oo Ch 14 oo Camp #2

378 47 12
                                    

"Sebenerya... Gue sukanya sama Kak Jisung, kakak lo" ucap Chungha. Jina langsung melotot kaget sekaget kagetnya kaget pas denger pengakuan Chungha. Jina tidak tahu harus merespon seperti apa karena selama ini dia tidak pernah menyangka kalau sahabatnya itu justru jatuh hati kepada Kakaknya sendiri. Bukan berarti Jina tidak menyetujui, hanya saja dia bingung dengan kondisi ini. Karena dia sangat yakin kalau Jaehwan sudah benar benar suka kepada Chungha.

"Lo serius Chung?" tanya Jina masih ngga percaya. Chungha mengangguk.

"Makanya gua suka bingung kalo kalian suka lagi jodoh jodohin gua ama Jaehwan. Gimana ya Na, gua bukannya ge-er tapi gua ngerasa kok kalo Jaehwan emang beda ke gua semenjak Jingga. Dan gua bukanya ga peka, gue tau Jaehwan ngedeketin gue. Tapi gue bingung, karna gue sukanya sama Kakak lo. Tapi kalo sampe Jaehwan nembak gue dan gue tolak kita berlima pasti aneh kan" Chungha menghela nafas. Jina yang mendengar penjelasan panjang dari Chungha juga ikutan bingung.

Setelahpenggkuan dari Chungha ketika mereka di kamar kecil tadi, Jina jadi benar benarkepikiran. Selama di tenda Jina belom bisa langsung tidur. Dia jadi tiba tiba ngerasa ngerangkai pecahan puzzle yang selama ini tercecer di depan mata. Dia jadi ngeh kenapa selama ini Chungha suka terlihat perhatian ke kakaknya yang kadang ngelebihin Jina sendiri. Kenapa selama ini Chungha selalu baik banget bikinin Jisung minum kalo dia pulang pagi dari himpunan. Atau kenapa selama ini Chungha selalu baik banget bantuin Jisung masak kalo Jisung lagi di rumah. Jina sebenernya sempat mempertanyakan hal hal ini di kepalanya. Tapi dia menepis semua itu karena berfikir Chungha menganggap Jisung sebagai kakaknya sendiri karena seringnya frekuensi mereka bertemu. Jina sekarang juga jadi ngeh banget kenapa Chungha, yang tadinya Jina pikir bercandaan, nawarin diri jadi pendamping Wisuda Jisung nanti kalo dia ngga punya pendamping pas lulus.

Jina ngeliat jam di pergelangan tangannya, jam seudah menunjukkan pukul 2 dini hari dan dia masih belum bisa tidur juga. Badannya terasa sangat lelah tapi Jina sama sekali tidak merasakan kantuk. Padahal 2 jam lagi mereka akan dibangunkan. Jina menoleh ke arah teman temannya yang sudah tertidur pulas. Entah apa yang mendorong Jina bangun dari tempatnya. Ia lalu berhati hati keluar tenda tanpa membangunkan teman temannya. Mungkin sedikit angin malam dan hangatnya api unggun akan membuatnya tenang. Baru saja Jina selesai mengenakan sepatu dan berjalan mendekati api unggun, dia merasakan seseorang menepuk bahunya. Jina mendadak merinding karena dia lihat dengan jelas tidak ada siapapun di sekitar tenda ketika tadi dia baru keluar. Jina sudah komat kamit berdo'a dalam hati sambil perlahan menoleh. Ternyata yang menepuk bahunya adalah Jaehwan.

"Mau ngapain Na?" tanya Jaehwan dengan suara mengantuk. Mata Jaehwan semakin terlihat lebih beler dari biasanya.

"Lo sendiri ngapain masih bangun? Lo beneran Jjaeni kan? Bukan setan?" Tanya Jina was was. Dia takut kalo kalo yang di hadapannya buka Jaehwan asli melainkan jelmaan. Jaehwan noyor kepala Jina pelan.

"Beneran gue elah. Gua abis dari kamar kecil tadi. Lo mau ngapain? Ke toilet?" tanya Jaehwan. Jina menggelengkan kepalanya.

"Engga, gue mau duduk disitu bentar. Gua ngga bisa tidur" ucap Jina seraya menunjuk lokasi dekat api Unggun. Jaehwan menganggukkan kepalanya.

"Yaudah gue temenin lo sampe lo ngantuk" Jaehwan lantas berjalan ke arah yang tadi Jina tunjuk. Jina mengikuti Jaehwan dan duduk di sebelahnya.

"Kita kalo ketauan OC masih bangun gini dimarahin ga sih?" Jina melihat sekitar area tenda mereka. Jaehwan menggelengkan kepala.

"OC paling deket stand by di mushola itu kok" jelas Jaehwan. Jina diam dan hanya memandangi api unggun.

"Lagi kepikiran apa Na?" tanya Jaehwan tiba tiba. 3 Tahun lebih menjadi sahabat Jina membuat Jaehwan tahu persis, Jina hanya akan terjaga dalam keadaan lelah jika dia memikirkan sesuatu. Jina menoleh ke arah Jaehwan, tetapi dia hanya diam. Jaehwan memandang Jina balik, menaikkan alisnya.

Her BackpackWhere stories live. Discover now