33. KEPERGIAN LEEFA

1.1K 35 2
                                    

Bantu vote yah!  Cape tau 😀

***

Hari ini disambut oleh Leefa dan Aniss yang sedang berbincang hangat.

Aniss menceritakan betapa ia sangat menyesal paska kejadian empat tahun lalu yang menimpa Leefa. Ia merasa sangat bersalah. Bagainapun ia adalah faktor utamanya.

"Gak Papa Mba, Itu sudah menjadi takdir yang digariskan Allah untuk Leefa," ucap Leefa dengan penuturannya yang lembut.

"Makasi ya Mba. Selama Leefa koma, Mba Aniss mau mengurus Alina."

"Yang berperan sangat penting itu suami kamu. Dia sangat sabar membesarkan Alina."

Saat mendengar kata 'suami kamu' hati Leefa terasa tertohok. Entah mengapa, ia merasa seperti seorang perebut. Sudah dua kali Aniss gagal menikah dengan Ghibran. Apa karena Takdir tidak setuju? Atau waktu yang belum tepat?.

Cepat atau lambat kenyataan akan berpaling kepada kebahagiaan Aniss untuk memiliki Ghibran dan mengasuh Alina dengan sepenuhnya.

Fikiran Leefa melayang pada hasil cek up nya kemarin. Untuk mengingatnya saja Leefa sangat merasa tidak mampu. Apakah ini akhirnya? Jika ia maka Leefa akan berlapang hati untuk ikhlas.

Disepertiga malam. Setelah Leefa melaksanakan shalat sunnah tahajud. Leefa memanjatkan do'a untuk takdirnya.

Seteleh Leefa tau apa yang sebenarnya terjadi. Rasa untuk melepaskan Ghibran semakin besar. Takdir seolah setuju dengan perpisahan yang cepat atau lambat akan terjadi. Leefa insyaAllah ikhlas.

***

Ke esokan harinya. Ketika Ghibran terbangun dari tidurnya untuk melaksanakan shalat subuh. Ghibran tidak melihat keberadaan Istrinya di sampingnya. Ghibran mencoba mencari ke kamar mandi. Tapi, kosong. Leefa tidak ada di sana. Lalu Ghibran lanjutkan mencari ke dapur. Hasilnya sama. Ghibran berfikir kemana perginya Leefa di pagi buta seperti ini. Ketika Ghibran akan mencari ke teras, saat melewati meja makan. Disana, sudah ada makanan untuk sarapan. Ghibran melihat ada note tertulis di atas meja.

Ghibran mulai membacanya.

"Assalamualaikum my Husband. Maaf pergi tanpa berpamitan langsung. Leefa ingin ke suatu tempat dulu untuk beberapa hari."

Ghibran meremas kuat kertas itu. Istrinya pergi tanpa berpamitan langsung padanya. Memang apa susahnya?

Ghibran dibuat tak habis fikir oleh sifat Leefa. Tidak bisa kah Leefa menghargai Ghibran sebagai suaminya?.

pukul 06:30 WIB. Aniss datang ke kediaman Ghibran. Ia mendapat amanah dari Leefa untuk menjaga Alina sementara. Dengan senang hati Aniss menyetujuinya. Selain sudah tumbuh rasa sayang kepada Alina. Perasaan cinta untuk Ghibran pun belum pernah luntur sepenuhnya.

"Leefa bilang apa aja sama kamu?," Tanya Ghibran dengan aura yang sedang tidak bersahabat. Mood nya sedang jelek.

"Leefa cuma bilang, kalau dia akan ke rumah temannya di luar kota. Jadi untuk sementara waktu, Alina, aku yang antar sekolah."

Ghibran semakin di buat emosi. Hanya demi seorang teman, Leefa menitipkan anaknya pada orang lain. Bahkan izin yang Leefa berikan tak terbilang sopan.

***

Setelah tiga hari lamanya Leefa meninggalkan rumah. Akhirnya kini ia telah kembali.

Leefa sedang mengelus rambut putrinya yang sedang tertidur nyenyak.

"Maafkan Bunda sayang," Ucap Leefa lirih.

Leefa beranjak pergi ke kamarnya. Pukul 06:00 pagi tadi Leefa baru sampai. Saat pergi ke kamar Ghibran. Ternyata, suaminya masih nyenyak dalam tidurnya.

Leefa duduk di pinggir suaminya. Menatap wajahnya yang sangat imut jika sedang tertidur.

Suaminya ini ganteng kalo gak marah-marah terus. Leefa yakin, saat Ghibran terbangun nanti, ia pasti akan memarahi Leefa. Dan Leefa sudah siap untuk hal itu.

Dan, beberapa detik kemudian, Ghibran benar-bernar terbangun. Pelan-pelan, Ghibran mengamati sosok anggun yang sedang tersenyum.
Dia Leefa. Istrinya.

Ghibran menarik nafas untuk mulai mengutarak unek-unek dalam hatinya.

" Dari mana tiga hari belakangan ini?," Ucapnya terdengar sangat dingin.

KESEMPATAN TERAKHIR(On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang