"Ma?"
Chavalier mengerjapkan matanya karena lampu kamar yang terlalu terang. Ia melihat ibunya yang duduk di samping tempat tidurnya. Di sisi lain, Vienna langsung bangun dari kursinya kemudian menekan tombol bantuan untuk memanggil perawat.
"Val, are you alright? Can you see me now? What do you feel?" Ibunya menyerbunya dengan berbagai pertanyaan ketika mendapati dirinya tersadar,
Ia mengalihkan pandangannya ke sekeliling ruangan. "Béatrice." Chavalier memanggil nama itu dengan suara kecil.
Vienna merasa ia telah salah mendengar lalu ia kembali memastikan perkataan itu padanya. "Apa? Apa yang baru saja kau katakan, Val?" Tanya Vienna. Chavalier memiringkan kepalanya untuk menatap Vienna dengan susah payah dan kembali menjawab dengan suara lirih. "Béatrice. Where is she?" Jawabnya pada Vienna.
Perkataan Chavalier membuat Vienna tidak percaya. 14 jam pria itu tertidur dan seharian ia mengkhawatirkan dan menjaga putranya ini. Sekarang hal pertama yang ditanyakan oleh anaknya adalah Béatrice? Vienna tidak bisa mempercayai hal ini. "Kenapa kau menanyakan wanita itu. Of course, she is not here. Besides, calon istrimu yang menjagamu seharian."
Chavalier memejamkan matanya dan sedikit terlihat kesakitan. Baru saja Vienna merasa panic karenanya, Chavalier kembali membuka matanya. "Apa?" Pertanyaan Chavalier membuat Vienna tidak mengerti. "Maksudmu?"
"Calon istri apa yang kau maksudkan?"
"Tentu saja, Miranda. Kami sudah mengumumkan pernikahan kalian ke media, Chavalier. Miranda tengah mengandung anakmu sekarang. Kau harus bertanggung jawab, bukan begitu? Miranda akan tiba sebentar lagi." Jawab Vienna.
Setelah Vienna mengatakan hal tersebut, pintu kamar terbuka. Dokter datang dan memeriksa keadaan Chavalier. "Kondisinya sudah membaik. Tidak ada lagi indikasi pendarahan dan sepertinya sudah benar-benar berhenti pendarahannya. Dan untuk cedera dan retak di bagian tangan membutuhkan waktu untuk sembuh. Anda dilarang untuk menggerakan tangan kiri anda terlalu banyak."
Setelah itu dokter memberitahukan suster hal-hal penting mengenai obat dan penanganan apa yang harus dilakukan kepada Chavalier. Vienna pun mengangguk. "Terima kasih, Dr. Veels."
"Sama-sama, Signora Orlando. Tolong biarkan Signor Orlando beristirahat lebih banyak."
"Saya mengerti." Balas Vienna.
Bersamaan dengan keluarnya dokter dari kamar pasien, Miranda memasuki ruangan dengan membawa beberapa plastic makanan. Ia terkejut ketika melihat Chavalier yang sudah sadar. "Kau sudah sadar." Kata Miranda pada Chavalier.
"Untuk apa kau kesini?" Ujar Chavalier dengan dingin.
Vienna menengahi dengan berkata kepada Chavalier. "Kenapa ucapanmu begitu dingin padanya, Chavalier? Kau harus bersikap baik padanya, ia calon istrimu." Ibunya memperingatkan.
"Ma, dia tidak hamil." Chavalier berkata. Miranda terkejut dengan apa yang dikatakan oleh Chavalier dan terdiam. Chavalier pun kembali melanjutkan. "Aku tidak perlu menikahinya karena ia tidak hamil. Bahkan ia sendiri yang mengatakannya padaku."
Miranda tidak bisa berkata-kata. Namun reaksi yang ditunjukkan oleh Vienna lain. Ia terlihat biasa saja dengan apa yang dikatakan oleh Chavalier. "Kau harus beristirahat, Val. We will talk about this later." Ia bangkit dan berjalan menuju meja untuk mengambilkan minum untuk Chavalier. "Miranda taruh saja plastic itu di meja kemudian duduklah. Kau akan lelah." Vienna berkata dengan biasa.
Kemudian Vienna kembali pada Chavalier untuk memberikan minum padanya ketika pria itu berkata. "Kau kan yang berada dibalik semua ini?" Perkataan itu membuat baik Vienna dan Miranda sama-sama terkejut.
"Apa yang kau bicarakan sekarang, Chavalier? Hentikan percakapan ini dan beristirahatlah. Ini, ku ambilkan minum untukmu." Vienna mendekatkan gelas air itu dengan sedotan ke dekat mulut Chavalier.
"Kau bekerja sama dengan Pryce untuk berusaha menjauhkan Béatrice dariku, benar bukan? Katakan padaku, Miranda!" Suara Chavalier meninggi. "Persetan dengan semua ini, Miranda. Menjauhlah dari hidupku. Kau seharusnya tahu jika dari awal kau tidak pernah menjadi bagian dalam hidup—"
"Sudah ku bilang hentikan omong kosong ini, Chavalier Orlando!" Diluar dugaan, Vienna yang justru memotong perkataan Chavalier. Ia langsung menaruh gelas air yang tidak diminum oleh Chavalier di nakas. Dengan marah ia kembali berkata. "Berhenti mengkhawatirkan Béatrice. Kau tidak berhak menanyakannya disaat ia bahkan tidak peduli sama sekali padamu. Lihatlah, ia tak ada disini."
"Chavalier, she is not yours to begin with. Kau harus move on. Lihatlah siapa yang berada disisimu sekarang. Hanya aku dan Miranda. Dia tidak pernah datang untuk menemuimu. Well, kalau pun ia datang aku yakin aku tidak akan membiarkannya masuk karena ia telah mengubahmu. Tapi nyatanya ia sama sekali tidak muncul. Itu artinya ia tidak peduli padamu disaat terburuk. But we do."
Chavalier memalingkan wajahnya karena perkataan ibunya sangat menyakitkan untuknya. Miranda melihat percakapan Vienna dan Chavalier dalam diam. Ia takut satu kata yang dikeluarkannya malah akan mengacaukan segalanya.
"Lupakan dia, Chavalier. Atau aku yang akan memaksamu untuk melakukannya." Vienna berkata.
Pria itu menutup matanya. Ia akhirnya menghela nafas. "Fine. Sekarang kalian berdua pergilah. Aku ingin sendiri." Pinta Chavalier.
Vienna masih enggan meninggalkan Chavalier karena kondisinya. Tapi Miranda merangkul Vienna dan mengajaknya untuk keluar. "Biarkan saja, Ma. Ayo kita keluar. Ia membutuhkan waktu." Miranda berkata dengan tatapannya yang tertuju pada Chavalier saat ini.
Ibunya pada akhirnya setuju untuk keluar bersama dengan Miranda. Dan saat pintu ditutup, ia merasa kesepian. Ia kosong. Tapi ia merasa ini adalah situasi yang tepat untuknya. Sekarang hanya ada satu pertanyaan yang terbesit dikepalanya.
Haruskah ia melupakan Béatrice sekarang?
KAMU SEDANG MEMBACA
AQUAMARINE | EUROPE SERIES #2 (COMPLETED ✔)
RomanceBéatrice hanya menginginkan satu hal setelah kematian kedua orang tuanya, ia hanya ingin jatuh cinta. Ia menemukan semua hal yang diinginkannya dalam Chavalier. Pria itu berhasil membuatnya dapat menghadapi sisi kelam dalam dirinya dan berjuang unt...