Irish duduk dengan tidak semangat di tengah-tengah Ron dan Harry, mereka sendiri yang memilih tempat duduk seperti itu untuk makan siang hari ini.
Sementara Hermione sedang berkumpul dengan 2 temannya dan Professor McGonagall untuk membahas hari final besok. Ya, Gryffindor dan Slytherin yang berhasil melewati tantangan hari ini; duel mantra. Selalu mereka berdua yang beradu.
"Kurasa kalian berdua harus pindah." Irish menoleh pada Harry dan Ron secara bergantian.
"Kenapa?"
"Kenapa?"
Keduanya bertanya kompak, membuat Irish menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Hermione sedang berjalan kesini, dia akan duduk di sampingku seperti biasanya." Irish menunjuk seorang gadis yang tengah berjalan ke arah mereka.
Harry dan Ron bertatapan dan memelas. Sayangnya Irish tidak tahu karena saat itu ia tengah mengambil cupcake yang ke-2x, gadis itu sangat menyukai yang manis-manis. Kemudian mau tak mau Harry dan Ron berdiri untuk pindah. Mereka berputar cukup lama untuk sampai di meja hadapan Irish dan Hermione.
"Jadi, apa tugas besok?" tanya Irish pada Hermione yang baru saja duduk di sampingnya.
"Tidak dikasih tau seperti hari-hari sebelumnya. Menurutku, membuat ramuan yang sulit."
"Yang kutakutkan adalah, para Slytherin itu berbuat curang." Ron mendengus mengingat asrama yang berisi anak-anak licik nan angkuh itu.
"Kau bisa meminjam buku ku, Hermione." Harry terlihat bersemangat, namun berubah sepersekian detik ketika ketiga temannya tidak merespon dengan baik. "Maksudku, buku Pangeran-Berdarah Campuran yang aku punya. Disana sangat lengkap,"
Hermione menyuapkan sesuap bubur dan menelannya. "Apa bedanya dengan buku-buku ramuan yang lain?"
"Disana penjelasannya lebih jelas dan mudah. Bahkan aku bisa membuat ramuan Felix karena buku itu." Harry meyakinkan. Mengingat dia memenangkan "Ramuan keberuntungan" pada kelas ramuan dengan Professor Slughorn.
"Ah, ya, benar! Kurasa kemenangan Gryffindor di depan mata." Ron ikutan semangat.
"Baiklah, nanti berikan buku itu padaku, ya?" pinta Hermione sekaligus mengiyakan.
Harry mengancungkan jempolnya dengan semangat, senang bisa membantu dan setidaknya membawa manfaat.
Sedangkan Irish tengah mengerjapkan matanya, meyakinkan jika matanya tidak salah melihat orang yang kini tengah berdiri—mungkin orang itu sedang mencari tempat duduk. Irish mencondongkan tubuhnya dan berbisik;
"Harry, itu Katie Bell." Irish mengarahkan dagunya.
Mereka bertiga—Harry, Ron, Hermione—menoleh pada arah yang ditunjukkan oleh Irish. Benar saja, disana berdiri Katie Bell yang sepertinya sudah sehat dari kutukan kalung itu. Tanpa berbicara sepatah kata, Harry beranjak dari duduknya dan menghampiri Katie Bell.
"Aku tahu kau akan bertanya tentang itu, Harry. Tapi aku benar-benar tidak mengingat apapun," jelas Katie Bell pada adik kelas sekaligus partner di Quidditch-nya itu.
Harry hanya mengangguk pasrah dan tak sengaja ia melihat Malfoy yang syok mengawasi Katie Bell. Perlahan-lahan Malfoy mundur dan langsung berlari keluar dari aula besar dengan wajah ketakutan. Buru-buru Harry mengikuti laki-laki itu sebelum kehilangan jejak.
"Kemana Harry pergi?" bathhin Irish penasaran.
Ia menatap kedua temannya (Hermione & Ron) yang sedang berdebat sehingga tidak menyadari kepergian Harry, Irish mengambil kesempatan itu dan menyusul Harry Potter. Ia melihat Harry berlari ke arah lantai bawah, untuk apa?
KAMU SEDANG MEMBACA
Without Choice | Draco Malfoy
FanfictionDi Tahun Keenam, hari-hari Irish diisi oleh Draco Malfoy. Namun ada banyak hal yang menghalangi mereka untuk bergandengan tangan, tapi Irish dan Malfoy selalu berusaha mempertahankan hubungan, sampai akhirnya mereka paham bahwa mereka tak punya pili...