CINQUANTASEI

1.6K 85 7
                                    

Hal yang dibutuhkan oleh Pryce Velasco setelah menghabiskan kurang lebih 12 jam penerbangan dari Beijing menuju Roma adalah tidur. Pryce menikmati ketenangan di dalam kamar tidur utama di mansion miliknya. Ia bahkan tidak mempedulikan sinar matahari yang masuk dan mulai menerangi kamar tidurnya. Ia membuka matanya untuk melihat jam di nakas samping tempat tidurnya. Masih pukul 6, pikir Pryce. Kemudian, matanya kembali terpejam. Ia akan tidur lebih lama.

Pryce tidak lagi menghitung lamanya ia terlelap sejak terakhir kali ia melihat jam. Ia tidak lagi menyadarinya, sampai ia mendengar suara pintu kamarnya yang terbuka lalu kembali ditutup. Pria itu berpikir ia salah. Tidak mungkin ada yang berani masuk ke dalam kamarnya se-pagi ini. Atau mungkin ia tidur terlalu lama? Pryce tidak tahu.

"Wake up. We need to talk." Ia bisa mendengar suara dingin seseorang yang sangat ia kenal.

Tidak mungkin. Ia pasti salah. Mungkin karena jetlag, Pryce kembali berkata di dalam hati. Ia tidak mempedulikannya dan berusaha kembali tertidur.

"Wake up. Aku ingin menanyakan hal yang penting." Suara dingin wanita itu kembali terdengar. Di saat itulah, Pryce menyadari kalau ini bukanlah jetlag. Wanita itu disini, nyata. Ia berada di kamarnya sekarang.

Mata Pryce sedikit terbuka dan ia benar-benar menemukan hal yang tidak pernah ia duga. Béatrice Amarillide Fontana-Velasco berada disini. Di kamarnya.

"Wow. Béatrice Velasco is here. In my room. What do I owe you until you are in my room now? Aku berpikir kamu baru akan pulang kembali ke Roma sore ini. Apa kamu memilih untuk kembali lebih cepat?"

"Sudah aku bilang. Aku ingin menanyakan hal yang penting." Jawab Béatrice kepadanya.

"And what is that? Pasti sangat penting sampai kamu memutuskan untuk melewati batas yang kamu buat untuk diri kamu sendiri. Bukan begitu, Béatrice?"

Pryce tersenyum. Ia diam-diam memikirkan, hal apa yang membuat wanita ini-istrinya, berani menemui dirinya di dalam kamar pribadi miliknya sementara wanita itu telah membuat batas di antara mereka dengan memilih untuk tidur di kamar yang terpisah selama 6 bulan terakhir pernikahan mereka.

Ia teringat apa yang dikatakan oleh Béatrice 6 bulan yang lalu.

"Let's not interfere with each other's business. Menikah dengan kamu adalah satu hal yang cukup. Sebaiknya kita tidak perlu berpura-pura di rumah ini bukan? Memangnya siapa lagi yang ingin kita bohongi? Aku rasa seluruh dunia sudah mengetahui kebohongan ini. We shouldn't need to lie to ourselves."

"Baiklah." Pryce mengingat jawabannya pada saat itu. Ia mengingat apa yang ia katakan pada saat wanita itu menolak untuk masuk ke dalam kamar 'pengantin' mereka. "Lakukanlah seperti apa yang kamu inginkan."

Dan sejak hari itu, kehidupan mereka benar-benar terasa seperti orang asing di dalam rumah. Tidak ada yang saling menyapa. Tidak akan ada yang menyambut satu sama lain ketika salah satu dari mereka sampai di rumah. Keduanya memilih untuk menjaga semua jarak. Membangun batas.

Hingga hari ini, wanita itu melewati batas yang dibuatnya sendiri.

"Ada apa?" Tanya Pryce kepada istrinya.

Wanita itu kemudian mengeluarkan sebuah benda. Kalung? Pryce melihat lebih jelas. Liontin lebih tepatnya, Ia bisa melihat liontin itu dengan jelas ketika Béatrice menyerahkan liontin itu kepadanya.

Béatrice bertanya dengan dingin, "Pernah melihat ini?"

Pryce tersenyum. "Mengapa kamu berpikir kalau aku pernah melihatnya?"

Tangan Pryce kemudian mengembalikan liontin itu kepada Béatrice. "Tentu saja aku belum pernah melihatnya. This is my first time, Béatrice."

Wanita itu tersenyum. "Kamu tahu? Ada cerita menarik yang baru saja aku dapatkan di Sisilia. Sangat menarik hingga aku merasa semua yang aku pikirkan selama ini dan apa yang aku percayai selama ini adalah sebuah kesalahan."

"Kamu mau mendengarnya?" Béatrice bertanya.

Pryce membalas, "What is that about, Béatrice? Aku rasa aku juga tertarik untuk mendengarnya".

"Cerita macam apa yang membuat istri yang aku nikahi selama 6 bulan ini, akhirnya berbicara kepada aku dan bahkan berada di kamar aku sekarang. Aku ingin mengetahuinya."

"Well, 2 tahun yang lalu aku berada di Venezia." Béatrice memulai ceritanya. "Aku menyukai semua hal yang ada di hidup aku. Nonna, Zia Martha, Zio Carlos. Venezia dengan semua keindahannya. Aku sangat menyukainya sampai aku menaruh seluruh hidupku di kota kecil itu. Semuanya berjalan dengan baik hingga suatu hari, seseorang mengirimkan aku liontin ini."

Kemudian tangan Béatrice bergerak membuka liontin itu. "L'amore trova la strada. Cinta menemukan jalannya."

"Kata-kata di dalam liontin ini tidak membuat aku merasa bahagia. Tidak, aku justru merasakan takut". Béatrice tersenyum kecil mengingat apa yang ia pikirkan 2 tahun yang lalu. "Pria itu akan datang. Dia akan menemukan aku. Haruskah aku lari lagi? Atau kali ini aku justru harus menunggunya datang? Aku merasa ketakutan ketika memikirkannya hingga aku akhirnya memutuskan untuk lari. Tapi aku justru bertemu kembali dengan dia. Aku menyalahkan liontin ini atas apa yang terjadi setelahnya hingga kita berakhir seperti ini."

Suaminya membalas, "Then what's wrong with that? Aku tidak menemukan ada yang salah dari cerita kamu".

Pryce tentunya sangat mengerti siapa 'dia' yang dimaksudkan oleh Béatrice. Ia pun menyandarkan tubuhnya di kepala tempat tidurnya dan menatap Béatrice yang menatap dirinya dengan datar. Typical wanita itu.

"Bukankah justru liontin kamu membuat semuanya kembali kepada tempat yang semestinya? Kamu dan pria itu tidak bisa bersama. Liontin itu benar-benar menunjukkan jalan yang sebenarnya. Kamu tidak akan bersama dengan pria itu. Ini akhir dari cerita kamu".

Wanita itu tersenyum miring. "You're right. Karena itulah aku menyalahkan liontin ini."

Dengan tangannya, ia kemudian memutar-mutar liontin yang ia pegang. "Liontin ini tidak menunjukkan jalan yang aku inginkan dan menghancurkan semuanya. Dan aku juga ikut menyalahkan dia yang mengirimkan liontin ini kepada aku. Jika saja orang ini tidak mengirimkan liontin ini kepada aku, mungkin saja aku tidak akan pergi dari Venezia. Mungkin semuanya akan berbeda. Dan aku pikir, jika aku menyalahkan semua ini kepada liontin ini dan orang yang mengirimkannya, maka aku akan bisa merasa lebih tenang. Tapi aku salah."

"Aku menyalahkan orang yang salah." Wanita itu berkata. "Menyalahkannya justru hanya membuat aku merasa semakin menyadari bahwa aku melakukan kesalahan yang besar. Aku mulai berpikir siapa yang memulai semua ini. Dan hanya satu orang yang terpikirkan ketika aku mulai memikirkan segala kemungkinannya."

"Aku?" Tebak Pryce.

Béatrice menjawab, "Iya, kamu".

AQUAMARINE | EUROPE SERIES #2 (COMPLETED ✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang