QUARANTAQUATTRO

1.3K 90 10
                                    

Sebuah panggilan mengalihkan perhatian Béatrice dari langit Kota Roma yang cerah siang itu. Dengan segera, Béatrice meraih ponselnya dan melihat nama penelepon yang tertera. Chavalier. Béatrice pun langsung mengangkat panggilan tersebut.

"Halo?" Chavalier berkata terlebih dahulu.

"Oh, hi." Balas Béatrice.

"Kau sedang apa?"

Perlahan Béatrice berjalan kembali dari meja kerjanya untuk melihat pemandangan kota Roma dari ruangannya yang terletak di lantai 15 kantor cabang DL Holding Company. "Bekerja." Jawab Béatrice. Ia kemudian tersenyum kecil. "Ada apa kau menghubungiku, Val?" Tanyanya.

"Pukul berapa kau pulang hari ini?"

"Pukul 5." Béatrice menjawab. "Ada apa?"

"Aku akan menjemputmu hari ini." Chavalier menjawab. "Hari ini aku ingin mengajakmu untuk pergi bersamaku. Tidak apa-apa bukan? Aku akan menjemputmu pukul 5."

Béatrice sedikit bingung dan disisi lain ia merasa gugup. "Kemana? Aku bisa pergi sendiri, Val. Kau tidak harus menjemputku." Kata Béatrice pada Chavalier. "Katakan saja kemana kita akan pergi. Nanti kita akan bertemu disana. Bagaimana?" Lanjutnya.

"Tidak. Aku yang akan menjemputmu." Chavalier memutuskan.

Mendengar apa yang dikatakan oleh Chavalier Béatrice hanya bisa mendesah dan pada akhirnya mengiyakan apa yang dikatakan oleh Chavalier. Namun ketika itu, Chavalier merasa sedikit terganggu karenanya. "Bee, apa kau baik-baik saja?" Tiba-tiba pertanyaan itu keluar dari bibir Chavalier.

"Mengapa kau bertanya seperti itu?"

"Entahlah, aku hanya merasa.." Perkataan Chavalier terputus. "Tidak apa-apa. Aku rasa aku salah. Kalau gitu bersiaplah, okay? Aku akan menjemputmu pukul 5 di Lobi."

"Okay." Setelah itu Béatrice mematikan panggilan tersebut. Béatrice tidak tahu apa yang harus ia katakan lagi pada pria itu. Ia hanya merasa ia tidak sanggup mengatakan apapun. Béatrice dengan jelas mengetahui apa yang Chavalier maksudkan. Karena ia juga merasakan hal yang sama terhadap dirinya sendiri.

"Maafkan aku."

***

Tepat seperti yang dijanjikannya, Chavalier sudah menunggu Béatrice di lobi gedung DL Holding Company – Roma. Ketika Chavalier melihat arlojinya yang menunjukkan pukul 5 lewat 10 menit, sekali lagi Chavalier mendongak dan kali ini ia melihat Béatrice berjalan ke arahnya.

Wanita itu mengenakan setelan kerjanya yang berwarna putih dan rok pensil berwarna hitam dengan coat berwarna cokelat. Ia sangat cantik seperti biasanya, pikir Chavalier.

"Maaf aku terlambat." Béatrice berkata padanya saat ia bertemu dengan Chavalier.

Pria itu tersenyum. "Tidak apa-apa." Mereka berjalan menuju lapangan parkir DL Holding Company dan membukakan pintu mobil Chevrolet Corvette berwarna putih miliknya untuk Béatrice. Wanita itu tersenyum kemudian masuk ke dalam mobil sport tersebut. "Terima kasih." Ujarnya. Chavalier tersenyum dan mengangguk sebelum akhirnya membuka pintu pengemudi untuk dirinya sendiri.

"Jadi, kita akan kemana?" Tanya Béatrice.

"Makan? Aku sudah memesankan meja untuk kita di La Pergola(1)." Chavalier menjawab dengan santai sedangkan Béatrice sangat terkejut. "Oh! Kau sudah memesannya? Okay, what is it after La Pergola?"

Chavalier hanya tersenyum dan menstater mobilnya menuju La Pergola Restaurant yang sudah dipesannya. "Kau akan tahu nanti."

Sepanjang perjalanan, Chavalier fokus terhadap jalan raya dan Béatrice juga enggan untuk membuka pembicaraan dengannya hingga akhirnya pria itu memulainya terlebih dahulu. "Bagaimana harimu?" Chavalier bertanya.

"Great. How's yours?"

"It goes really well." Jawab Chavalier. "Oh iya, aku dengar kemarin DL mengadakan rapat direksi mengenai... Apa semuanya berjalan dengan lancar? Aku menghubungi Ed untuk membantu. Semuanya baik-baik saja kan? Maaf aku tidak sempat menghubungimu mengenai hal itu, ada seseorang yang harus ku temui."

Béatrice mengangguk kemudian tersenyum pada pria itu. "Semuanya baik-baik saja. Hanya rapat biasa, dan terima kasih pada Signor de Luca dan kau, aku tidak jadi dipecat." Wanita itu membalas. Ia lalu membalikkan tubuhnya dan menghadap ke arah Chavalier. "Kenapa kau tidak pernah mengatakan kalau kau dan Signor de Luca saudara? Kau membuatku tampak bodoh dihadapan banyak orang."

Chavalier terkejut. "Aku pikir itu tidak penting. Siapa yang peduli jika aku dan dia saudara?"

"Tapi aku peduli." Jawab Béatrice. "Sekarang jawab pertanyaanku, Val. Apa perekrutan diriku di posisi ini adalah karena campur tanganmu? Aku tidak ingin mempercayainya, tapi.. Aku ingin mendengar kebenarannya. Apa itu benar?"

"Itu tidak benar, Bee. Tentu saja kau masuk karena kau memenuhi semua syarat yang diperlukan DL." Chavalier membantah.

"Kau berbohong padaku. Kerja sama antara kau dan aku juga apakah sebuah kebetulan juga? Signor de Luca menyerahkan proyek ini secara langsung pada kau dan aku. Kau yakin bukan kebetulan?"

Dengan cepat kemudian Chavalier menghentikan mobilnya dan berhadapan langsung dengan Béatrice. "Baiklah. Memang aku sempat membicarakan pada Ed mengenai perekrutan kau sebelumnya. Tapi kembali lagi, aku menyerahkan semua keputusan pada Ed. Dan ia memilih untuk merekrutmu. Soal penyerahan proyek, ini memang kebetulan. Ed, sepupuku itu sedang mengejar seorang wanita di Paris. Ia menyerahkan proyek ini karena ia memutuskan untuk tinggal disana, untuk mengejar wanita itu."

Pria itu pun kemudian meraih tangan Béatrice. Meskipun Béatrice sempat menariknya, Chavalier dengan cepat kembali menggenggam tangannya. "Aku minta maaf karena tidak mengatakannya. Tapi percayalah ini yang terbaik untuk kita."

Béatrice mengalihkan pandangannya kembali ke jendela. "Jalan sekarang. Aku mulai lapar."

Chavalier mengangguk kemudian kembali menstater Chevrolet Corvette miliknya dan menjalankan mobilnya menuju La Pergola. Jemari Chavalier tak melepaskan tautan dengan jemari Béatrice, hal itu membuat Béatrice merasa sesak karenanya.

Why do we have to be like this? Pathetic, isn't it?

Tanpa sadar, Béatrice meneteskan air matanya.

(1): La Pergola, Roma. Salah satu restoran terindah di dunia, satu-satunya restoran berbintang 3 Michelin di Roma. Restoran ini berada dibawah bimbingan chef asal German, Heinz Beck, chef terkenal dengan bintang 3 Michelin. Biaya yang dikenakan untuk satu kali makan di restoran ini adalah sebesar 700-1000 Euros untuk 2 orang. Atau kurang lebih sekitar 11 juta sampai dengan 16 juta rupiah.


AQUAMARINE | EUROPE SERIES #2 (COMPLETED ✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang