DODICI

3.1K 214 0
                                    

Mata Chavalier memandang sekeliling The Garden of the Oranges.

Tempat ini sangat ramai tapi Chavalier yakin ia akan bisa menemukan gadis itu hanya sekali lihat saja. Karena Chavalier sangat mengenalnya. Tidak perlu waktu lama baginya untuk menemukan gadis itu. Ia terus melihat banyak orang semakin memenuhi salah satu tempat wisata ini. Tapi ia tidak menemukan apa yang ia cari.

Nyatanya, Chavalier telah gagal menemukan Béatrice.

Setelah berjam-jam Chavalier menunggu hingga hari telah sore, Chavalier pergi meninggalkan tempat itu lalu bergegas menuju rumah nenek Béatrice. Ia pernah sekali mengantarkan Béatrice pulang dan ia masih mengingat tempat itu dengan jelas.

Hari sudah gelap dan hujan turun dengan deras ketika Chavalier sampai di rumah nenek Béatrice. Ia menggedor pagar rumah yang berwarna hijau tua tersebut. "Permisi! Béatrice! Ini aku, Chavalier!" Teriaknya.

"Bee! Buka pintunya!"

"Béatrice!"

"Bee. Please! Just open the door! Talk to me!"

"Nak?"

Panggilan itu membuat Chavalier membalikkan tubuhnya. Kini dihadapannya ada seorang ibu paruh baya yang membawa payung. Wanita tua itu menatapnya dengan bingung. "Anak muda, apa yang kau lakukan dengan kondisi seperti ini? Untuk apa kau menggedor rumah yang memang tidak ada penghuninya?" Tanya ibu tersebut.

Chavalier mengerutkan keningnya. "Apa maksud anda? Aku tidak mungkin salah rumah."

"Siapa memangnya yang kau cari?"

"Aku mencari Béatrice Amarillide Fontana. Apa ibu mengenalnya?"

"Fontana?" Ibu itu bertanya. "Ah! Bee!" Seru ibu tadi.

"Iya benar. Nama panggilannya Bee." Balas Chavalier. "Apa ibu tahu dimana ia sekarang?"

Wanita itu menggeleng. "Aku tidak tahu. Tapi yang ku lihat tadi pagi, Bee dan neneknya, Carla meninggalkan rumahnya. Mereka membawa cukup banyak barang. Seperti mereka sedang berpergian jauh."

"Apa mungkin kau tahu kemana mereka pergi?" Tanya Chavalier dengan tergesa.

"Aku tidak tahu. Mereka pergi begitu saja."

Setelah itu, wanita tua itu meninggalkan dirinya. Dan Chavalier hanya dapat melihat rumah itu ditengah-tengah hujan. Ia pun menyerah lalu memilih kembali ke rumahnya. Keesokan harinya, Chavalier kembali ke rumah nenek Béatrice untuk mencari dirinya. Namun Béatrice masih tidak ada dirumah. Meskipun ia telah menunggu cukup lama hari itu, ia tetap tidak bisa melihat gadis itu. Hari-hari berikutnya pun sama.

Chavalier tak pernah lagi melihat sosok Béatrice sejak hari itu. Ia benar-benar kehilangannya.

"Chavalier?"

Panggilan itu membuat Chavalier tersadar dari lamunannya. Ia mendesah sebelum akhirnya membalikkan tubuhnya. Ternyata tunangannya, Miranda Hudson yang kini berdiri di kamar pribadinya. Di hadapannya.

"Apa penjaga di depan kamarku tidak melakukan tugasnya dengan baik? Siapa yang mengijinkanmu masuk ke dalam kamarku?" Tanya Chavalier dengan dingin.

"Val! Kenapa kau sangat dingin padaku!" Protes Miranda. "Tentu saja jika mereka mengijinkanku masuk, itu karena aku adalah tunanganmu, Chavalier!"

Chavalier menatap Miranda tanpa ekspresi. Ia juga melipat kedua tangannya di depan dada. "Ingatkan aku untuk mengganti tim penjagaku." Kata Chavalier sambil mengambil jas miliknya di tempat tidur lalu beranjak meninggalkan Miranda.

"Ibumu yang menyuruhku untuk datang kemari."

Ucapan Miranda membuat Chavalier menghentikan langkahnya. Chavalier berbalik dan kembali menatap wanita itu. "Apa maksudmu?"

"Ibumu ingin kita segera mempercepat rencana pernikahan."

Chavalier memutar bola matanya dengan jengah kemudian menghela nafasnya. "Kau ini ajudan ibuku atau apa? Mengapa kau selalu mendengarkan perkataannya? Sudahlah, hiraukan saja. Aku tak akan melakukan pernikahaan ini apapun yang terjadi." Chavalier mengatakan hal itu dengan santai. Sama sekali tidak mempedulikan Miranda.

"Mengapa kau melakukan ini padaku?" Tanya Miranda sambil terisak. "Aku mencintaimu, Chavalier. Kau tahu itu."

"Tapi aku tidak pernah mencintaimu sedikitpun, Miranda." Balas Chavalier. "Kau lebih tahu itu."

Chavalier berbalik lagi untuk meninggalkan Miranda. Pria itu ingin membuka kenop pintu ketika Miranda berteriak padanya. "Apa ini semua karena wanita itu? Hah?! Jawab aku, Chavalier!" Teriaknya. Tapi Chavalier tidak menjawab, ia tetap membuka kenop pintu itu dan menutup pintunya kembali ketika ia sudah berada di luar kamar. Meninggalkan Miranda sendirian dikamarnya.

"Aku akan memiliki dirimu di akhir cerita ini!" Miranda berteriak dari dalam kamar. Chavalier masih bisa mendengar ucapan wanita itu dengan jelas. "Kau dengar aku, Chavalier? Kau akan berakhir bersamaku di akhir cerita ini." Lanjutnya.

Chavalier mengeraskan rahangnya. Ia menghiraukan ucapan Miranda dan berjalan menjauhi kamarnya. Ketika melewati ruang tamu, ia bertemu dengan ibunya, Vienna Orlando. Chavalier menyapa ibunya dengan sopan. "Mamma." Sapanya.

Vienna berdiri dari sofa dan menghampiri anak sulungnya itu. "Chavalier. Apa kau sudah bertemu dengan Miranda?"

"Sudah." Chavalier menjawab ibunya dengan singkat.

Vienna mengangguk. "Kalau begitu, kau pasti sudah mendengar apa yang ku inginkan dari Miranda bukan? Aku ingin kau segera menikahinya."

"Mamma. Bukankah kau juga sudah mendengarkan aku sebelumnya?" Tanya Chavalier. Vienna tentu tahu apa yang dimaksudkan putranya. "Aku tidak akan menikahi Miranda. Itu takkan pernah terjadi. Jadi berhenti menyuruhku melakukan apa yang tidak ku inginkan."

"Lalu?" Tantang Vienna. "Jika kau tidak akan menikahi Miranda, apa yang akan kau lakukan? Apa kau akan mencari gadis itu? Gadis yang menghancurkan persahabatanmu dengan Pryce? Gadis yang bukan siapa-siapa itu?"

"Tidak." Bantah Chavalier. "Aku tidak akan mencarinya. Dan aku juga tidak ingin membicarakannya. So let's end this topic here."

"Val, jika kau tidak akan mencarinya apa sulitnya menikahi Miranda? Kau yang tidak mencari gadis itu sudah benar. Tapi kau yang menolak Miranda adalah kesalahan. Kau harus menikahinya. Aku dan ayahmu sangat menyukainya. Dia sangat sesuai dengan keluarga kita."

"Jika Mamma dan Pàpa begitu menyukainya, kenapa tidak kalian saja yang menikahinya?" Jawaban Chavalier membuat Vienna tercengang. "Berhenti menyuruhku menikahi wanita itu. Aku sudah muak."

"Tidak, kau yang harus mendengarkan aku." Vienna menatap Chavalier dengan tajam. "Kau akan menikahi Miranda. End of discussion."

Vienna berjalan meninggalkan Chavalier sendirian berdiri di ruang tengah. Chavalier juga akhirnya beranjak pergi dan hendak keluar dari pintu utama mansion keluarganya ketika seseorang menghubungi dirinya.

"Halo?"

"Val, apa kau punya waktu?"

"Ada apa?"

"Ada yang ingin ku bicarakan denganmu."

AQUAMARINE | EUROPE SERIES #2 (COMPLETED ✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang