"Baiklah. Cukup sekian rapat untuk hari in." Béatrice mengakhiri rapat pagi ini.
Di rapat kali ini, ia dan timnya memeriksa hal-hal yang dibutuhkan dalam proyek tersebut seperti budget yang dibutuhkan, project scope, pihak-pihak eksternal yang terlibat. Dan Béatrice tahu ada banyak sekali hal yang harus diperhatikan olehnya.
Béatrice menyapa beberapa rekan kerja yang ditemuinya lalu terus melangkahkan kakinya menuju ruangan miliknya.
"Selamat datang kembali, Signorina." Mary, sekretarisnya menyapa Béatrice ketika ia sampai di diruangannya.
Béatrice mengangguk kecil kemudian masuk ke dalam ruangannya. Hal pertama yang dilakukannya di dalam ruangan adalah memeriksa email-email penting yang masuk. Ia membuka e-mail mengenai business proposal yang dikirimkan beberapa perusahaan-perusahaan untuk bisa menjadi provider company untuk bahan baku yang akan digunakan untuk pembangunan proyek.
Pintu ruangannya diketuk, kemudian Mary masuk ke dalam ruangan dengan membawa beberapa dokumen ditangannya.
"Signorina, ini adalah laporan pelaksanaan proyek." Mary menaruh sebuah dokumen diatas meja kerjanya. "Pihak Cambiocasa sudah membuat jadwal pengerjaan dan juga menyerahkan laporan perkiraan untuk pengeluaran proyek untuk periode pertama." Kemudian Mary juga menyerahkan laporan pengeluaran diatas mejanya.
Béatrice membaca sekilas isi dari laporan-laporan itu. "Apa pihak Cambiocasa sudah mengusulkan vendor-vendor yang ingin mereka gunakan untuk proyek? Karena berbagai vendor juga banyak yang menawarkan langsung ke DL, saya rasa ada baiknya jika Cambiocasa segera menyerahkan laporannya sehingga kita bisa mempertimbangkannya lebih lanjut."
"Saya sudah menghubungi pihak Cambiocasa dan mereka berkata masih akan mempertimbangkannya beberapa waktu lagi."
"Baiklah." Béatrice mendesah. "Ada lagi, Mary?" Tanya Béatrice.
"Signor Reagan meminta anda untuk memberikan laporan project development yang sudah ada sejauh ini kepadanya dan mempresentasikan hal itu langsung padanya." Béatrice pun menangguk. "Ada lagi?"
"Dan Signor Reagan juga akan mengikuti rapat yang diadakan minggu depan." Mary menambahkan.
"Oke. Aku juga akan menyerahkan laporannya kepada Signor de Luca segera." Kata Béatrice.
"Oh iya, Signorina. Sekretaris CEO, Jean menyampaikan pesan dari Signor de Luca bahwa ia tak akan berada di Italia untuk waktu yang lama karena ia memiliki urusan pribadi di Prancis. Jadi CEO meminta anda untuk memberikan laporan serta meng-update kepadanya melalui e-mail."
"Baiklah. Aku akan melakukan itu. Apa ada lagi, Mary?"
"Tidak ada, Signorina. Itu saja." Mary pun kemudian keluar dari ruangan setelah Béatrice mengizinkannya untuk keluar.
Ketika Béatrice kembali akan berkutat dengan pekerjaannya yang menumpuk, pintu ruangannya kembali diketuk dan Mary kembali masuk ke dalam ruangannya. Béatrice pun mengerutkan keningnya. "Mary? Ada apa lagi?"
"Ada kiriman paket untuk anda, Signorina." Mary datang membawa sebuah kotak berwarna biru dengan pita silver diatasnya. Kemudian Mary pun menaruh kotak itu diatas mejanya.
Béatrice tidak segera melihat isi kotak itu melainkan mencari tanda pengirim atau kartu nama disitu. "Tidak ada nama pengirim?"
"Hmm.." Mary terlihat bingung menjawabnya. "Saya mendapatkannya dari resepsionis, Signorina. Mereka bilang ada pihak dari jasa pengiriman barang yang menitipkan barang ini dan memintanya untuk menyampaikannya pada anda."
"Apa mereka tidak memberitahu siapa nama pengirimnya?"
Mary menggeleng. "Tidak, Signorina."
Béatrice pun akhirnya mendesah lalu ia tersenyum tipis pada Mary. "Baiklah, Mary. Kau boleh keluar."
Mary mengangguk kemudian pamit keluar dan meninggalkan Béatrice beserta kotak misterius itu di mejanya. Béatrice membuka kotak itu perlahan dan mengerutkan kening ketika melihat isinya. "Apa maksudnya ini?"
Hal yang pertama dilihat Béatrice ketika membuka kotak itu adalah gondola. Tidak, bukan gondola sungguhan. Namun semacam snow globe tapi di dalamnya bukan salju dan snowman. Di dalam snow globe ini terdapat gondola kecil yang dapat bergerak dengan air berwarna biru muda yang memenuhinya.
Béatrice memainkannya sejenak. Tapi kemudian ia menyadari bahwa di dalam kotak itu terdapat kartu berwarna putih. Ia segera mengambil kartu itu dan membacanya.
Aku tahu kau suka menaiki gondola. Kau sering menaikinya di Canal Grande dan aku tahu kau menyukainya. Apa kau menyukai hadiah yang ku kirimkan padamu?
"Apa-apaan ini?" Béatrice menatap kartu itu dengan kemarahan.
Kini ia baru menyadari bahwa ia memang diikuti. Orang ini pasti orang yang sama dengan pengirim liontin itu ketika ia masih berada di Venezia. Dan sekarang orang itu tahu kalau ia pindah ke Milan.
Béatrice hanya mempunyai satu jawaban untuk pelaku dari semua ini.
***
Rome, Italy.
"Ku dengar kemarin kau pergi ke Milan."
Chavalier tidak menanggapi orang yang berdiri di depan meja kerjanya itu. ia mengabaikannya dan terus membaca proposal bisnis dimejanya.
"Chavalier." Miranda memanggil Chavalier kembali. "Chavalier. Kau dengar aku kan? Kenapa kau pergi ke Milan kemarin? Kau tidak berkata apapun padaku."
"Sejak kapan aku pernah memberitahumu apapun tentang kehidupanku?" Chavalier membalas dengan dingin. Ia sama sekali tidak menatap Miranda.
Miranda mengigit bibirnya . Ia menatap Chavalier dengan tegas. "Aku sudah memulai persiapan pernikahan kita." Kali ini, ucapan Miranda berhasil membuat Chavalier menatap dirinya. Tapi bukan seperti tatapan yang diinginkannya. Tatapan dingin khas pria itu ketika melihat dirinya. "Aku tak pernah menyetujui pernikahan ini. Sudah ku bilang bukan padamu?"
"Aku tetap akan melakukan pernikahan ini." Miranda membalas. "Sudah ku bilang juga kan padamu? Kau akan berakhir denganku di akhir cerita ini."
Chavalier tersenyum miring. Ia melipat kedua tangannya dan menatap Miranda dengan tertarik. "Aku penasaran bagaimana kau akan melakukannya." Kata Chavalier. "Apa kau akan menyeretku ke altar? Atau kau akan menculikku? Apa kau akan melakukan itu?"
Miranda mengeraskan rahangnya. "Apapun. Aku akan melakukan apapun untuk membuatmu menikahiku."
"Oh ya?" Chavalier menaikkan satu alisnya. "Tapi kau harus tau dengan siapa kau bermain, Nona. Aku tak akan bisa dikalahkan. Dan aku takkan pernah menjadi milikmu. Jadi hentikan omong kosongmu ini dan keluarlah dari ruanganku. Atau aku tidak akan segan memanggil security untuk mengusirmu keluar dari ruanganku."
"Apa kau tahu Chavalier?" Miranda tersenyum penuh kemenangan. "Seperti aku yang selalu bisa menemukan cara untuk masuk ke dalam ruangan pribadimu. Begitu juga aku akan membuatmu menjadi milikmu. Aku selalu akan menemukan caranya." Lanjut Miranda.
"Dan baiklah. Hari ini aku mengalah. Aku akan keluar dari ruanganmu." Kata Miranda.
Chavalier kembali menatap wanita itu dengan rasa marah yang selalu dirasakannya ketika berurusan dengan Miranda. Ia melihat Miranda berjalan ke arah pintu ruangannya dan suara heels wanita itu bergema di dalam ruang kerjanya yang sunyi. Namun baru beberapa langkah, wanita itu berhenti dan berbalik.
"Oh iya, aku akan melakukan fitting gaun pengantinku senin nanti. Apa kau mau ikut?" Miranda tersenyum yang dibuat semanis mungkin pada Chavalier. "Biasanya groom tidak diperbolehkan untuk melihat bride memakai gaun untuk pernikahannya, tapi aku akan memberikanmu izin khusus."
"Kau boleh melihat bagaimana cantiknya aku saat bersanding denganmu di altar nanti." Miranda mengedipkan sebelah matanya.
Chavalier menatap wanita itu dengan muak dan penuh kebencian. Kemudian Miranda kembali berjalan kea rah pintu ruangannya lalu kali ini wanita itu benar-benar keluar dari ruangannya dan meninggalkannya sendirian.
KAMU SEDANG MEMBACA
AQUAMARINE | EUROPE SERIES #2 (COMPLETED ✔)
RomansaBéatrice hanya menginginkan satu hal setelah kematian kedua orang tuanya, ia hanya ingin jatuh cinta. Ia menemukan semua hal yang diinginkannya dalam Chavalier. Pria itu berhasil membuatnya dapat menghadapi sisi kelam dalam dirinya dan berjuang unt...