Bab 8

3.3K 465 10
                                    

"There is a time and a place for getting a smart mouth."

- Ron Weasley -

Setelah menggunakan switer, kupluk, dan sapu tangan, Irish dan Ron melengang menuju Hogsmeade bersama murid yang lain. Mereka berdua terus membicarakan hal-hal konyol lalu menertawakannya tanpa henti. Hingga Irish memukul-mukul bahu Ron, menyuruhnya untuk berhenti, karena perut Irish terasa sangat geli.

"Baiklah, baiklah." Tawa Ron dan Iris mereda. "Kau mau Butterbeer?"

Irish mengangguk senang. "Tidak ada yang lebih baik dari Butterbeer," girangnya.

"Yeah. Aku jadi mengingat antusias Harry dan Hermione saat bertemu minuman itu," kata Ron. "Ngomong-ngomong tentang Harry, aku sangat sebal dengan dirinya sekarang."

Alis Irish bertaut. "Kenapa? Kau cemburu melihat dia dekat dengan Hermione?" goda Irish iseng, mengingat jika Hermione menyukai Ron secara sembunyi-sembunyi.

"Yeah, tapi bukan itu alas—" Ron tak melanjutkan ucapannya saat sadar apa yang ia ucapkan. Laki-laki berambut merah itu menoleh ke Irish pelan-pelan dengan raut wajah cemas, dan benar saja, Irish tengah senyum mengejek padanya. "Kumohon, jangan katakan itu pada dia. Aku tidak mau Hermione besar kepala nantinya,"

"Bisa saja dia senang?"

"Tidak, aku tahu Hermione bagaimana." Ron.

"Baiklah, aku akan diam." Irish merangkul leher Ron dengan bersahabat. "Lanjutkan, apa alasanmu sebal dengan Harry selain karena kedekatannya dengan Hermione?"

Ron mendengus sejenak mendengar Irish yang masih sempat menggodanya. Kemudian ia berkata, "Harry selalu membaca buku Pangeran-Berdarah Campuran sekarang. Hampir separuh waktunya hanya untuk buku itu, sisanya untuk berbicara bisnis dengan Wood. Aku merindukan obrolan sebelum tidur," curhat Ron.

"Yeah, aku juga menyadari itu. Dan anehnya kita penasaran siapa Pangeran-Berdarah Campuran itu, namun Harry tidak peduli. Jadi waktu itu, aku pergi ke—"

"Perpustakaan," potong Ron yang sudah tahu tujuannya, tidak jauh berbeda dengan Hermione.

Irish melirik Ron sinis sekilas. "Ya. Dan aku tidak menemukan hal apapun mengenai Pangeran-Berdarah Campuran tersebut."

Mereka berdua sudah sampai di Three Broomstick yang sangat ramai. Irish mendahului langkah Ron yang sangat lambat, ia mengambil meja yang masih kosong sebelum didahuluin oleh orang lain. Ron duduk menghadap pintu masuk Three Bromstick, dan Irish duduk di hadapannya. Setelah memesan 2 Butterbeer, mereka berbicara lagi menjelang pesanan datang.

"Bloody hell, Ginny dan Dean." Ron bertukas dengan eskpresi ilfeel tiada tara.

Irish menoleh ke belakang dan mendapati Ginny dan Dean di pojok ruangan sedang berdua. "Ron, mereka hanya berpegangan tangan—" Irish menahan nafas setelah menoleh lagi. "Dan berciuman."

Ron menggeleng-gelengkan kepalanya dengan geram. "Keparat sekali kau, Dean."

"Astaga, Ron. Ginny sudah besar." Irish memutar kedua bola matanya melihat kecemburuan Ron akan adiknya.

"Tapi dia adikku!" tegas Ron masih kesal dan membuang muka dari kemesraan adiknya itu.

"Aku sudah tahu!" sambung Irish pura-pura tegas dan kesal juga.

Hingga pesanan mereka datang. Irish mengambilnya dengan tenang dari tangan sang pelayan, berbeda dengan Ron yang merampasnya dan meneguknya dengan kasar. Dan, woa, Ron tersedak! Irish buru-buru berpindah ke samping laki-laki itu dan mengelus-elus punggungnya. Sebisa mungkin Irish menahan gelaknya melihat ekspresi Ron yang konyol saat tersedak.

Without Choice | Draco MalfoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang