Now play in multimedia;
- Lily's Theme -"You think the dead we loved ever truly leave us? You think we don't recall them more clearly than ever in times of great trouble?"
- Albus Dumbledore -
Hal terburuk terjadi di depan mata. Pehalap Maut yang dipimpin oleh Voldermot datang ke kastil Hogwarts dengan lagak sombong dan aura penuh kemenangan. Semua yang ada di Hogwarts keluar dari kastil ketika mereka datang, ada Hagrid disana yang menggendong tubuh Harry Potter. The Boy Who Lived sudah mati, dibunuh oleh Voldemort di Hutan Terlarang.
Kini Voldemort menyatakan jika semuanya akan menghamba dengan dia. Semua Pelahap Maut tertawa puas, Bellatrix Lestrange paling nyaring. Hingga suasana sunyi sesaat ketika Voldemort menatap wajah barisan murid Hogwarts, matanya menemukan suatu pemandangan yang sedikit membuatnya kecewa.
"Draco," cetus Voldemort melihat laki-laki itu ada di barisan Hogwarts. Semuanya juga melirik pada dia, terutama Irish yang berdiri di belakang laki-laki itu.
"Draco." Lucius Malfoy menggeram. Namun Draco hanya diam dengan wajah murungnya.
"Kemarilah, Drake." Narcissa kali ini angkat bicara.
Malfoy menoleh pada Irish sekilas, lalu berjalan melewati anak-anak Hogwarts menuju Voldemort.
"Well done, Draco, Well done!" Voldemort memeluk laki-laki itu sejenak. Lalu Malfoy berdiri di samping ibunya di barisan kalangan Pelahap Maut.
Setelah itu, Neville Longbottom berjalan dengan kaki terpincang-pincang ke depan lebih dekat dengan Voldemort, tangannya memegang Topi Seleksi. "Harus kukatakan aku ingin yang lebih baik lagi." Ucapan Neville disambut dengan tawa ejekan dari para Pelahap Maut, namun ia tak menghiraukannya.
"Dan siapakah kau, anak muda?" Voldemort berjalan mendekat.
"Neville Longbottom." Lagi dan lagi ia ditertawai oleh pengikut Voldemort.
"Neville, aku yakin kita bisa menemukan tempat baru untukmu dalam tempat kami."
"Aku ingin mengatakan sesuatu!" jawab Neville cepat, bisa dilihat jika dia sangat emosi. "Tak masalah kalau Harry sudah meninggal, orang-orang mati setiap hari, teman, keluarga. Ya, Harry memang sudah pergi, tapi dia tetap bersama kami. Disini, di hati kita semua!" Neville berbicara menghadap Hogwarts. "Begitu juga Fred, Remus, Tonks, dan yang lainnya. Mereka tidak mati sia-sia."
Irish berdiri di samping George dan Percy, di depannya ada Hermione dan Ron. Raut wajah mereka semua terlihat ingin menangis.
Neville menghadap rombongan Voldemort lagi. "Kaulah yang mati sia-sia." Disambut tawa Voldemort yang meremehkan. "Karena kau salah! Semangat Harry menyemangati kami! Kami semua! Ini belum berakhir!" Neville tiba-tiba mengeluarkan tongkat Gryffindor dari dalam Topi Seleksi yang ia pegang.
Dan yang lebih mengejutkan lagi, disaat yang bersamaan Harry Potter meloncat dari tangan Hagrid dan menghadap Voldemort yang sangat jauh jaraknya dari dia.
"Potter!" Malfoy berlari cepat ke arah Harry dan memberikan tongkat sihirnya pada laki-laki itu.
Voldemort tercengang melihatnya.
"Confugo!" Harry melempar mantra pada Voldemort, lalu ia dan penghuni Hogwarts lainnya berlari ke dalam kastil yang diberi mantra perlindungan oleh Kingsley. "Semuanya mundur ke dalam kastil, kita harus membunuh ularnya!" ujar Harry pada ketiga temannya—Hermione, Ron, dan Irish saat mereka berada di pintu kastil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Without Choice | Draco Malfoy
FanfictionDi Tahun Keenam, hari-hari Irish diisi oleh Draco Malfoy. Namun ada banyak hal yang menghalangi mereka untuk bergandengan tangan, tapi Irish dan Malfoy selalu berusaha mempertahankan hubungan, sampai akhirnya mereka paham bahwa mereka tak punya pili...