Suasana ruangan tegang. Apartment Jaehwan yang biasa rusuh ketika ngerjain tugas atau main, siang itu terasa berbeda. Suasana sunyi dan mencengkam, detik jam pun terdengar kencang seperti menggema. Ke 6 pasang mata di dalam ruangan itu, Jina, Jihoon, Chungha, Jaehwan, Woojin, dan Daniel menatap mata satu sama lain dalam bisu. Mereka bahkan sangat berhati hati dalam bernafas, seakan takut satu hembusan nafas saja bisa merusak semuanya. Degup jantung mulai berpacu, adrenalin mereka semakin meningkat. Ketegangan diantara mereka semakin meningkat ketika Jaehwan tiba tiba berdiri dari tempat duduknya. Kalo kata anak jaman sekarang, ini bahkan lebih tegang dari Infinity War.
Semua mata diruangan itu kangsung tertuju kepada Jaehwan ketika ia berdiri. Jehwan yang biasnya selalu cengengean pun nampak begitu serius siang itu. Raut wajahnya terlihat keras. Jaehwan menghela nafas panjang sebelum akhirnya berbicara.
"Udah biar gue aja" kata Jaehwan. Jihoon, Woojin, dan Daniel langsung berdiri serentak.
"Ngga bisa gitu Wan, lo ngga mungkin bisa sendirian" ucap Jihoon dengan nada serius. Woojin menganggukkan kepalanya.
"Iya Wan, walaupun mulut lo suka ngga pake rem, tapi lo tetep temen kita. Kita ngga mungkin biarin lo nanggung semua ini sendiri" Woojin mengimbuhi.
"Gue setuju sama Woojin, apa lagi ini buat kepentingan kita bersama juga, jadi seharusnya lo ngga nanggung ini semua sendirian" ujar Daniel angkat bicara. Jaehwan menghela nafas panjang lagi.
"Tapi ini tuh bahaya, mending gue aja. Gue bisa sendiri" Jehwan membantah. Jihoon, Woojin, dan Daniel menggelengkan kepala mereka serentak.
"Ngga bisa Wan, kita harus bareng pokoknya. Kan kita udah diajarin solid. Malu udah selesai kaderisasi gini masih aja ngga solid" kata Jihoon sambil menepuk bahu Jaehwan.
"Dan mau bahaya juga gue ga takut Wan. Kita ber 4 gini, kita pasti bisa" ucap Daniel sambil tersenyum. Woojin berjalan ke arah pintu masuk apartment Jaehwan dan mengambil 2 helm yang Ia simpan dekat rak sepatu.
"Gue ada ini juga, buat jaga jaga kalo diserang di bagian kepala atau muka. Tapi gue cuma ada dua" ujarnya.
"Ngga papa Jin, biar lo sama Jihoon aja yang pake. Gue kuat kok tanpa itu" ucap Jaehwan sembari memberikan satu helm kepada Jihoon. Jihoon melihat ke arah Jaehwan.
"Lo yakin ngga papa? Kalo gitu gue ama Woojin yang di depan ya kan kita yang pake helm" pinta Jihoon. Jaehwan terdiam dan berfikir sejenak.
"Kalo lo di depan, lo harus proteki full ya tapi, gue sama Daniel back up dibelakang" ucap Jaehwan. Jihoon, Woojin, dan Daniel mengangguk setuju.
"Kita berdo'a dulu. Minta perlindungan sama Tuhan, manusia bisa usaha tapi tetep Tuhan yang menentukan" ajak Daniel. Yang lain langsung memejamkan mata dan menunduk.
"Berdo'a, dimulai" Woojin memberi aba aba tanda do'a dimulai. Ke empatnya langsung berdo'a dengan khusyu. Mereka berdoa dengan setulus hati memohon perlindungan.
"Berdo'a selesai" Woojin mengakhiri sesi do'a mereka. Woojin dan Jihoon langsung menggunakan helm. Mereka ber 4 juga lantas menggunakan jaket tebal dan sarung tangan. Setelah semua persiapa selesai mereka mengangguk dan melihat kearah satu sama lain.
"Siap?" Tanya Jaehwan. Woojin, Jihoon, dan Daniel mengangguk.
"Siap!" Ucap ketiganya serentak. Baru saja mereka hendak melangkah, Jina dan Chungha berdiri dari tempat duduk mereka. Jaehwan, Woojin, Jihoon dan Daniel lantas melijat ke arah keduanya.
"Kalian tunggu disini ya. Ini urusan cowok jadi biar kami yang nanganin. Kita bakal balik dengan selamat" ucap Daniel sambil tersenyum.
Jihoon menganggukan kepalanya "Kalian siap sedia p3k aja buat kita. Jaehwan ada kotak p3k kan?"
"Iya ada, itu di dalam kamar gue deket lemari" ujar Jaehwan sambil menunjuk ke arah kamarnya.
"Bagus, kalo gitu kita semua udah si-" kata kata Woojin terpotong ketika Chungha membekap kan tanggannya ke mulut Woojin. Chunga dan Jina melihat ke 4 temannya dengan muka datar.
"Kalian udah selesai nge drama infinity war nya? Sekarang mending kalian duduk dan biar kita aja yang goreng ayamnya. Nunggu kalian nge drama keburu lebaran baru bisa makan ayam goreng" cerocos Jina dan berjalan menuju dapur Jaehwan.
"Na! Jangan Na, goreng ayam itu bahaya bisa meledak minyaknya nant-" Jaehwan berhenti berbicara ketika Jina menatapnya tajam dan galak dari dapur.
"Kalian ber 4 diem, duduk di sofa dengan manis atau kalian ber 4 yang gue goreng" ancam Jina sambil tangannya menyalakan kompor. Jihoon, Woojin, Jaehwan, dan Daniel menelan ludah dan langsung duduk di sofa dengan rapih. Chungha hanya bisa geleng kepala dan berjalan menuju dapur untuk menbantu Jina.
Siang itu mereka ber 6 berkumpul di apartmen Jaehwan menghabiskan waktu libur hari sabtu bersama. Dan entah kesambet apa pagi tadi Jaehwan tiba tiba ngajak belanja sayur dan lauk supaya mereka bisa masak sendiri. Katanya biar mulai hidup sehat dan ngga makan fast food mulu setiap hari. Setelah hampir 1 jam muterin pasar tradisional terdekat, mereka akhirnya memutuskan untuk memasak sayur bayan dan ayam goreng. Dan lagi lagi entah kesambet apaan, Jaehwan bilang biar yang cowok aja yang masak dan yang cewek tinggal menikmati hasil. Jihoon, Woojin, dan Daniek yang kayanya juga ikut kesambet mengiyakan ide Jaehwan.
Alhasil setelah ber 4 ribut sendiri masak sayur bayam yang hampir gagal karna Woojin gabisa bedain gula sama micin dan hampir nambahin 2 sendok micin kedalam sayur mereka karena di resep google ngasih instruksi 2 sendok makan gula, mereka melanjutkan dengan menggoreng ayam. Dan terjadilah drama infinity war barusan. Jina dan Chungha yang dari tadi melihat betapa dramatisnya keempat sahabatnya itu hanya bisa komat kamit menyebutkan semua satwa di dunia dalam hati mereka.
Setelah ayam akhirnya selesai di goreng semua makanan pun siap. Menu siang itu sederhana, nasi hangat, sayur bayam, tempe dan ayam goreng, serta sambal tomat. Mereka ber 6 melahap masakan mereka dengan semangat. Ngga ada yang wah tapi mereka menikmatinya. Jina tak lupa menfoto makan siang hasil karya mereka hari itu dan mengirimkannya ke Minhyun yang sedang berada di luar kota karena Minggu itu maba elektro camp puncak kaderisasi seperti sipil bulan lalu. Sekarang angkatan Jina sudah terbebas dari segala bentuk oenderitaan maba. Senior senior pun udah ngga sok galak lagi ke mereka dan bahkan sangat bersahabat. Kantin sipil pun udah ngga berasa kaya tempat uji nyali lagi.
"Eh, kita liburan semester bareng yok keluar kota" ucap Jaehwan tiba tiba. Ke 5 teman lainnya menengok ke araj Jaehwan.
"Mau liburan kemana?" Tanya Chungha. Jaehwan nyengir.
"Kalo itu gue juga belom kepikiran kan baru dapet ide juga beberapa detik lalu heheh" Jawab Jaehwan cengengesan membuat yang lain ingin memberikan masker wajah sambal tomat mereka kepada Jaehwan.
"Gue ayok aja sih. Lagian ini semester genap kan panjang. Kalo kita liburan vareng juga bakal masih ada waktu buat keluarga" ujar Daniel sambil menyomot tempe dari piring Jina. Jina ngeliatin Daniel sinis. Satu kebiasaan lain Daniel selain dusel, suka nyomot makanan Jina. Padahal tempe goreng yang masih utuh juga banyak di piring tengah.
"Gue juga ayok aja, mau kemana tapi?" Tanya Jihoon yang mencomot balik tempe dari tangan Daniel ,yang tadi Daniel ambil dari piring Jina, kemudian Jihoon melahapnya. Jina ketawa ngeliat Daniel yang mukanya setengah kaget dan setengah melas.
"Hmm, Jogja gimana Jogja? Lo pada bisa nginep rumah gue yang kosong. Satu perumahan sama rumah gue cuma beda cluster. Jadi kita bisa hemat biaya sewa penginapan kan. Tapi gue ga tidur bareng kalian gue pasti tidur rumah" usul Woojin.
"Nah, gue setuju tuh Jogja. Tempat wisata ama belanjanya banyak. Ada Woojin juga yang bisa jadi guide. Penginapan gratis lagi kan, kurang apa?" Ucap Jaehwan dengan penuh semangat.
"Gue setuju aja sih Jogja. Ntar lo coba list aja Jin tempat tempat yang asik buat kita disana. Terus kita tinggal bikin jadwal deh" ujar Jina. Woojin menganggukkan kepala.
"Gampang itu, kita mau berapa hari dulu disana?" Tanya Woojin. Yang lain langsubg terdiam sejenak untuk mikir.
"2 minggu gimana? Kita bisa sekalian mampir solo atau kota deket situ yang lain" usul Daniel.
"2 minggu kayanya agak kelamaan deh, ntar kita malah kecapean. 10 hari aja gimana?" Sahut Jihoon.
"Nah pas deh 10 hari, kalo mau ke solo atau kemana juga bisa nanti" ujar Chugha setuju.
"Si Seongwu diajak gih, ntar pundung kita liburan ga ngajak ngajak" ucap Jina. Pasca Jingga semester lalu, mereka ber 6 memang sempat renggang dengan Seongwu. Tapi setelah kabarnya Seongwu putus sama Doyeon setelah hanya 1 bulan berpacaran, Seongwu akhirnya meminta maaf kepada mereka dan mereka ber 7 kembali jadi biasa lagi. Hari itu Seongwu tidak ikut berkumpul karena ada praktikum di jurusan, kelompok Daniel sudah praktikum dari Minggu lalu.
Daniel mengangkat Pipi ke pangukanny dan mengelus kucing kesayanganny itu "Gampang ntar gue kasih tau Seongwu" ujar Daniel, yang lain hanya mengangguk.
"Guys... kalo Kak Minhyun ikut boleh ngga?" Tanya Jina sambil meringis. Dia baru saja cerita ke Minhyun lewat chat soal rencana liburan mereka dan Minhyun langsung bilang kalo dia mau ikut.
"Boleh lah Na, gue sih ngva masalah kita udah sering ini sama Kak Minhyun" ujar Jaehwan. Yang lain juga menyetujui.
"Kak Jisung tawarin sekalian Na, siapa tau mau ikut kan" kata Chungha sambil tersenyum. Jina sempat tersenyum awkward sesaat sebelum mengangguk.
"Okedeh coba tue tanya Kakak gue ya" jawab Jina sambil mengirim chat kepada Kakaknya.
Setelah mereka semua selesai makan dan Daniel ditugaskan mencuci piring setelah kalah main batu gubting kertas, mereka ber 7 kembali ke rutinitas merke sebagai mahasiswa menjelang minggu deadline dan UAS, yakni mengerjakan tugas besar. Jina, Jaehwan, dan Jihoon sibuk dengan laptop mereka mengerjakan laporan praktikum beton. Chungha dan Woojin yang apes dapet dosen asistensi yabg mengharuskan mereka menulis tangan laporan mereka padahal dosen asiaten lain kebanyakan memperbolehkan untuk diketik seperti dosen asisten kelompok Jina, Jihoon, dan Jaehwan. Daniel sendiri sedang sibuk menyelesaikan ganbar tekniknya. Menjelang Minggu deadline memang terasa neraka untuk seluruh mahasiswa. Mereka berharap satu hari ada 48 jam agar cukup u tuk menyelesaikan semuanya dan istirahat. Belum lagi kalau ada yang meminta Deadline tugaa besar bersamaan dengab hari UAS mata kuliah tersebut. Mereka harus pandai membagi waktu antara mengerjakan tubes dan belajar untu UAS.
Tidak terasa malam pun telah tiba, mereka berisrtirahat sejenak. Daniel udah ketiduran sambil megang pensil mekanik rottringnya. Jaehwan sedang bermain dengan Pipi yang dari tadi berdiam di pangkuannya.
Jina berjalan ke arah balkon apartment Jaehwan. Ia menggeser pintu kaca dan berjalan keluar. Jina menghirup nafas dalam untuk menenangkan pikirannya yang suntuk setelah berkutat dengan mix design betonnya sedari tadi.
Hujan rintik mulai turun. Jina punya semacam hate and love relationship dengan hujan. Dia cinta hujan ketika itu menenangkan pikirannya. Tapi Jina benci hujan ketika itu menyusahkan dan membuatnya sedih. Untungnya malam itu hujan membuatnya tenang. Sudah cukup lama Jakarta tidak diguyur hujan. Ia melihat ke bawah ke arah mini waterpark apartment mereka. Nampak beberapa orang sedang meniknati berendam di jaccuzi outdoor yang tersedia di dikat kolam. Beberapa orang juga masih berenang walau ini sudah menunjukan pukul 7 malam.
"Jangan bengong sendirian di balkon" ucap Daniel dengan suara yang lebih husky dari biasanya. Wajahnya masih terlihat mengantuk. Jina tersenyum melihat Daniel. Daniel sangat meggemaskan ketika Ia baru bangun tidur, sangat kontras dengan badannya yang tinggi dan bidang.
"Bangun dulu yang bener Niel, itu muka masih kaya bantal gitu" ledek Jina. Daniel memasang wajah cemberut.
"Udah bangun ini gue ih lo jangan rasis ngatain gue sipit" protes Daniel. Jina tertawa.
"Siapa yang ngatain lo sipit sih, orang gue nyuruh lo bangun" jelas Jina sambil pidah dari posisi berdirinya dan duduk di ayunan rotan yang ada di balkon Jaehwan. Jaehwan sengaja meletakkan ayunan rotan di balkonnya. Katanya buat tempat dia cari inspirasi kalau mau iseng iseng nulis lagu. Daniel duduk di sebelah Jina.
"Sama aja lo ngatain gue sipit" ucap Daniel masih dengan nada ngambek. Jina cuma ketawa. Mereka berdua akhirnya hanya diam sambil memandangi hujan malam itu. Daniel yang tadinya sok sokan ngambek karena ngerasa diledekin sipit sama Jina sekarang udah lupa apa itu ngambek. Dia udah balik dusel dusel ke Jina dan menyenderkan kepalanya ke bahu Jina.
"Masih mau dusel dusel ke orang rasia yang 'ngatain' lo sipit?" Cibir Jina bercanda. Daniel berdecak.
"Kata nyokap gue kita jadi manusia harus pemaaf, gaboleh jadi pendendam" jawab Daniel beralasan. Jina lagi lagi ketawa.
"Iyain aja deh Niel iya" ujar Jina sambil menggelangkan kepalanya.
Daniel melirik Jina sinis "Ngeledek mulu ya lo" ucap Daniel sambil mulai mengelitiki pinggang Jina. Jina yang emang gampang banget geli langsung menggeliat.
"Niel Niel ampun iya gue ngga ngeledek hahahhaha Niel supahhahahaha gue gakuat Danielll hahahahahha" Jina sekuat tenaga mencoba menghentikan tangan Daniel. Tapi Dalam keadaan normal pun Daniel dua kali lebih kuat dari pada Jina, apa lahi ketika Jina sedang kegelian seperti sekarang.
"Ngga ada ampun ampun, lo ngeledekin gue mulu dari tadi" ucap Daniel sambil ketawa dan terus menggelitiki pinggang Jina.
"Niel sumpahahahhahaha please gue gakuat hahahaha udah woy hahahaha" Jina mencoba buat kabur dari Daniel tapi melilitkan kakinya di kaki Jina dan menggunakan satu tangan untuk memeluk Jina sedangkan tangan lainnya tetap menggelitik, membuat Jina tidak bisa berkutik.
"Daniel sumpah gue pingsan ntar hahahhaa Dan-"
"Ahem" canda mereka terhenti seketika ketika keduanya melihat sosok yang berdiri di hadapan mereka saat ini. Wajah laki laki itu yang biasanya ramah dan hangat terilhat dingin dan kaku. Mata tajamnya pun terlihat tidak bersahabat. Aura disekitarnya pun seperti mencengkam.
"Sayang? Kok disini? Camp elektro udah selesai?" Tanya Jina langsung beranjak dari ayunan rotan dan mencoba berdiri tapi hampir jatuh karena Daniel lupa melepas lilitan kakinya di kaki Jina. Untung Minhyun cepat tanggap dan menahan lengan Jina.
"Iya, abis selesai acara siang tadi aku pulang duluan" jelas Minhyun singkat sambil menarik lengab Jina dan memeluknya. Jina membalasa pelukan Minhyun.
"Kenapa ngga ngabarin ihh kamu mah" ucap Jina menyenderkan kepalanya di dada Minhyun. Minhyun mengusap rambut Jina.
"Emang sengaja, mau kasih kamu surprise" ujar Minhyun, Ia berhenti sejenak dan menatap tajam ke arah Daniel yang memandang Jina dan Minhyun dengan pandangan yang tak bisa dibaca "Tapi malah Aku yang kayanya dapet surprise" lanjut Minhyun sambil masih menatap tajam Daniel. Jina mendongakan kepalanya melihat Minhyun bingung.
"Hah? Maksudnya yang?" Tanya Jina. Minhyun masih menatap Daniel tajam sesaat sebelum melepas pandangannya dan melihat ke arah Jina sambil tersenyum hangat. Wajah yang seolah langsung berubah drastis 180 derajat dengan bagaimana ekspresinya ketika menatap Daniel.
"Engga kok yang, ngga papa" ujar Minhyun sebelum mengecup kening Jina.
Jaehwan, Jihoon, Chungha, dan Woojin yang dari tadi memperhatikan ketiganya dari dalam hanya bisa tercengang.
"Ini baru beneran lebih tegang dari pada infinity war" celetuk Jaehwan pelan.
YOU ARE READING
Her Backpack
ФанфикMy very first story in Bahasa. Cerita klasik tentang hidup anak kuliahan dan deretan cowok (sok) gentle yang suka bawain tas Yoon Jina yang udah didoain sebagai penglaris oleh Kakaknya. Sekalian buat throwback masa masa kuliah atau buat kalian yang...