∅9. Don't Call Me Baby

12.9K 1.9K 189
                                    

.
.
.
.
.
.
.

∅Don't Call Me Baby
.
.
.
.
.

Seong Woo turun bersama Daniel di depan sebuah gedung tinggi. Mereka hanya mengantar Kayla yang sudah tidur di gendongan Seong Woo pada pelayan Daniel untuk mengantar Kayla pulang. Entahlah Daniel akan membawanya kemana lagi tapi Seong Woo seperti punya banyak pertanyaan pada Daniel.

Walau seharian ini ia merasa enjoy dengan Kayla tapi tetap saja itu anak Daniel dan barusan dua pelayan di rumah Daniel bertemu dengannya untuk mengambil Kayla. Bahkan dengan posisi Daniel yang merangkulnya dan Seong Woo tidak bisa menolak. Apa Seong Woo bisa percaya Daniel tidak pernah menyewa baby boy sebelumnya? Kalau saja para pelayan itu tahu kebiasaan Daniel.

"Kita akan kemana?" Tanya Seong Woo saat mobil yang membawa Kayla sudah pergi.

"Aku butuh sedikit hiburan." Ucap Daniel membuat Seong Woo menatapnya dengan banyaknya dugaan.

"Kau suka Sungai Han?" Tanya Daniel menoleh pada Seong Woo yang baru saja mengaburkan semua isi pikirannya.

"Malam-malam begini? Mana ada orang jalan-jalan disana malam hari." Saut Seong Woo.

"Aku suka tempat yang tenang." Astga Seong Woo lupa, harusnya ia juga sudah lebih mengenal Daniel yang pastinya hiburan untuk pria tua ini bukan seperti hiburan untuknya.

"Hmm ayo kita kesana. Aku akan menemani daddy." Ucap Seong Woo kemudian masuk ke dalam mobil.

Tanpa menunggu lama, tak terasa mobil Daniel sudah menyusuri area Sungai Han. Malam ini sangat sepi sekali, biasanya ada yang berlari di lintasan walaupun sedikit tapi malam ini tidak ada sama sekali, hanya ada beberapa anak skate yang menimbrung di tempat khusus skateboard disana. Selebihnya Seong Woo tidak melihat siapapun sampai mobil Daniel berhenti.

Seong Woo keluar dari mobil dan tampaknya ia menyesali menurut pada daddy-nya. Udara disini dingin sekali walau anginnya tidak terlalu kencang. Seong Woo berdiri di pembatas sambil mengenggam pembatas itu dengan tangan yang memerah. Di depannya lampu-lampuan tersusun indah membuatnya tersenyum, lama sekali Seong Woo tidak merasakan hal ini.

Seong Woo membelakan matanya saat sebuah jas melingkupi tubuh kurusnya dan lengan kekar itu merengkuhnya dari belakang. Sialan! Seong Woo harusnya bisa biasa saja saat Daniel melakukan ini tapi kini jantung Seong Woo berdebar kencang dan ia yakin pipinya memerah saat ini juga. Bagaimana bisa seorang laki-laki seperti ini? Sadarlah Seong Woo daddy-mu seorang yang sudah memiliki dua anak.

"Jangan merokok baby boy." Gerakan tangan Seong Woo terhenti, baru saja ia mengeluarkan kotak rokoknya dari celana.

"Daddy, aku sudah dewasa merokok itu wajar. Harusnya kita membawa bir atau wine kemari agar tidak kedinginan juga." Ucap Seong Woo namun percuma saja saat tangan Daniel merampas kotak rokok itu dan membuangnya asal.

"Kau menyampah sembarangan daddy." Tegur Seong Woo melirik kesal pada Daniel yang menaruh kepalanya di pundak Seong Woo.

"Itu tidak baik untuk kesehatan. Hentikan kebiasaan burukmu itu sebelum ketahuan lagi olehku." Ucap Daniel, pria itu tetap berekspresi tenang sambil mengeratkan pelukannya.

"Memangnya apa yang akan kau lakukan? Ayolah kau tau apa yang anak muda biasa lakukan, terlebih aku laki-laki jika kau ingat." Anggap saja Seong Woo kini benar-benar kesal, garis wajahnya terlihat kesal saat Daniel terus melarang kesenangannya.

Don't Call Me Baby (ONGNIEL)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang