Suara mesin di dalam ruangan membangunkan Chavalier dari tidurnya.
"How is he?" Ia bisa mendengar seorang wanita. Chavalier berusaha keras untuk membuka matanya untuk melihat siapa yang tengah berbicara. Tapi seberapa keras pun ia mencoba, Chavalier tetap tidak bisa membuka matanya dan kegelapan itu tetap ada. Apa ini hanya mimpi? Chavalier tidak tahu.
"He is stable. Pendarahannya sudah berhenti dan kami telah memberikan obat untuknya. Termasuk untuk tulang di tangannya yang retak juga telah kami atasi. Sekarang kita biarkan saja ia untuk beristirahat. All we can do is waiting." Perkataan seseorang yang diyakininya sebagai seorang dokter kembali terdengar oleh Chavalier.
Kemudian suara tangisan wanita memenuhi ruang rawat itu. Ia mulai bisa mengenali suara wanita tadi sebagai suara ibunya, Vienna Orlando. "Aku sempat mengira aku akan mati, Mira." Kata Vienna kepada seseorang.
Mira? Miranda? Chavalier bertanya di dalam hati.
"Aku juga merasa seperti itu, Ma. Syukurlah ia tidak apa-apa." Balas Miranda pada ibu mertuanya.
Chavalier berusaha untuk mendengarkan apakah ada orang lain yang ada diruangan itu tapi sepertinya tidak ada. Hanya ada mereka berdua disana.
Memangnya siapa yang kau cari, Val? Béatrice? She's not here. Hatinya menjawab pertanyaan yang ada dikepalanya. She's not here. Maybe she doesn't know or.. maybe she doesn't even care. Pernyataan kedua kembali memukul mundur semua rasa penasaran yang singgah di dalam dirinya. Ia takut mengetahui kebenarannya karena ia takut bahwa apa yang ia pikirkan ternyata benar.
Lambat laun semua suara-suara yang berada di sekitarnya menjadi terdengar samar-samar. Suara tersebut berubah menjadi gaung yang memekakkan telinga. Sebelum akhirnya kegelapan itu menariknya kembali ke dalam tidur yang panjang.
Tapi mungkin ini lebih baik untuknya.
Ia tidak ingin bangun disaat wanita itu tidak ada disampingnya. Chavalier tidak menginginkannya.
***
"You can't go."
"But he's sick! He needs me there." Béatrice bersikeras. Ia baru saja akan membuka pintu apartemennya ketika Pryce menahan tangannya. "Dia tidak membutuhkanmu, Béatrice. Kau bukan siapa-siapa baginya sekarang. Ingat?"
Perkataan Pryce itu benar-benar berhasil menahan Béatrice. Wanita itu berhenti dan menatap Pryce. Merasa mendapat kesempatan, Pryce pun kembali melanjutkan. "Sekarang Chavalier adalah tugas Mira untuk menjaganya. Kau? Kau bukan lagi bagian dari kisahnya. Seharusnya kau menyadari itu, Béatrice. Chavalier membencimu sekarang. Kau pikir ia masih menginginkanmu disana?"
Tangan Béatrice perlahan melepaskan handle pintu itu. Dan ia pun mendesah. "Okay, fine. Aku akan tetap disini. Jadi sekarang bisakah kau pergi dari apartemenku dan meninggalkanku sendiri? Kehadiranmu yang terlalu lama disini mulai membuatku sakit kepala." Béatrice secara blak-blakan mengusir Pryce dari apartemennya.
Bukannya tersinggung, pria itu malah tersenyum miring. "Ya, tapi kurasa kau harus mulai terbiasa dengan kehadiranku disini. Kau akan melihat kehadiranku setiap harinya. Oh, mungkin terhitung mulai dari hari ini." Pryce berkata.
"Apa maksudmu?" Tanya Béatrice tidak mengerti.
"So, here is the thing. Aku tidak datang kesini untuk membahas persoalan Chavalier. Well, aku pikir cepat atau lambat kau juga akan tahu keadaan Chavalier jadi aku memang sengaja tidak menutupinya. Tapi aku punya masalah penting yang ingin ku bahas denganmu. Itulah mengapa aku disini." Jawab Pryce panjang lebar.
Béatrice mengerutkan keningnya. "Dan masalah 'penting' apa yang kau maksudkan itu? Apa lebih penting dari pada kehadiranmu yang sangat menganggu ini?"
Pryce tertawa kecil. "Sangat penting." Pryce menekankan pada kata penting. "Jika tidak untuk apa aku sampai harus hadir disini?"
"Kalau begitu apa?"
Kemudian Pryce melepaskan tangan Béatrice dan memasukkan tangannya ke dalam saku jasnya untuk mencari sesuatu. Akhirnya ia pun mengeluarkan sebuah kotak kecil lalu memberikannya kepada Béatrice. Wanita itu memegang kotak tersebut dengan ragu-ragu. "Bukalah." Kata Pryce padanya.
Ia membuka kotak itu sesuai perintah Pryce dan terkejut melihat apa yang didapatinya. "Apa-apaan ini?" Tanya Béatrice.
Kotak itu pun diambil kembali oleh Pryce dan ia mengambil isinya. "Menikahlah denganku." Jawabnya dengan santai. Dan dengan tiba-tiba Pryce langsung mengambil tangan kanan Béatrice dan memasangkan sendiri sebuah cincin ruby ke jari manis Béatrice. Pryce tersenyum puas melihat jari Béatrice yang sekarang terpasang cincin darinya. "There you go." Katanya.
Béatrice segera menarik tangannya dan bergerak melepaskan cincin itu dari jari manisnya. "Sial! Kau—"
"Jangan lepaskan, Béatrice!" Pryce menahannya kemudian dengan paksa menarik dagu Béatrice agar bisa bertatapan dengannya. Wanita itu menatap dirinya dengan marah. "Lepaskan aku, sialan!" Umpat Béatrice.
"Don't say harsh word to your soon-to be-husband, Béatrice. Aku peringatkan kau."
Wanita itu menepis tangan Pryce dan dengan marah membalas pria itu. "Permainan apa lagi yang kau mainkan denganku sekarang, Pryce. Kau bilang bahwa berpisah dengan Chavalier cukup. Kau bilang bersamamu cukup untuk mengembalikan hidup Chavalier yang dulu. Tapi sekarang apa? Chavalier kecelakaan dan kau bahkan belum mengembalikan posisinya. Sekarang ini?"
"Iya, tadinya aku berpikir begitu. Tapi setelah aku pikir-pikir ini tidak cukup, Béatrice." Pryce membalas. "Meninggalkan Chavalier tidak akan cukup untuk membalaskan dendam—ups, mengembalikan posisinya maksudku. Kita perlu sebuah alasan yang kuat untuk itu. Dan kau adalah alasan yang tepat."
"Maka dari itu ku bilang aku akan pergi dari sini. Itu adalah alasan yang kuat untuk menjauhkannya."
Pryce tertawa kecil. "Kau yakin dia tidak akan mengejarmu?" Pria itu balik bertanya. "Venezia. Iya, kepergianmu ke Venezia. Apa kau yakin dia tidak pernah sekalipun mengejarmu kesana?"
Béatrice diam dan tidak membalas satu pun perkataan itu. Pryce mendekat dan mengambil cincin yang telah dilepaskan Béatrice dari genggamannya kemudian kembali memasangkan cincin itu pada jari manis Béatrice. "Makanya aku bilang rencana ini adalah yang terbaik. Menurutlah padaku Béatrice maka Chavalier akan selamat. Aku berjanji akan mengembalikan posisinya setelah kau mengatakan yes."
Ia kemudian mendekatkan tubuhnya pada Béatrice. "So, marry me?"
#TeamSadEnding atau #TeamHappyEnding ?
KAMU SEDANG MEMBACA
AQUAMARINE | EUROPE SERIES #2 (COMPLETED ✔)
Roman d'amourBéatrice hanya menginginkan satu hal setelah kematian kedua orang tuanya, ia hanya ingin jatuh cinta. Ia menemukan semua hal yang diinginkannya dalam Chavalier. Pria itu berhasil membuatnya dapat menghadapi sisi kelam dalam dirinya dan berjuang unt...