DUE

7.6K 368 1
                                    

"Jadi apa yang terjadi padamu?"

Béatrice menoleh pada anak laki-laki tadi dan ia mendesah. "Aku... Hmm, tadi aku tidak sengaja menginjak kaki orang-orang itu." Pada akhirnya, Béatrice memilih untuk berbohong. Ia hanya tidak ingin orang lain tahu mengenai hidupnya yang malang ini. Iya, cukup Tuhan dan dirinya saja yang tahu. Tidak perlu orang lain mengetahuinya.

Anak laki-laki itu mengerutkan kening dan berpikir. Setelahnya, ia memandang Béatrice dengan tajam. "Kau berbohong. Alasan macam apa itu! Kau pikir aku bodoh." Laki-laki itu berseru pada Béatrice dan mengerutkan bibirnya. Ia merasa sedikit kesal karena dibodohi oleh gadis itu.

Béatrice mengangkat bahunya. "Memang itulah kenyataannya." Kata Béatrice.

Laki-laki itu tahu bahwa gadis dihadapannya kini tengah berbohong. Ia dapat melihatnya dari raut wajah Béatrice. Ia pun akhirnya memilih untuk tidak peduli. Toh bukan urusannya, pikirnya. Laki-laki itu akhirnya mengganti topik pembicaraan. "Lalu kau mau melakukan apa sekarang?" tanyanya.

Sekarang giliran Béatrice yang mengerutkan keningnya. Pertanyaan macam apa itu? Tidak penting. "Entahlah. Memangnya aku harus melakukan apa?" Béatrice menjawab dengan acuh tak acuh karena ia tak mengerti maksud pertanyaan lelaki itu.

"I mean... C'mon! It's a festival. Banyak hiburan yang hebat disini!"

Béatrice tidak memberikan reaksi apapun dan meninggalkan laki-laki tadi. Ia hanya terus berjalan menelusuri orang-orang yang memakai topeng dan kostum untuk perayaan Carnivale Festival.

"Ck!"

Tiba-tiba tangan Béatrice ditarik oleh seseorang dan memaksanya untuk berlari. Oh. Ternyata laki-laki tadi.

Keduanya berlari hingga berhenti di sebuah toko. "Huh?" Tanya Béatrice dengan bingung.

Mereka saat ini berdiri di depan toko yang menjual berbagai macam masque yang sangat indah dan meriah. "Kau ini bodoh atau apa? Tentu saja untuk membeli topeng." Laki-laki itu mulai mengambil sebuah topeng berwarna putih yang dapat menutupi seluruh wajah dengan aksen emas diberbagai tempat. Ia mulai memasang masque itu ke wajah Béatrice. Tapi Béatrice menolak topeng itu mentah-mentah dan melepaskan topeng itu. "Apa yang kau lakukan!" Pekik Béatrice.

Tapi laki-laki itu tidak menggubris penolakan dari Béatrice dan ia kembali mencari-cari topeng lain yang ia pikir cocok untuk gadis itu. "Untuk apa kau mencari-cari lagi. Aku tidak ingin memakainya." Béatrice memandang laki-laki itu dengan sebal. Baru saja ia hendak pergi meninggalkan laki-laki itu tapi ia ditarik kembali. "Jangan bergerak." Perintah anak itu. Ia membalikkan tubuh Béatrice dan memakaikan topeng ke wajahnya.

"Nah! Ini baru bagus." Ujarnya dengan senang.

Béatrice hendak mengeluarkan bantahan tapi laki-laki itu membalikkan tubuhnya dan memberikan sebuah cermin pada Béatrice. "Lihatlah dirimu."

Sebuah topeng masquerade berwarna hitam dengan glitter berwarna perak menghiasi topeng tersebut. Tidak mewah dan sangat simple. Tapi tampak elegan. Sangat cocok dengan kepribadian Béatrice yang tampak dingin. Laki-laki itu melihat pantulan wajah Béatrice di cermin. Ia tampak memperhatikan mata milik Béatrice. Aquamarine.

"Apa yang kau lihat?!" Béatrice berteriak dengan galak karena ia melihat laki-laki itu melihat wajahnya lama.

Laki-laki itu tampak sedikit gelagapan. "Ah.. Aku, tidak." Ia berusaha mengalihkan perhatian Béatrice dengan mengambil sebuah topeng lainnya dan memasangkan topeng tersebut ke wajahnya. Topeng itu setengah berwarna hitam dan setengah berwarna emas, sangat bagus dikenakan olehnya. "Nah, topeng ini bagus untukku." Katanya.

"Terserah." Béatrice berjalan meninggalkan laki-laki itu sambil masih mengenakan topeng yang diwajahnya. "Hei!" Laki-laki itu buru-buru mengeluarkan sejumlah uang untuk membayar 2 topeng dan berlari mengejar Béatrice. Akhirnya Béatrice berhenti berjalan dan ia berhasil mengejarnya.

"Bagaimana bisa kau meninggalkanku seperti itu?! Aku kan baru saja membelikanmu.."

Laki-laki itu menyadari bahwa Béatrice berhenti bukan untuk menunggu dirinya. Tidak, Béatrice berhenti karena gadis itu sedang memperhatikan sesuatu yang lain. Kembang api.

Béatrice terlihat sangat serius memperhatikan kembang api. Matanya berbinar melihat kembang api berwarna-warni yang diluncurkan ke udara. Ia mengutas sebuah senyum diwajahnya. Laki-laki disebelahnya melihat tingkah laku Béatrice. Ia menyadari bahwa gadis disebelahnya ini tampak polos ketika melihat kembang api. Dan ia memiliki senyum yang indah, hanya saja tertutupi oleh sikap acuh yang ditunjukkannya.

"Apa kau mau kesini lagi besok? Festivalnya masih berlangsung hingga minggu depan."

Béatrice menolehkan wajahnya dan melihat laki-laki itu. Ia berpikir sejenak dan akhirnya mengangguk. Béatrice ingin melihat kembang api lagi besok.

"Oke, besok pukul 8 malam. Ditempat ini. Bagaimana?"

Béatrice kembali mengangguk, mengiyakan perkataan laki-laki itu. "Baiklah."

Laki-laki itu tersenyum dan mengulurkan tangannya pada Béatrice. "Oh iya, dari tadi aku belum memperkenalkan diriku. Namaku Chavalier. Siapa namamu?"

Béatrice memandangi uluran tangan itu selama beberapa saat. Lalu akhirnya ia menyambut uluran itu dan menatap laki-laki bernama Chavalier tadi.

"Bee. Namaku Bee."

AQUAMARINE | EUROPE SERIES #2 (COMPLETED ✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang