oo Ch 22 oo Empuk

318 35 15
                                    

"Kak, adek kan udah selesai ujian gaperlu sbm juga masa ngga boleh ikut ke Jogja?" rengek Seonho, adik laki laki Minhyun. Minhyun merupakan anak tertua di keluarganya. Dia memiliki dua adik, satu laki laki bernama Seonho yang mulai tahun depan akan masuk ke Institut Teknologi Cakrawala jurusan Teknik Kelautan karena sudah diterima melalui jalur undangan. Sedangkan adiknya yang paling kecil bernama Joohyun baru naik kelas 9.

"Mana bisa beli tiket ke Jogja dadakan sih dek? Lagian kalo kamu ikut kan Joohyun masa ditinggal sendirian di rumah" ucap Minhyun sambil fokus menyetir. Pagi itu rombongan mereka berangkat ke stasiun Gambir diantarkan dengan 2 mobil milik Minhyun dan Jisung. Minhyun membawa serta Seonho agar dia bisa mebawa kembali mobil Minhyun ke rumah.

"Yakan di rumah ada Papa Mama sih Kak, Joohyun ngga sendirian" Seonho masih merengek. Minhyun menggelengkan kepala. Dia sudah menduka pasti Seonho akan bersikeras untuk ikut kalau tahu dia akan pergi berlibur bersama teman temannya. Terpaut umur yang tidak jauh dan selalu berdua semasa kecil karena kedua orang tua yang sibuk berkerja membuat Seonho sangat lengket dengan Minhyun. Kalau Minhyun melakukan A, Seonho juga akan melakukan A. Kalau Minhyun mulai menyukai B, Seonho juga akan tertarik dengan B. Pokoknya sudah seperti role model sehidup semati. Seonho juga selalu mengekuarkan 1001 alasan supaya bisa tidur bareng Minhyun kalau Minhyun sedang pulang ke rumah.

"Yakan tapi kasian Joohyun dek, masa kakaknya dua pergi dia ngga sendirian. Kamu di rumah aja. Nanti kita liburan sekeluarga bareng" bujuk Minhyun. Seonho sedikit tergoda dengan bujukan kakaknya itu tapi dia masih aja cemberut.

"Bener ya tapi kita liburan sekeluarga? Adek sekamar sama Nanti di hotelnya ya?" rengek Seonho lagi.

"Iya iya gampang dek astaga berangkat aja belom" Omel Minhyun. Seonho masih cemberut dan dia menoleh ke kursi belakang.

"Kak Chungha, Kakak jadi saksi janji Kak Minhyun ya. Kalo dia ingkar nanti suruh kak Jina putusin Kak Minhyun" ucap Seonho ke Chungha. Chungha, Seongwu, Daniel, dan Woojin yang berada di mobil itu lantas tertawa. Minhyun berdecak.

"Yee enak aja ngomongnya ya kamu, Dek"

Tidak lama rombongan mereka pun terlah tiba di stasiun Gambir tepat 20 menit sebelum kereta mereka berangkat. Mereka semua berpamitan kepada Jisung dan Seonho.

"Ati ati di sana ya Dek jangan jalan sendiri, di sana Jogja bukan Dago. Terus sama Minhyun jangan macem macem ya, Kakak belom siap pas Wisuda nanti punya ponak- aw aw aw! Dek sakit!" rintih Jisung setelah pinggannya dicubit Jina.

"Makanya kalo 'berpesan' tuh gausah macem macem" Kata Jina galak. Kontras dengan kakak beradik Jisung-Jina, Seonho masih memeluk erat Minhyun seperti hidupnya bergantung kepada itu.

"Udah udah dek nanti Kakak telat keretanya" ucap Minhyun sambil melepas pelukan Seonho, membut Seonho cemberut lagi.

"Yaudah adek peluk Kak Jina aja. Kak Jina peluukkkkk" Seonho merentangkan kedua tangannya dan berjalan ke arah Jina. Jina tertawa kecil dan hendak memeluk Seonho ketika Jihoon tiba tiba menyela dan memeluk Seonho sebagai ganti pelukan Jina. 

"Sini sini peluk Kak Jihoon aja, Kak Jina terlalu kurus. Kalo Kak Jihoon enak empuk" ucap Jihoon. Woojin yang menyaksikan kejadian ini berbisik kepada Jaehwan.

"Tumben banget mengakui kalo dia empuk" bisik Woojin.

"Iya, biasa ada orang nyebut kata babi walau bukan ngatain dia aja dia sensi" Jaehwan berbisik balik.

Rombongan Jina akhirnya memasuki gerbong kereta. Penumpang kereta hari itu cukup padat. Jina dan Chungha naik ke gerbong terlebih dahulu dan yang laki laki membantu mengangkat koper mereka keatas kabin gerbong.

Her BackpackWhere stories live. Discover now