Bantu vote teman-teman!***
Ke esokan harinya. Leefa, Ghibran, Alina, dan seorang wanita yang kehadirannya mampu mengobarkan kecemburuan pada diri Leefa sedang duduk dalam satu meja untuk melaksanakan sarapan bersama.
Leef melihat Aniss menyuapi putrinya. Leefa mencoba menerima dengan ikhlas. Bagaimanapun Aniss adalah orang yang selama ini mengurus putrinya. Padahal dalam kenyataannya Ghibranlah yang paling berperan penting.
Hari ini adalah hari minggu. Yang sudah jelas jika sekolah libur. Leefa ingin pergi ke suatu tempat. Leefa meminta izin pada Ghibran untuk berjunjung ke rumah temannya, Metta.
Entah kesalahan atau bukan. Leefa meninggalkan Ghibran dan Aniss di rumah dengan Anaknya yang ternyata tidak mau ikut.
Leefa pergi ke luar menunggu ojek online yang sudah dipesannya. Tak lama ojek itu pun datang.
Leefa sudah sampai di rumah Metta. Melepas rindu bersama teman yang paling dekat dengan Leefa. Bisa di katakkan bahwa Metta adalah sahabat Leefa.
Banyak cerita yang Metta bagi selama empat tahun ini. Leefa sangat merasa sedih, banyak hal-hal manis dan pahit yang Metta lalui tanpa seorang pendengar. Biasanya Leefa lah yang menjadi pendengar sejatinya.
Dua insan yang saling bercengkrama itu terlihat saling bahagia. Tiba-tiba hal yang tidak Leefa sukai terjadi. Rasa sakit pada kepalanya ini tiba-tiba datang.
Metta yang melihat keadaan Leefa di buat sangat panik.Metta sangat takut jika terjadi sesuatu pada Leefa. Cukup hanya koma kemarin yang menjadikan pelajaran ketabahan bagi keduanya.
"Leef kita ke rumah sakit yah" Ucap Metta dengan tidak menghilangan raut wajah khawatirnya.
"Aku gak papa Mett" Metta tidak percaya dengan ucapan sahabatnya. Jelas-jelas dari tingkahnya menunjukkan raut kesakitan yang amat sangat.
"Enggak-enggak, kita harus ke rumah sakit" Bukan sahabat namanya jika tidak memaksa untuk hal kebaikan.
Akhirnya dengan segala sifat keras kepala yang dimiliki Metta. Leefa menurut untuk di priksa ke Rumah sakit.
***
Jam menunjukan pukul 05:00
Leefa sedang termenung di suatu pantai untuk menikmati semilir angin dan deburan suara ombak. Terdengar sangat bergemuruh.Fikirannya butuh ketenangan.
Leefa membutuhkan waktu. Ya waktu. Ia harus bisa memanfaatkan waktu sebaik-baiknya.
***
Sebelum gelap, Leefa bergegas untuk pulang. Ia tak ingin membuat orang rumah Khawatir.
Saat telah sampai di rumah. Leefa melihat Alina sedang tertudur dengan kepalanya yang berada di pangkuan Aniss. Dan suaminya yang sedang bercanda gurau. Terlihat seperti keluarga yang bahagia.
Nafasnya tiba-tiba tercekat, setiap kali melihat kedekatan Suami dan anaknya dekat dengan wanita lain. Apalagi jika wanita itu adalah mba Aniss.
Leefa segera menghapus rasa menyakitkan itu.
"Assalamualaikum" Akhirnya Leefa memilih masuk ke dalam dengan senyuman yang terpatri jelas di bibir indahnya.
"Wa'alaikumsalam" jawab Ghibran dan Mba Aniss serentak.
"Sini, Alina biar Leefa yang gendong untuk dipindahkan ke kamar"
"Biar aku aja" Ucap Ghibran menimpali.
"Kok lama banget di rumah Metta nya?" Tanya Ghibran ketika mereka telah sampai di kamar Alina.
"Maaf pulang telat. Tadi Leefa ke asikan ngobrol" Leefa tidak berbohong. Hanya saja ia tidak ingin menceritakan semua kejadian hari ini. Apalagi kenyataan itu. Leefa sungguh takut kehilangan semuanya. Termasuk kesempatan terakhir.
"Lain kali harus bisa ngatur waktu" Leefa menundukkan kepalanya. Lalu mengangguk.
"Aa udah makan?"
"Udah, tadi Aniss yang masak.Sana kamu makan"
***
Makasi yang sudah vote 😊
KAMU SEDANG MEMBACA
KESEMPATAN TERAKHIR(On Going)
PoetryApa yang kalian lakukan ketika terlalu mencintai seseorang? Bertekad untuk mendapatkannya? Itu sudah terlalu umum didengar. Bagaimana jika kisah ini tentang seorang perempuan yang terlalu mencintai pria yang membencinya. Yang berat dari mencinta...