Bab 22

2.6K 391 15
                                    

"I'm Mudblood, and proud of it!"
- Hermione Granger -

Irish terduduk di lantai dengan lemah, ia berusaha berdiri namun kakinya terasa sangat kaku. Gadis itu sadar jika dirinya sedang berada di sebuah ruangan berisi semua Pelahap Maut yang duduk bersama dalam satu meja yang panjang.

Ruangan sangat gelap dan semuanya pun mengenakan setelan hitam--ia jadi tahu alasan Malfoy menggunakan itu setahun belakangan ini.

Tangan Irish terkepal geram ketika mendengar suara Voldemort yang memerintahkan Peter Pettigrew untuk membawa dirinya kesana. Dengan kasar, Peter menyeret dirinya lagi hingga berada di samping Voldemort. Sementara Irish berdiri dan menjadi pusat perhatian, Peter terus memegang kerah Irish seolah menjaga hewannya agar tak lepas.

"Apa kalian membutuhkan pengharum ruangan?" kata Voldemort pada semua Pelahap Maut yang duduk di sisi kiri dan di sisi kanan meja makan.

"Hm, untuk apa itu, Tuan?" tanya Evan Rosier.

"Idiot, tentu saja untuk menghilangkan aroma tak enak dari Darah-Lumpur Kotor itu!" jelas Bellatrix Lestrange sambil menunjuk Irish yang wajahnya sangat pucat.

Tawa ejekan memecah dan menggema di ruangan itu, tak terkecuali Voldemort. Irish menyeringai, matanya tak sengaja menangkap wajah Draco Malfoy yang kini menunduk dan terlihat putus asa. Lalu Irish bergidik ketika melihat Profesor Charity Burbage yang digantung dengan posisi terlentang di atas.

"Takut, nona Helena?" kata Voldemort yang menyadari arah tatapan Irish.

Irish menoleh pada pria pesek itu dan menggeleng dengan mantap. "Never!"

Kali ini Voldemort berdiri dan mengitari tubuh Irish, lalu berhenti di belakang gadis itu dan mendekatkan wajahnya pada leher Irish. "Mungkin kau tak akan takut jika melihatnya. Tapi, beda cerita bukan kalau kau yang menggantikan posisi Profesor Charity Burbage?"

Untuk sesaat Irish terdiam mendengar itu, namun ekspresi wajahnya masih menantang. Dan jangan harap ia mau menatap wajah Malfoy untuk saat ini, tatapannya tak menentu arah.

"Tenang. Kau tak akan menjadi seperti dia jika kau menjawab pertanyaanku dengan jujur."

"Tuanku, kurasa anak ini terlalu kec-"

"Diam, Severus Snape. Ini urusanku dengannya."

"Baik, tuanku."

Irish menghela nafas pelan. "Apa untungnya jika aku menjawab pertanyaanmu?"

"Oh, tentu ada. Ini tak akan sulit. Mengenai dua orang laki-laki yang sedikit penting untukmu," kata Voldemort dengan suara seraknya. "Harry Potter dan Draco Malfoy."

Mendengar nama terakhir disebutkan, Irish spontan menoleh pada orangnya, yang ternyata juga sedang menatap Irish dengan mata merah. "You wrong! Laki-laki itu Harry Potter dan ayahku, bukan nama pengecut yang kau sebutkan tadi!"

Lucius Malfoy berdiri dari duduknya dengan gestur marah dan hendak melawan, tak terima jika anak lelakinya dibilang pengecut. Namun Voldemort memerintahkan pria itu untuk duduk dan tenang dulu.

"Ternyata, kau cukup berani. Tak seperti yang aku bayangkan."

Irish menyeringai, sesekali ia menghindari lehernya bersentuhan dengan tangan Peter Pettigrew yang berkeringat dan kini memegang kerah piyamanya.

Without Choice | Draco MalfoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang