"What's coming will come, and we'll meet it when it comes."
- Rubeus Hagrid -
"Kurasa kau tidak lupa dengan status mu, pureblood."
"Tentu saja, Professor. Bagaimana mungkin aku melupakan itu?"
Professor Snape berjalan mengelilingi tubuh Malfoy yang baru saja tiba di ruangannya. Langkah Snape berhenti tepat di depan Malfoy. Snape bisa melihat kilatan sinis di mata anak adam itu saat melihat dirinya, namun dia menghiraukannya karena itu bukan bagian yang penting.
"Ayahmu berpesan kepadaku, dia memintamu untuk tidak bert-"
"Berteman dengan muggleborn," sela Malfoy yang sudah hafal diluar kepala apa-apa saja yang ayahnya larang.
Snape terdiam dan tersenyum kecil. "Kau sudah tahu, rupanya."
"Aku anaknya."
"Kalau kau sudah tahu, kenapa kau masih mendekati mudblood Gryffindor itu?" tanya Snape.
"Aku tidak mendekati siapapun," elak Malfoy sambil mendudukkan dirinya di salah satu kursi yang ada di ruangan Professor Snape, tidak mengidahkan tatapan elang empunya.
"Malfoy, dengar. Kau tahu jika aku sudah membuat sumpah tak-terlanggar dengan ibumu, untuk selalu mel-"
"Aku tidak butuh perlindungan!" tegas Malfoy sambil memijit pelipisnya. "Bisakah kita tidak membicarakan itu dulu? Biarkan aku bersenang-senang, sebelum hari-hari buruk akan datang." Malfoy menarik lengan kanannya ke atas, menatap pasrah tanda 'Pelahap Maut' yang melekat pada kulitnya.
Snape menarik kerah baju Malfoy dan membawa anak itu berdiri. "Dengar! Aku bisa melihat keraguan besar di dalam dirimu, Draco' Namun, jangan biarkan itu membuat dirimu melukai orang lain. Kau pelahap-maut, kau bisa mengundang bahaya untuk orang-orang terdekatmu."
Malfoy menepis kasar tangan Snape dari kerahnya. "Apa susah sekali to the point? Kau ingin aku menjauhi Irish, agar gadis itu tidak terluka karena ulah Pelahap-Maut lainnya, kan? Mengingat dia adalah kelahiran muggle dan temannya Potter!" Melihat Snape tidak menjawab ucapannya, Malfoy tersenyum sinis. "Kurasa, aku juga melihat keraguan besar di dalam dirimu, Professor."
Mata Snape intens kala mendengar itu. Ia menarik geram Malfoy ke depan pintu ruangannya. "Jangan sok tahu!"
"Aku bisa melindungi dia, aku berjanji."
Dahi Snape mengernyit kala mendengar itu. "Rupanya, kau sangat menyukai gadis itu, ya?" terkanya dari ucapan permohonan Malfoy barusan.
"Kumohon, jangan bilang apapun ke ayah. Aku ingin menikmati masa-masa ini, sebelum aku benar-benar melaksanakan tugasku." Untuk pertama kalinya Malfoy memohon secara terang-terangan pada Snape.
Namun Snape tidak menggubris itu. Ia membuka pintu ruangannya untuk menyuruh Malfoy kembali ke kamarnya. Namun, diluar dugaan, mereka mendapati Irish seorang diri sedang menghentikan langkahnya dan menatap Snape ketakutan.
Menyadari itu saat yang tepat untuk Malfoy, Snape mendorong lelaki itu sambil berkata, "Selamat malam." Kemudian menutup pintu ruangannya dengan keras.
"Hey, kau mendengar 'kan kami, tidak?" Pansy menggoyangkan bahu Malfoy yang kini melamun di sampingnya.
Blaise yang duduk di depan mereka berdua—Malfoy dan Pansy—hanya bisa menggeleng-geleng pelan. Kelakuan Malfoy beberapa hari ini memang sangat aneh, jadi ia tidak merasa aneh lagi jika Malfoy melamun dan tidak bergabung dengan obrolan-obrolan antara dirinya dan Pansy.
KAMU SEDANG MEMBACA
Without Choice | Draco Malfoy
FanfictionDi Tahun Keenam, hari-hari Irish diisi oleh Draco Malfoy. Namun ada banyak hal yang menghalangi mereka untuk bergandengan tangan, tapi Irish dan Malfoy selalu berusaha mempertahankan hubungan, sampai akhirnya mereka paham bahwa mereka tak punya pili...