Bab 25

2.7K 390 25
                                    

Seperti pada malam biasanya, beberapa murid berkumpul pada suatu ruangan dan berbincang-bincang.

Sedikit candaan yang bisa membuat tertawa sudah sangat bersyukur, namun ini bukan waktu yang tepat. Mereka masih mencemaskan keadaan yang buruk ini, keadaan yang penuh dengan kegelapan. Hingga suara mereka semua berhenti ketika lukisan terowongan terbuka dan menampilkan Neville yang memegang lampu minyak.

"Hei, semuanya, aku mempunyai kejutan." Neville Longbottom tersenyum senang.

Seamus Finnigan berdiri. "Jangan bilang masakan Aberfoth lagi, kami lebih baik menghindarinya."

Neville menaikkan satu alisnya dan tersenyum, lalu menggeser tubuhnya hingga mereka semua mendapati Harry Potter dan dua temannya. Semua yang ada disana langsung berdiri dan bertepuk tangan senang. Irish memeluk mereka bertiga secara bergantian, begitu juga dengan yang lain.

Neville menyuruh salah satu di antara mereka untuk memberitahu Remus dan anggota Order Phoenix lainnya tentang kedatangan Harry Potter.

"Baik, baik, mundurlah. Jangan membunuh Harry sebelum Kau-Tahu-Siapa." Neville menggeleng melihat antusias teman-temannya. Mereka semua mundur dan membiarkan Harry, Hermione, Ron, Neville, dan Irish berdiri di depan mereka semua.

"Apa kabarmu, Harry?" tanya salah satu diantara mereka.

"Baik saja." Harry menatap semua teman-teman yang ada di depannya, wajah mereka sangat cerah. "Dengar, ada sesuatu yang harus kami temukan. Sesuatu yang tersembunyi di sini, di dalam kastil. Dan itu mungkin bisa membantu kita mengalahkan Kau-Tahu-Siapa."

"Baiklah, benda apa itu?" tanya Irish.

"Kita tidak tahu." Harry menggeleng.

"Dimana benda itu?" tanya Dean Thomas.

"Kita juga tidak tahu. Menurutku ada hubungannya dengan Ravenclaw, mungkin kecil dan mudah disembunyikan. Siapapun punya ide?" Suasana hening setelah itu.

"Ada diadem milik Rowena Ravenclaw yang hilang," sahut Luna Lovegood. Namun Cho Cang menepis jika diadem itu sudah lama hilang dan berabad-abad tak ada manusia yang melihatnya.

Hingga tiba-tiba Ginny masuk dengan senyum merekah melihat Harry, namun senyumannya memudar seiring berjalannya waktu dan Ginny tak kunjung menghampiri Harry.

"Ada apa, Ginny?" ujar Irish harap-harap cemas.

"Snape tahu....dia mengetahui keberadaan Harry di Hogsmeade." Ginny berhasil membuat suasana menjadi tegang.

Benar saja, beberapa menit setelah itu mereka mendengar pengumuman jika seluruh murid disuruh berkumpul di aula besar. Laskar Dumbledore segera menggunakan jubah asrama masing-masing, mereka semua berpisah dan berbaris sesuai asrama dengan tertib. Tak ada lagi yang lari-larian ataupun berbicara. Hermione, Ron, Irish bersama Orde Phoenix lainnya, Harry gabung ke barisan. Ia berdiri di samping Ginny, laki-laki itu menunduk agar tak ada yang melihatnya.

Mereka sudah sampai di aula besar yang terlihat sangat kelam. Professor Snape masuk dan berdiri di depan sekali, menghadap mereka semua dengan wajah sangar. Ia menatap seluruh barisan asrama-asrama yang terpisah, agar ada akses untuk dirinya berjalan di antara mereka semua.

"Banyak dari kalian pasti bertanya-tanya mengapa aku memanggil kalian di tengah malam seperti ini. Aku diberi tahu bahwa baru saja malam ini, Harry Potter terlihat di Hogsmeade. Sekarang, siapapun murid atau guru, yang berusaha untuk membantu Tn. Potter, mereka akan dihukum dalam tingkat yang sesuai dengan keparahan pelanggaran. Selanjutnya, setiap orang yang mengetahui tentang kejadian ini dan tak mau maju ke depan, akan diperlakukan sebagai seseorang yang sama bersalahnya."

Without Choice | Draco MalfoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang