau bicarakan dengan Malfoy kemarin?" Harry menatap Irish harap-harap cemas.

"Setelah bertabrakan, Malfoy minta maaf dan bilang jika dia sedang terburu-buru, makanya dia tidak sengaja menabrak," jawab Irish sambil mengingat kejadian kemarin. "Memangnya kenapa?"

"Kau tidak merasa itu aneh?"

"Itu yang membuatku bertanya dengan perumpamaan tadi, Harry."

Terjadi kesunyian selama beberapa menit. Irish yang diam untuk menunggu jawaban Harry, dan Harry yang diam untuk mencerna ucapan Irish barusan.

Irish bertanya tentang bagaimana perasaan Harry jika saja Ginny adalah orang yang kasar. Irish menggunakan nama Ginny karena Harry menyukai nona Weasley itu. Ia ingin Harry membayangkan jika perempuan yang dicintainya adalah orang yang kasar, kemudian Harry memberitahu perasaannya tentang hal itu pada Irish.

Without Choice | Draco MalfoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang