23.BIANG ONAR

1.1K 26 0
                                    

Assalamualaikum
Happy reading

***

    Seperti hari-hari sebelumnya. Alina tidak lepas dari namanya berbuat ulah. Kali ini Ghibran benar-benar tidak bisa mengontrol Emosinya.

Siang tadi Alina berntem dengan anak laki-laki seusianya. Dan berakhir dengan anak itu dilarikan ke rumah sakit. Karena Alana melempari kepala anak itu dengan batu.

Anissa yang mengurus Alina dibuat kerepotan sendiri. Kadang orang lain seakan ingin bertanya "Kok ada sih, anak seperti Alina"

Ghibran mengurung Alina di dalam kamar.

"Papa papa bukain pintunya"Sudah satu jam yang lalu setelah seharian ini Alina di kurung di dalam kamar nya. Ghibran tak henti-hentinya mendengar putrinya menjerit-jerit ingin keluar.

"Paaaapaaa Bukaaaa"Alina yang emosinya masih labil seolah di uji.

"Ghibran bukain aja pintunya kasian Alina"Kali ini Anissa yang bersuara

"Kalo papa gak buka pintunya. Alina lompat lewat balkon kamal"Ghibran segera berlari ke kamar Alina. Ghibran tau Alina adalah anak yang nekat.

Ghibran membuka pintu kamar putrinyaa dan mendapati kamarnya yang seperti kapal pecah.

Seisi rumah semua targanggu dengan onar yang di buat Alina. Semuanya dapat menyaksikan pertiakian papa dan anak itu.

Ghibran Melihat wajah anaknya terlihat merah padam menahan tangis. Alina langsung berlari dengan cepat pergi meninggalkan rumah.

Ghibran tak berhasil menemukan keberadaan putrinya.

Hingga pukul 17:35 Ghibran semakin di buat khawatir oleh hilangnya Alina.Jika Leefa tau. Ia pasti akan marah. Apa Ghibran terlalu berlebihan terhadap Alina?

Ghibran POV

Di bawah pohon besar aku melihat ada anak kecil terduduk di sana. Aku tau, itu pasti Alina.

Aku mendekati sosok anak itu
Dengan baju tidur pink dan rambut panjangnya yang di biarkan terurai.

Aku Melihat Alina sedang menggambar sesuatu. Di tanah terdapat gambar Abstrak. Tapi Aku masih bisa melihat bahwa yang Alina gambar adalah sosok anak kecil yang sedang bergandengan tangan dengan ibunya.

"Alina sayang"Aku mencoba memanggil putriku. Alina melihat ke arahku. Kulihat matanya sembab.Alina adalah anak yang jarang sekali menangis.Tapi kali ini, Aku dilemahkan oleh air mata putriku.

Kulihat Alina mencoba menghapus air matanya dengan tangan yang kotor oleh tanah. Padahal semakin Alina hapus air mata itu semakin berderai lebih banyak.

"sayang, papa minta maaf yah"Alina mengangguk dan mau gendong pulang.

***

Malam Ini aku di buat khawatir oleh tubuh Alina sangat panas.Alina demam.

"Bunda nda nda "Disela tidurnya aku mendengar putriku menggumamkan kata Bunda.

Aku merasa tak tega melihat kondisi putriku.Setelah di kompres, ternyata panasnya tidak mau menurun. Akhirnya aku memutuskan untuk membawa Alina ke rumah sakit dengan di dampingi mama.

KESEMPATAN TERAKHIR(On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang