Jina tersenyum lebar ketika mobil CRV hitam terlihat berhenti di depan lobby apartmentnya, dia lantas berdiri dari tempatnya dan menghampiri mobil tersebut. Lelaki yang duduk di kursi pengendara mobil tersebut tersenyum lembut kepada Jina. Rambutnya masih setengah basah dan berantakan, menunjukan ia tergesa gesa untuk menjemput Jina. Jina meletakan tas pink nya di kursi belakang dan menggunakan seatbelt nya. Sebuah kecupan manis mendarat di pipi kanan Jina ketika Ia sedang menggunakan seatbelt. Jina hanya tersipu dan melihat ke arah laki laki disampingnya. Jantungnya berdebar dengan cepat, namun Ia sudah terbiasa. 4 bulan sudah Jina resmi menjadi kekasih Hwang Minhyun, mantan LO gugusnya ketika pengenalan kampus itu.
Mobil CRV hitam milik Minhyun melaju meninggalkan kompleks apartment Jina. Namun kali ini keduanya tidak menuju kampus melainkan sebuah pusat perbelanjaan. Di hari sabtu itu Minhyun menawarkan diri untuk mengantarkan Jina membeli keperluan camp puncak kaderisasi sipil yang akan dilaksanakan weekend minggu depan. Semenjak berpacaran dengan Minhyun, Minhyun selalu mencoba untuk menggantikan posisi Jaehwan sebagai sopirnya. Katanya itu seharusnya jadi kewajiban dia sebagai pacar. Kalau Minhyun benar benar tidak bisa baru Jina pergi dengan Jaehwan.
"Harusnya ngga usah buru buru gitu yang, rambut kamu masih basah gini" ucap Jina seraya perlahan mengeringkan rambut Minhyun dengan handuk kecil. Minhyun yang rambutnya dikeringkan sambil fokus menyetir hanya tersenyum.
"Yakan aku gamau kamu nunggunya kelamaan gara gara aku telat bangun" jawab Minhyun. Jina tersenyum. Berpacaran dengan Minhyun selama 4 bulan membuat Jina tau banyak hal, yang mana salah satunya adalah Minhyun itu terbukti adanya bahwa dia benar benar manusia. Jina jadi tahu kalau Minhyun terkadang suka telat kelas karena mematikan alarm tanpa sadar. Jina jadi tahu Minhyun itu suka plin plan kalo udah soal makanan bahkan ngelebihin Jina yang cewek. Sekarang pertanyaan 'mau makan apa?' hampir tidak pernah Jina tanyakan kepada Minhyun karena pasti nanti Minhyun bakal tanya balik ke Jina tapi ujung ujungnya ga ikut makan.
Jina juga tahu kalau Minhyun tipe yang benar benar cemburuan. Ngga jarang Minhyun cemburu ketika Jina sedang bersama Jihoon atau Daniel. Dan Minhyun yang sedang cemburu itu sangat menggemaskan. Beda dengan cowok yang umumnya marah bete nggambek ga jelas kalo lagi cemburu, Minhyun bakal tiba tiba nyubit pipi Jina kesel kalo lagi Jealous. Seperti ketika Minhyun cemburu dengan Jina yang lupa membawa jaket dan pulang mengenakan jaket milik Jihoon. Minhyun hanya diam dan tiba tiba mencubit pipi Jina ketika mereka di dalam mobil.
"Aduh yang kenapa tiba tiba nyubit sih kalo pipi aku jadi tembem kaya Jjaeni gimana?" protes Jina. Minhyun diam sesaat memandangi Jina. Jina yang sedang mengusap usap pipinya memandang Minhyun balik.
"Apa yang?" tanya Jina. Minhyun membantu mengusap pipi Jina yang tadi dia cubit.
"Kok kamu pake jaket cowok lain sih" ucap Minhyun dengam muka cemberut yang dipaksakan stay cool. Dan menurut Jina itu adalah ekspresi Minhyun yang paling menggemaskan.
ooo
"Sepatunya biasa aja ngga sepatu safety?" tanya Minhyun ketika mereka sudah berada di toko perlengkapan K3 untuk membeli perlengkapan camp puncak kaderisasi jurusan Jina. Menginjak semester kedua ini Jina dan teman temannya akhirnya mendekati puncak kaderisasi yang mana berarti mereka akan segera selesai dengan semua penderitaan sebagai maba.
"Kan bukan mau ke proyek yang, camp nya kan di gunung" jawab Jina terkekeh. Perlengkapan yang mereka perlu bawa perorangan untuk mengikuti camp cukup banyak, dan diantaranya adalah helm dan rompi safety.
Keduanya melanjutkan membeli perlengkapan lainnya. Minhyun merangkulkan tangannya ke bahu Jina sambil keduanya asik mengobrol santai berjalan mengelilingi salah satu mall di Jakarta itu. Karena kesibukan masing masing, kesempatan seperti ini termasuk hal yang tidak sering terjadi untuk Jina dan Minhyun. Biasanya date course mereka mentok mentok cuma makan malem bareng sebelum Minhyun lanjut rapat himpunan atau sesudah Jina selesai forum dengan SC. Tapi mungkin justru itu yang membuat mereka tidak jenuh dan menikmati setiap kesempatan yang ada. Mereka sedang berjalan menuju sebuah tempat makan ketika Jina tiba tiba melihat sosok yang tak asing. Jina menghentikan langkahnya tiba tiba, Minhyun menatap Jina bingung.
YOU ARE READING
Her Backpack
Fiksi PenggemarMy very first story in Bahasa. Cerita klasik tentang hidup anak kuliahan dan deretan cowok (sok) gentle yang suka bawain tas Yoon Jina yang udah didoain sebagai penglaris oleh Kakaknya. Sekalian buat throwback masa masa kuliah atau buat kalian yang...