"You could claim that's anything real if the only basis for believing in it is that nobody's proved it doesn't exit."
- Hermione Granger -
Saat ini Hermione sedang berusaha menenangkan Irish yang terus menangis karena masalah malam tadi—ia hanya menceritakan bagian jika dirinya sedih dan takut akan kesalahpahaman Harry. Padahal sejujurnya, Irish juga menangis karena kecewa dengan sifat Malfoy yang tidak sesuai dengan ekspetasinya.
Setelah menceritakan semuanya dari awal, dari Harry mengatakannya egois di Central Park hingga malam tadi saat Malfoy memeluknya dengan niat licik, butiran air mengalir lancar dari pelupuk matanya. Hermione yang melihat itu turut prihatin dan membawa kepala gadis itu untuk bersender di bahunya.
"Sudahlah, Irish. Aku akan berbicara dengannya," kata Hermione meyakinkan. Walau ia sedikit ragu, mengingat Harry yang sangat tidak suka dengan Malfoy dan pengkhianat. Mungkin saja 'kan Harry menganggap jika Irish pengkhianat karena berpacaran dengan musuh sendiri?
"Tidak, Hermione." Irish mengangkat kepalanya dari bahu Hermione. "Aku mencoba meminta maaf dan menjelaskan semua padanya. Namun dia bahkan tidak ingin mendengarkanku,"
"Mungkin dia butuh waktu dulu, kau tahu jika Harry sangat menyayangimu dan sangat tidak menyukai Malfoy. Pasti akan sulit perasaannya untuk mengerti itu semua." Hermione berusaha memberi pengertian.
Irish menyeka air matanya dan terdiam sejenak. "Kurasa, ya. Dan kau tahu tidak, aku sangat membenci makhluk bernama Draco Malfoy itu." Wajah Irish terlihat memanas ketika menyebutkan nama salah satu murid Slyhterin itu.
"Ya, aku juga." Hermione mengiyakan dengan jujur. "Irish, sudah waktunya makan siang. Kesana sekarang, yuk?" ajak Hermione.
Irish menggeleng pelan dan berkata, "Aku tidak lapar, kau saja."
"Aku tidak akan pergi tanpa mu kalau begitu." Hermione bermaksud mengancam—padahal perutnya sangat lapar kali ini setelah mengerjakan tugas-tugas dari semua professor yang padahal dikumpulnya satu minggu lagi.
"Tapi, kurasa aku sekarang lapar." Irish memegang perutnya yang mendadak saja demo.
Hermione tersenyum senang. Ia dan Irish berdiri, keluar dari kamar dan berjalan menuju aula besar untuk makan siang. Sesampainya disana, tak sengaja mata Irish bertemu dengan mata Malfoy yang sudah duduk di meja Slyhterin, buru-buru Irish membuang mukanya. Tanpa sepengetahuan Irish, Malfoy terus menatapnya dengan rasa bersalah. Tambah lagi Irish dan Hermione duduknya berpisah dengan Harry dan Ron—tidak seperti biasanya.
"Irish, kurasa Malfoy terus memandangimu." Hermione berbisik sambil menyuapkan potongan roti ke dalam mulutnya.
"Sedang merayakan kemenangan, mungkin," ketus Irish tidak peduli. Ia mengambil sepotong ayam dan memotong-motongnya dengan cepat, bawaan jengkel ketika mendengar nama Malfoy.
"Tidak, bukan itu yang kumaksud." Hermione menundukkan kepalanya sangat sedikit, kemudian berbisik pelan. "Caranya memandangimu seperti sebuah penyesalan."
Namun tetap saja Irish enggan untuk berbalik, karena posisinya saat ini membelakangi meja Slyhterin. Menurut Irish, selama ini dia terlalu menyukai Malfoy secara diam-diam. Hingga ketika membencinya, kebencian itu terasa sangat dalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Without Choice | Draco Malfoy
FanfictionDi Tahun Keenam, hari-hari Irish diisi oleh Draco Malfoy. Namun ada banyak hal yang menghalangi mereka untuk bergandengan tangan, tapi Irish dan Malfoy selalu berusaha mempertahankan hubungan, sampai akhirnya mereka paham bahwa mereka tak punya pili...