"Mira!"
Managernya, Anne-Marie bergegas memasuki ruang rias model dan menemukan Miranda yang sedang dirias menatapnya dengan kesal. "Ada apa, Anne? Kau merusak hariku." Gerutu Miranda.
Anne-Marie memperlihatkan ponsel miliknya kepada Miranda supaya ia bisa membaca apa yang tertera di dalamnya. Miranda menyipitkan matanya ketika melihat judul artikel yang dibacanya. "Kekasih Miranda Hudson, pengusaha Chavalier Orlando tertangkap kamera berciuman dengan seorang wanita." Ia menatap tak percaya terhadap apa yang dibacanya.
"Sial, apa-apaan ini?!" Miranda bertanya pada managernya.
Sang manager sedikit takut-takut melihat ekspresi yang ditunjukkan oleh Miranda. "Aku juga baru membacanya barusan, Mira. Artikel ini baru saja diterbitkan dan kini menjadi perbincangan masyarakat luas." Jawab Anne-Marie.
Seketika Miranda berdiri dari kursinya, membuat periasnya terkejut karena tindakannya yang tiba-tiba tersebut. "Aku ingin pergi sekarang." Ucapan Miranda membuat semua orang yang berada di ruangan terkejut. "Kau tidak bisa, Mira! Bagaimana dengan shooting iklannya? Kita bahkan belum mulai." Protes Anne-Marie.
"Aku tidak peduli." Miranda mengambil clutch miliknya beserta kunci mobil kemudian hendak keluar dari ruangan ketika sutradara iklan masuk menemuinya. "Dear, where are you going? Aku baru saja ingin memberitahukanmu kalau semuanya sudah siap. Kita bisa mulai shooting sekarang."
"Aku minta maaf, Ben. Tapi aku tidak bisa melakukan shooting hari ini. Tolong lakukan re-schedule saja ya." Miranda benar-benar keluar dari ruangan seperti yang dikatakannya. Ia mengabaikan teriakan banyak orang yang memanggil namanya lalu terus menuju pintu keluar studio. Ia masuk ke dalam mobilnya meninggalkan lokasi shooting.
Ia harus memastikan hal ini secara langsung.
"Apa maksudnya semua ini?" Miranda bertanya ketika ia sampai di tempat yang ditujunya. Apa lagi kalau bukan kantor pribadi Chavalier, tunangannya. "Aku tidak salah membaca berita bukan?"
Chavalier mendongak dari tumpukkan kertas yang dibacanya. "Apa kau tidak bisa mengetuk terlebih dahulu?" Pria itu mengerutkan keningnya dengan ketidaksukaan.
"Aku tidak mempunyai waktu untuk itu!" Seru Miranda. Dengan nafas yang terengah-engah karena amarah yang dipendamnya, Miranda kembali melanjutkan. "Kenapa kau melakukan ini? Kau sendiri yang bilang bahwa kau tidak akan mengejar wanita itu. Kau bilang kau akan meninggalkannya! Lalu kenapa sekarang kau malah bersama dengannya? Aku adalah tunanganmu, Chavalier." Ia kembali bertanya dengan histeris.
"Aku tidak pernah menginginkan pertunangan kita, Miranda. Kau tahu itu lebih dari siapapun." Benar, semudah itu jawaban yang diberikan Chavalier. Dan semudah itu juga jawaban yang diberikan pria itu memporak-porandakan hatinya. "Tidak mengejarnya adalah sebuah kesalahan. Dan aku memperbaiki kesalahan itu dengan memilih untuk bersamanya. Kau juga tentunya tahu siapa orang yang aku cintai bukan? Kau tahu dengan jelas bahwa kau tidak bisa mengalahkan wanita itu." Tambah Chavalier.
Miranda mengeraskan rahangnya. "Kau benar-benar keterlaluan, Chavalier."
"Kau yang keterlaluan pada dirimu sendiri." Balas pria itu. "Sejak awal kau mengetahui kalau pertunangan ini salah. Aku tidak mencintaimu. Kau tahu, tapi kau tetap memutuskan untuk memaksakan semuanya. Jadi sebenarnya, kau sendiri yang menyakiti dirimu."
Ketika mendengar ucapan Chavalier, Miranda segera menutup telinganya. Enggan mendengar hal-hal yang semakin menyakitkan dirinya. "Tidak. Kau tidak benar." Miranda membantah.
"Aku akan menemui wanita itu. Biar aku memberinya pelajaran." Wanita itu bergegas membuka pintu ruangan ketika ia mendengar Chavalier berkata. "Sekali kan keluar dari ruangan ini dan menemuinya, kau akan berurusan denganku. Aku akan langsung membuat konferensi pers terbuka dan memberikan informasi tentang pembatalan pertunangan. Aku juga akan membocorkan pada media bahwa pertunangan kita adalah hal yang kau buat untuk dirimu sendiri."
Jemari Miranda yang memegang gagang pintu memutih karena ia menggenggamnya terlalu erat. Namun Miranda tetap keluar dari ruangan, mengabaikan perkataan Chavalier barusan.
Ia segera mencari ponselnya dengan terburu-buru lalu menghubungi seseorang yang bisa menjadi solusi dari permasalahannya.
"Halo? Ada apa? Baru kali ini kau menghubungiku."
"Kau dimana? Aku ingin membicarakan sesuatu." Balas Miranda dengan cepat.
"Wait. Membutuhkanku? Ada apa?"
"Akan ku jelaskan nanti. Tapi kau takkan menyesal karena datang." Miranda menekan tombol lift menuju lobby. "Sekarang kita bertemu di La Pergola. Aku akan segera berangkat."
Orang yang dihubungi Miranda tertawa diseberang panggilan. "Okay. See you then."
Miranda memasuki lift dan dengan cepat meninggalkan gedung Cambiocasa. Karena ia tahu, jika ia tidak bisa menghadapi Chavalier sendirian.
Ia tahu bahwa pria ini bisa.
***
"Aku terkejut mendengar bahwa kau ingin menemuiku." Pria itu tiba ketika Miranda tengah meminum red wine miliknya.
"Duduklah." Kata Miranda.
Pria itu menuruti apa yang dikatakan oleh Miranda kemudian duduk dihadapannya. "Jadi, hal menarik apa yang ingin kau bicarakan padaku?" Tanya pria itu.
"Aku ingin kau membantuku menaklukan Chavalier dan menyingkirkan wanitanya itu." Miranda berkata to the point.
"Kenapa aku harus membantumu?" Tanya pria itu sambil tertawa. Kemudian ia mengangkat bahunya. "Apa untungnya aku membantumu? Kau kan tunangannya. Bisa saja nanti kau malah berbalik menjatuhkanku. Aku hanya ingin meminimalisir resiko sebisa mungkin."
Miranda memutar bola matanya. "Tenang saja. Kita berdua memiliki tujuan yang sama. Untuk apa aku menjatuhkanmu, Pryce?"
Pryce tersenyum miring. "Bisa saja kan. Tunanganmu saja ingin kau jatuhkan, apalagi aku."
"Yang aku inginkan hanyalah menaklukkan Chavalier sehingga ia menjadi milikku seutuhnya kemudian menyingkirkan wanita jalang itu dari hidupnya." Jawab Miranda. "Aku tahu kau juga ingin menjatuhkan Chavalier. Kita punya tujuan yang sama saat ini. Kenapa kita tidak memanfaatkan hal itu?"
Pryce mengangguk. "Tidak terlalu buruk juga idemu." Pryce berkomentar. "Kalau begitu, aku setuju. Aku akan membantumu untuk menaklukkan Chavalier. Tapi ada satu hal yang ku inginkan."
Kening wanita itu berkerut. "Apa itu?"
"Jika kau menginginkan Chavalier. Maka aku menginginkan wanita itu, Béatrice untuk menjadi milikku." Jawabnya.
"Kau menyukai wanita itu?"
Tawa Pryce terdengar ketika Miranda melontarkan pertanyaannya. "Kau sudah gila? Tentu saja tidak." Pryce menjawab dengan tawa yang masih terdengar. "Seleraku tidak serendah tunanganmu, Mira. Kau tentu tahu kalau aku saja suka menjelek-jelekannya ketika masa SMA."
"Kalau begitu kenapa?" Miranda masih tidak mengerti alasan Pryce melakukan semua ini.
"Masa kau tidak bisa berpikir juga?" Kemudian Pryce menyandarkan tubuhnya dan menjawab. "Chavalier sangat mencintai Béatrice bukan? Apa yang akan Chavalier rasakan jika melihat musuh bebuyutannya berakhir memiliki orang yang ia cintai? Akan sangat menyakitkan bukan?"
Miranda mengangguk kemudian tersenyum miring. "Baiklah, aku mengerti sekarang." Ia tersenyum penuh kemenangan.
"Nah, iya. Selain itu dengan aku memiliki Béatrice disisiku maka aku akan menghalangi Chavalier dengan segala cara untuk kembali memiliki Béatrice. Win-win solution, bukan begitu?"
"Yup, I like that idea." Miranda membalas. "Kalau begitu, bagaimana kita melakukannya?"
"Tenang saja. Aku sudah memiliki rencana."
KAMU SEDANG MEMBACA
AQUAMARINE | EUROPE SERIES #2 (COMPLETED ✔)
RomanceBéatrice hanya menginginkan satu hal setelah kematian kedua orang tuanya, ia hanya ingin jatuh cinta. Ia menemukan semua hal yang diinginkannya dalam Chavalier. Pria itu berhasil membuatnya dapat menghadapi sisi kelam dalam dirinya dan berjuang unt...